Sukses


5 Peristiwa Menarik di PSM pada 2015

Bola.com, Makassar - PSM Makassar adalah klub tertua Indonesia yang masih eksis bertahan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Juku Eja yang berdiri pada 2 November 1915 ini pernah melahirkan pemain nasional yang menonjol di eranya. Sebut saja  Ramang di era 1950-1960, Ronny Pattinasarani (1970-1980) dan Syamsul Chaeruddin (2000).

Tetapi, sejak jadi juara pada Liga Indonesia 1999-2000, pamor PSM sebagai tim dengan tradisi juara meredup. Pada awal 2015, wajah baru manajemen Juku Eja yang dikendalikan Sumirlan mencoba bangkit.

Jelang Indonesia Super League (ISL) 2015, mereka mendatangkan Alfred Riedl untuk membesut Syamsul dkk. Target juara diusung untuk jadi kado ulang tahun ke-100 klub.

Namun, ISL 2015 terhenti dengan status force majeure menyusul pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Setelah itu, sejumlah turnamen diikuti PSM tahun ini. Hanya, hasilnya tidak sesuai harapan. Juku Eja tetap berstatus tim papan tengah.

Bisa dibilang, sepanjang 2015, PSM boleh dibilang gagal total. bola.com mencoba merangkum kiprah Juku Eja tahun ini lewat lima fakta menarik. Berikut rangkumannya:

Alfred Riedl pernah ditunjuk melatih PSM di awal ISL 2015, tetapi lantas mundur dengan alasan kesehatan. (Bola.com/Ahmad Latando)

1. Empat kali ganti pelatih

Eks pelatih timnas senior, Alfred Riedl, didatangkan untuk mendongkrak penampilan PSM Makassar. Dengan kontrak bernilai Rp 1,8 miliar, Riedl yang dikenal disiplin mampu memberi warna baru di PSM. Tapi, jelang ISL 2015 berputar, Riedl memilih pulang ke Austria untuk berobat. Belakangan, Riedl memutuskan mundur karena alasan kesehatan.

Manajemen PSM menunjuk Hans Peter Schaller, asisten Riedl sebagai pelatih kepala. Tapi, kiprah Schaller tidak lama. Kontrak pelatih asal Austria ini pun diputus menyusul penghentian ISL 2015.

Selanjutnya, manajemen PSM menetapkan Assegaf Razak menangani Juku Eja di Piala Presiden.Meski lolos ke babak 8 besar dengan materi lokal, Assegaf tetap dinilai gagal. Perannya diambil alih Liestiadi, eks pelatih Gresik United yang membawa PSM berkiprah di Piala Jenderal Sudirman. Hasilnya, PSM tersingkir di babak penyisihan grup.

2. Diguncang rumor match fixing

Manajemen PSM sempat bereaksi keras saat isu adanya pengaturan skor saat Juku Eja ditekuk Persebaya 4-0 pada ISL 2014.  Dugaan ini berawal dari pengakuan Mr. X pada acara perbincangan pada salah satu stasiun televisi swasta, meski laga itu sudah berlangsung pada 25 Mei 2014.

Manajemen PSM sempat meminta pihak kepolisian agar mengusut tuntas kasus dugaan suap itu. Tapi, seperti rumor dan dugaan suap sepak bola lainnya, perlahan dugaan itu menguap.

Forum Suporter Makassar, kelompok pendukung PSM, ingin tim Juku Eja kembali ke jajaran elite sepak bola Indonesia. (Bola.com/Ahmad Latando)

3. Pesta sederhana di ultah ke-100

Meski kering prestasi sejak tahun 2000, kalangan suporter PSM tidak ingin melewatkan momen ulang tahun klub ke-100 klub yang jatuh pada 2 November 2015.

Ribuan fans yang tergabung dalam Forum Suporter Makassar menggelar pesta sederhana di Stadion Andi Mattalatta. Sebelum peniupan lilin sebagai penutup acara, suporter disajikan aksi-aksi para legenda PSM dalam duel tim juara 1992 versus tim juara 2000.

Pemain Mitra Kukar, Hendra Ridwan terlibat perkelahian dengan sejumlah pemain PSM Makassar di duel leg kedua perempat final Piala Presiden 2015 pada Sabtu (26/9/2015)

4. PSM gagal di tiga turnamen

Manajemen PSM Makassar berusaha memenuhi dahaga gelar suporter dengan mengikuti tiga turnamen pasca penghentian ISL 2015. Tiga turnamen itu, yakni Piala Presiden, Piala Habibie, dan Piala Jenderal Sudirman.

Di Piala Presiden, asa suporter sempat membubung setelah PSM tampil trengginas di penyisihan grup. Juku Eja mencetak lima gol tanpa kebobolan pada tiga partai.Tetapi, asa itu meredup setelah PSM tersingkir di 8 besar karena kalah agregat gol tandang dari Mitra Kukar.

Begitu pula di Piala Habibie. Selalu menang di setiap partai, Maldini Pali dkk. akhirnya tersingkir di semifinal. Parahnya lagi, duel dengan Sidrap United harus terhenti sebelum waktu normal berakhir karena Juku Eja memilih mundur. Alasannya, wasit Najamuddin Aspiran terkesan membiarkan pelanggaran keras menjurus kasar yang dilakukan oleh pemain Sidrap United.

Sedangkan di Piala Jenderal Sudirman, langkah PSM terhenti di Grup B setelah gagal bersaing dengan Persipura Jayapura, Semen Padang, dan Mitra Kukar, yang lolos ke fase 8 besar. Selain ketiga tim itu, Grup B juga dihuni Bali United.

Para pemain PSM Makassar berpose bersama. (Liga Indonesia)

5. Habiskan anggaran Rp 20,2 miliar

Meski ISL 2015 terhenti dan hanya tampil di tiga turnamen, pengeluaran PSM Makassar tahun ini terbilang besar yakni Rp 20,2 miliar. Pengeluaran itu digunakan untuk pembayaran tunggakan gaji musim lalu, renovasi Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, kontrak pemain dan pelatih, operasional tim dll.

 

Benteke punya target khusus untuk Liverpool di tahun 2016. Baca berita kompletnya di sini

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer