Bola.com, Jakarta - Konflik sepak bola Indonesia yang melibatkan PSSI dengan Menpora, Imam Nahrawi, membuat kompetisi Tanah Air bak mati suri. Kompetisi Indonesia Super League 2015 yang semestinya berjalan interval Februari-November terhenti pada bulan April karena PSSI kesulitan mendapatkan izin pertandingan.
Sejumlah pemain asing yang menghiasi perhelatan kasta elite memilih pergi dari Indonesia. Mereka melanjutkan karier di negara lain karena klub-klub di Indonesia memutus kontrak para pemainnya. Saat kompetisi terhenti, mencuat sejumlah turnamen yang diikuti klub-klub ISL. Hanya saja, banyak di antara pesepak bola impor enggan tampil di turnamen-turnamen tersebut karena mereka hanya mendapat bayaran dengan sistem match fee.
Advertisement
Baca Juga
Bola.com mencatat setidaknya ada sembilan pemain impor yang namanya populer di kalangan pencinta sepak bola nasional pergi dari Indonesia imbas konflik berkepanjangan. Siapa saja mereka?
1. Martin Vunk
Martin Vunk berstatus pemain timnas Estonia yang sering bermain di laga internasional. Kehebohan sempat mencuat saat sang gelandang bertahan datang ke Indonesia untuk meneken kontrak dengan Persija Jakarta. Pemain Terbaik Liga Estonia pada musim 2008 diklaim manajemen Macan Kemayoran didatangkan dengan nilai kontrak Rp 4,5 miliar.
Vunk menjalani masa-masa sulit seusai tampil di ajang Trofeo Persija pada bulan Januari 2015. Cedera punggung memaksanya istrirahat total selama masa persiapan Tim Oranye. Persoalan juga timbul karena Persija mulai terjerat masalah finansial. Gajinya mulai ditunggak dan ia harus membiayai sendiri biaya terapi penyembuhan cederanya.
Saat ISL 2015 mulai bergulir akhir Februari, namanya dicoret digantikan gelandang jangkar asal Nepal, Rohit Chand. Meski menepi dari Persija untuk pemulihan cedera, kontrak Vunk tidak diputus. Vunk diimingi-imingi janji namanya bakal didaftarkan pada paruh kedua kompetisi, begitu kebugarannya kembali fit 100 persen.
Begitu kompetisi ISL terhenti pada bulan April, manajemen Persija melakukan peninjauan ulang kontrak. Mereka hanya mau membayar 25 persen gaji para pemain periode Desember-April. Martin Vunk yang kecewa memilih mudik ke negaranya. Ia memilih bergabung dengan klub Parnu Linnameeskond.
2. Yevgeni Kabayev
Yevgeni Kabayev datang ke Indonesia dan bergabung dengan Persija bareng dengan Martin Vunk. Reputasinya amat mentereng saat datang ke ibu kota. Bomber asal Rusia muncul sebagai top scorer Liga Estonia dengan koleksi 36 gol. Jumlah golnya itu bahkan lebih baik dari bintang dunia macam Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo pada musim tersebut.
Di klub lamanya Sillamae Kalev (Estonia) sang pemain mencetak 54 gol selama semusim. Kabayev yang konon dibayar Rp 4 miliar oleh Tim Macan Kemayoran sempat kesulitan beradaptasi dengan klub barunya. Kendati demikian, ia jadi pemain yang dielu-elukan suporter The Jakmania.
Sayang, kebersamaan striker kelahiran 28 Februari 1988 berakhir pada bulan Mei. Ceritanya hampir sama dengan Martin Vunk. Ia menolak tawaran rasionalisasi gaji. Kedua pemain mengadukan kasusnya ke FIFA. Sampai saat ini belum ada kabar apakah keluhan mereka soal hak gajinya yang tidak dibayar penuh oleh Persija diproses atau tidak.
3. Rohit Chand
Datang ke Persija untuk menggantikan posisi Martin Vunk yang cedera, Rohit Chand harus kecewa dan memilih pulang ke negaranya. Penggawa timnas Nepal melihat manajemen Persija tidak berniat baik untuk melunasi utang gajinya.
Rohit jadi salah satu pemain kunci di ISL 2013. Pemain memulai kiprahnya di Indonesia bersama PSPS Pekanbaru, membantu Tim Jingga lolos dari degradasi. Setelah keluar dari Persija, Rohit membela klub negaranya, Manang Marshyang.
Menariknya pada pengujung tahun 2015, ia mendapat tawaran menarik dari klub kontestan Malaysia Premier League, T-Team. Klub tersebut diarsiteki pelatih asal Indonesia, Rahmad Darmawan yang notabene merupakan pelatih Persija pada musim 2015.
4. Fabiano Beltrame
Bek tengah asal Brasil, Fabiano Beltrame, punya jam terbang tinggi selama berkiprah di kompetisi elite Indonesia. Datang dari Negeri Samba tahun 2005, stopper yang kini berusia 33 tahun tersebut singgah di sejumlah klub seperti Persela Lamongan, Persmin Minahasa, Persija Jakarta, dan terakhir bersama Arema Cronus.
Kepindahan Fabiano ke Arema pada musim ini memicu kontroversi. Karena dua musim terakhir ia berstatus kapten Persija yang amat diidolai The Jakmania. Fabiano yang ingin mencicipi gelar juara ISL, melihat peluang dirinya berprestasi di Tim Singo Edan lebih besar dibanding terus bersama Tim Macan Kemayoran.
Hal itu terbukti benar. Baru tiga bulan membela Arema, Fabiano sukses menikmati tiga gelar juara turnamen pramusim: Trofeo Persija, Inter Island Cup, dan Surya Citra Media Cup.
Saat kompetisi ISL 2015 terhenti karena konflik, Fabiano tetap bertahan di Malang. Ia bahkan tetap tampil di turnamen Piala Presiden 2015 dengan kostum Arema. Pada akhir bulan Oktober, Fabiano memilih mudik karena merasa kondisi sepak bola Indonesia tidak akan membaik dalam waktu dekat.
Ia sempat ditawari bergabung ke Persib Bandung untuk tampil di turnamen lain, yakni Piala Jenderal Sudirman. Namun, Fabiano menolak tawaran tersebut karena alasan keluarga.
5. Vladimir Vujovic
Vladimir Vujovic jadi salah satu kartu truf Persib saat menjuarai ISL 2014. Ia sempat mudik ke negaranya saat ISL 2015 mogok, sebelum akhirnya bersedia kembali ke Bandung untuk membela Tim Pangeran Biru di Piala Presiden.
Bek asal Montenegro ikut membantu Persib jadi juara Piala Presiden setelah mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Minggu (18/10/2015).
Selepas Piala Presiden, Vujovic berpamitan ke manajemen Persib. Ia menolak tawaran membela Persib di Piala Jenderal Sudirman. Sang pemain kecewa karena klub tidak berani membayarnya dengan sistem kontrak jangka panjang. Ia juga gusar karena hak-hak bonus juara ISL 2014 tidak semuanya mengucur.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Selanjutnya
6. Illija Spasojevic
Illija Spasojevic yang pernah membela timnas Yugoslavia U-17 dan U-19 serta Montenegro U-21 pada awal tahun 2015 digaet Persipasi Bandung Raya dari Putra Samarinda. Belum sempat tampil di kompetisi resmi, ia dibajak Persib.
Spaso memilih pindah dari PBR karena klub tersebut mengalami krisis keuangan akut. Sayangnya, ketajaman Spaso bersama klub baru belum terlihat karena ISL 2015 terhenti.
Pembuktian Spaso sebagai striker bermutu baru terlihat di Piala Presiden. Bersama Zulham Zamrun, striker kelahiran 11 September 1987 itu jadi mesin gol andalan Maung Bandung.
Kebersamaan Illija Spasojevic bersama Persib berakhir seusai penyisihan Piala Jenderal Sudirman. Begitu klubnya gagal melaju ke babak 8 besar, Spaso menerima pinangan klub asal Malaysia, Melaka United. Ia mengaku tak bisa bertahan lebih lama di Indonesia karena konflik di jajaran elite sepak bola nasional belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.
7. Makan Konate
Gelandang serang asal Mali, Makan Konate, jadi pemain asing paling populer di mata bobotoh. Ia otak permainan Persib saat memenangi ISL 2014.
Kariernya di Indonesia sempat gelap ketika kompetisi ISL terhenti. Konate yang diputus kontrak oleh Persib sempat tampil di sejumlah turnamen antarkampung (tarkam). Namun, aa diminta kembali ke Tim Pangeran Biru di Piala Presiden.
Begitu kembali ke Persib, Konate berhasil mempersembahkan gelar Piala Presiden. Sayangnya, ia gagal mengukir prestasi serupa di Piala Jenderal Sudirman. Persib yang diunggulkan terpuruk di fase penyisihan grup.
Saat Persib melakoni penyisihan Piala Jenderal Sudirman, Konate teken kontrak dengan klub Malaysia, T-Team. Di sana, ia bergabung dengan pelatih asal Indonesia, Rahmad Darmawan.
Gelandang serang kelahiran 10 November 1991 itu dikontrak setahun oleh T-Team. Konate berjanji jika kondisi sepak bola Indonesia sudah kondusif, ia akan kembali membela Persib.
8. Abdoulaye Maiga
Abdoulaye Maiga jadi andalan Sriwijaya FC di ISL 2014. Ia tetap mau bertahan di Tim Laskar Wong Kito saat kompetisi ISL 2015 terhenti di tengah jalan.
Stopper asal Mali itu membuktikan totalitasnya dalam mengawal lini belakang Sriwijaya FC dengan mengantar klub asal Palembang ke final Piala Presiden. Sayang, Sriwijaya FC yang terhitung royal dalam mendatangkan banyak pemain top di turnamen-turnamen pengisi kevakuman kompetisi, gagal berprestasi di Piala Jenderal Sudirman.
Walau gagal, Maiga ditawari kontrak baru. Tapi, Maiga menolak tawaran SFC karena ia lebih memilih menerima pinangan klub Malaysia, T-Team, mengikuti jejak rekan senegaranya, Makan Konate.
9. Lancine Kone
Penyerang gaek asal Pantai Gading satu ini terhitung pemain sarat pengalaman di pentas sepak bola Indonesia. Lancine Kone kelahiran 16 Juni 1979 datang ke Indonesia pada tahun 2011. Ia bermain di Deltras Sidoarjo, Putra Samarinda, Persipura, Sriwijaya FC, dan Arema Cronus.
Pada musim 2015, ia jadi rekrutan paten Persipura untuk merealisasi target tinggi di ajang Piala AFC. Kone tampil ciamik. Bersama Boaz Solossa dan Ian Kabes, ia jadi trisula lini depan yang menakutkan di babak penyisihan.
Sialnya, Persipura didiskualifikasi pada babak perempat final jelang melawan Pahang FA. Hal ini seiring jatuhnya sanksi pembekuan PSSI oleh FIFA. Persipura pada bulan Mei resmi membubarkan tim. Kone yang tak punya aktivitas memilih tampil membela Arema Cronus di Piala Presiden. Di Tim Singo Edan, Kone langsung unjuk gigi jadi pemain penting yang membantu Tim Singo Edan melaju hingga semifinal.
Setelah Piala Presiden, Kone diminta kembali untuk memperkuat Persipura di Piala Jenderal Sudirman. Namun, langkah Tim Mutiara Hitam terhenti di babak 8 besar dan Lancine Kone memilih tawaran tes di klub Malaysia, T-Team.
Advertisement