Bola.com, Jakarta - Tak hanya arsitek top dunia, Louis van Gaal yang harap-harap cemas terancam kehilangan posisi sebagai pelatih kepala Manchester United pada pengujung tahun 2015. Tiga pelatih klub Indonesia juga galau karena alasan yang sama karena imbas dari penampilan buruk klub mereka di Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Siapa saja pelatih yang dibayangi pemutusan kontrak?
1. Ibnu Grahan (Surabaya United)
Baca Juga
Ibnu Grahan dikontrak Surabaya United (dengan nama lawas Persebaya ISL) pada bulan Januari menggantikan posisi Rahmad Darmawan yang pindah ke Persija Jakarta. Sepanjang tahun ini sang pelatih gagal memberikan prestasi yang membanggakan buat klubnya.
Advertisement
Baca Juga
Di ajang Piala Presiden 2015, Surabaya United terpental dari babak perempat final setelah melakukan aksi walk out saat melakoni leg kedua melawan Sriwijaya FC di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Kala itu, Bonek FC (nama yang dipakai Surabaya United di Piala Presiden) dalam kondisi unggul 1-0 lewat gol yang dicetak, Ilham Udin. Mereka memilih WO karena tak puas dengan kinerja wasit Jerry Elly.
Peluang Surabaya United lolos ke semifinal sebenarnya besar setelah di laga perdana menang 1-0. Secara garis besar penampilan tim asuhan Ibnu Grahan yang dihuni sejumlah bintang muda jebolan Timnas Indonesia U-19 di Piala Presiden kurang menyakinkan. Mereka sempat kalah 0-3 dari Persib Bandung yang akhirnya jadi juara turnamen pada babak penyisihan.
Selanjutnya kiprah Surabaya United di Piala Jenderal Sudirman juga tak mulus. Evan Dimas dkk. terlempar dari persaingan babak 8 besar dengan rekor tiga kali kalah melawan Pusamania Borneo FC (1-2), Arema Cronus (1-3), dan Persipura Jayapura (0-2).
Menjelang babak 8 besar PJS, asisten pelatih, Tony Ho dipecat dari Surabaya United. Seusai menjalani duel perdana babak 8 besar tiga pemain: Otavio Dutra, Pedro Javier, dan Jendry Pitoy, diputus kontrak karena dinilai penampilannya buruk.
Keputusan tegas soal nasib Ibnu Grahan agaknya bakal diambil dalam waktu dekat. Walau diiming-imingi tetap dipertahankan untuk memimpin Surabaya United pada turnamen-turnamen lanjutan di awal 2016, belakangan mulai timbul desas-desus Surabaya United tengah mencari pelatih baru mengantikan Ibnu. Sang mentor dinilai gagal memaksimalkan potensi pemain-pemain belia jebolan Timnas Indonesia U-19. Ia dinilai sering salah memilih pemain asing.
2. Benny Dollo (Sriwijaya FC)
Benny Dollo didatangkan Sriwijaya FC dengan target tinggi juara Indonesia Super League 2015. Ia dibekali dana taktis dalam jumlah besar untuk mendatangkan banyak pemain bintang.
Sayangnya, kompetisi kasta elite terhenti setelah tiga pekan berjalan karena konflik PSSI dengan Kemenpora. "Kesaktian" Bendol meracik taktik juga belum tampak bagi Tim Laskar Wong Kito. Pelatih asal Manado tersebut naik daun saat sukses meloloskan Sriwijaya FC ke final Piala Presiden. Padahal, Sriwijaya menyongsong turnamen ini dengan kondisi compang-camping, hanya melakukan persiapan kurang dari dua pekan.
Ironisnya, posisi Benny tersudut setelah SFC tersingkir dari penyisihan Piala Jenderal Sudirman. Manajemen klub mulai terlihat gusar, karena di turnamen ini Sriwijaya jadi tim unggulan. Belanja pemain yang mereka lakukan untuk memperkuat skuat amat jorjoran.
Ferdinand Sinaga, T.A. Musafri, Patrich Wanggai, Titus Bonai, dan Osas Saha, merupakan sederet pemain top yang membela Sriwijaya FC di Piala Jenderal Sudirman. Menjelang tutup tahun petinggi PT Sriwijaya Optimis Mandiri menggelar rapat evaluasi. Dalam pertemuan itu kabarnya dibahas soal masa depan Benny Dollo. Manajemen klub kurang puas dengan kinerja sang mantan pelatih Timnas Indonesia di Piala AFF 2008 tersebut.
3. Bambang Nurdiansyah (Persija Jakarta)
Sosok Bambang Nurdiansyah ditunjuk secara dadakan menggantikan Rahmad Darmawan sebulan menjelang Piala Jenderal Sudirman. Manajemen Tim Macan Kemayoran menaruh harapan besar klub bisa juara untuk mengembalikan kepercayaan suporter The Jakmania.
Kasus keuangan sepanjang 2015 membuat reputasi Presiden Persija, Ferry Paulus, anjlok di mata suporter. Banur diharapkan bisa mengatrol performa Persija.
Guna memuluskan upaya pencapaian juara, Banur diberi kebebasan mendatangkan pemain-pemain berkualitas. Emmanuel Kenmogne, M. Roby, Raphael Maitimo, dan sederet pemain dengan nama besar didatangkan ke Persija.
Sayangnya langkah Persija terhenti di babak 8 besar. Sepanjang pelaksanaan turnamen, rapor Tim Oranye tak bisa dikatakan positif. Tim asuhan Bambang Nurdianyah terkendala inkonsistensi performa, tidak menunjukkan kualitas sebagai tim yang berpeluang besar juara.
Banur yang dikontrak di PJS saja terancam diganti pelatih lain. Ferry Paulus mengaku masih berpikir untuk memberi sang striker legendaris timnas Indonesia kontrak baru.