Bola.com, Jakarta - Keberadaan pemain asing yang berasal dari benua Asia berhasil memberikan warna tersendiri bagi kompetisi di Tanah Air. Mereka berhasil unjuk gigi sejak pintu masuk bagi pemain asing dibuka pada era Galatama, kemudian Liga Indonesia, Indonesia Super League, hingga terkini Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo.
Advertisement
Baca Juga
Dari sekian banyak nama pemain asing yang pernah beredar di Indonesia, striker legendaris Singapura, Fandi Ahmad, merupakan salah satu yang terbaik. Rekam jejak karier mantan pemain klub Galatama, Niac Mitra itu, di Indonesia berhasil diikuti penerusnya yang juga berasal dari Negeri Singa, Noh Alam Shah.
Selain kedua pemain ini, terdapat beberapa nama pemain impor dari benua Asia yang pantas dipuji karena berhasil menunjukkan kualitasnya saat bermain di kompetisi paling elite di Tanah Air.
Kini jumlah pemain asing asal Asia di klub-klub TSC tak kalah dibanding legiun-legiun impor asal Amerika Latin dan Eropa. Kehadiran mereka memberi warna bagi perhelatan elite sepak bola nasional.
PT Gelora Trisula Semesta, operator TSC 2016 memperbolehkan klub mengontrak empat pemain asing, di mana salah satunya wajib harus berasal dari ranah Asia.
Bola.com coba merangkum 5 pemain asing terbaik dari benua Asia yang punya pengaruh besar saat bermain di Indonesia:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Fandi Ahmad
Sosok pria yang kini berusia 53 tahun ini begitu disegani semasa masa aktif bermain. Bahkan, dia kerap disebut-sebut sebagai striker terbaik yang pernah dimiliki timnas Singapura.
Pada 1982-1983, pemain yang mengemas lebih dari 100 caps bersama timnas Singapura itu memilih berkarier bersama salah satu klub papan atas di kompetisi Galatama, Niac Mitra. Fandi bergabung ke klub yang kala itu diasuh M. Basri bersama kiper asal Singapura, David Lee.
Pemain asing pertama dari benua Asia itu pun langsung unjuk gigi di musim pertamanya. Fandi Ahmad yang jadi pemain terbaik Asia tahun 1996 itu mencetak 13 gol dan berhasil membawa Niac Mitra meraih juara Galatama. Kabarnya, kala itu Fandi menerima bayaran 75 ribu dolar AS setahun dari Niac Mitra.
Namun, kebersamaan pemain yang pernah menolak tawaran klub papan atas Belanda, Ajax Amsterdam itu bersama Niac Mitra, hanya berlangsung semusim. Mantan kapten timnas Singapura terpaksa hengkang karena PSSI melarang penggunaan pemain asing pada 1983.
Setelah melanglang buana di kompetisi benua Asia dan Eropa, pria berdarah Jawa ini kembali ke Indonesia. Namun, kali ini mantan pemain yang pernah diangkat jadi warga kehormatan Surabaya datang sebagai pelatih Pelita Jaya pada 2006-2010.
Advertisement
Noh Alam Shah
Striker temperamental ini masuk daftar pemain asing dari benua Asia yang sukses bermain di Indonesia. Along, sapaan akrab Noh Alam, berhasil mengikuti jejak seniornya, Fandi Ahmad.
Along pertama kali berkarier di Indonesia bersama Arema tahun 2009. Keputusannya bermain di Indonesia diikuti rekan setimnya di timnas Singapura, M. Ridhuan. Bersama tim berjulukan tim Singo Edan, pria yang kini berusia 35 tahun mencetak 31 gol dari 73 pertandingan. Musim 2009-2010, Along juga berhasil mengantarkan Arema juara Indonesia Super League.
Ironisnya, karier Along bersama Arema Indonesia berakhir menyedihkan. Striker yang sempat berkostum Arema IPL itu memilih pergi dari Malang tahun 2011 karena masalah tunggakan gaji. Ketika itu, gaji Along dan pemain Arema lainnya ditunggak selama 2 bulan.
Setelah memutuskan hengkang dari Arema, mantan pemain Tampines Rovers sempat mencoba peruntungan dengan berkostum PSS Sleman pada 2013. Namun, kariernya mandek karena lebih sering berkutat dengan cedera dan hanya bisa mencetak 2 gol dari 11 pertandingan.
Begitu kembali ke Singapura, Shah Alam datang dengan kabar yang mengejutkan pada Agustus 2015. Pemain berdarah Bawean, Gresik, Jawa Timur, dikabarkan banting setir menjadi sopir di Negeri Singa.
Sepanjang kariernya, Noh Alam akrab dengan masalah disiplin. Bahkan, dia pernah dijatuhi skorsing selama satu tahun oleh Komdis FAS (PSSI-nya Singapura) karena menendang kepala kompatriotnya di timnas Singapura, Daniel Benett, hingga terkapar dan harus dilarikan ke rumah sakit tahun 2007.
Kosin Hathairattanakool
Penjaga gawang asal Thailand dengan paras ganteng ini pernah begitu dipuja oleh bobotoh. Kosin berhasil menarik hati suporter Persib Bandung meski hanya bermain selama satu musim dengan tim berjulukan Maung Bandung itu.
Bergabung dengan Persib selama satu musim (tahun 2006) di Liga Indonesia XII, kiper kelahiran Sakon Nakhon, 33 tahun silam, langsung menjadi pilihan utama di bawah mistar Persib. Kosin yang kala itu berstatus kiper timnas U-23 Thailand didatangkan dari Osotspa FC.
Penegasan akan kehebatan Kosin terlihat saat dia berada paling atas dalam daftar polling pemain yang akan bermain dalam laga Perang Bintang tahun 2006. Berkat penampilan gemilang itu pula, kiper yang didatangkan Persib berkat jasa pemilik Saint Prima, almarhum Hasan Saputra itu, akhirnya diboyong Chonburi.
Dua musim di Thailand, Kosin kembali ke Persib tahun 2009 dengan status pinjaman dan kembali membuktikan kehebatannya soal urusan menjaga gawang Persib.
Pada petualangan keduanya ini, Kosin didampingi pemain hebat asal Negeri Gajah Putih lainnya, Suchao Nutnum. Tiga bulan di Persib, Suchao muncul sebagai idola baru karena penampilan memikat yang dia tunjukkan. Suchao mencetak 3 gol dari 13 laga bersama Maung Bandung.
Saking cintanya kepada Suchao, bobotoh sampai membuat gerakan "1 Juta Facebookers Mendukung Suchao Nutnum Dipertahankan" untuk memastikan sang pemain tetap di Persib tahun 2010. Namun, hal itu tidak terwujud karena Suchao memutuskan kembali ke Buriram.
Kado perpisahan terbaik pun didapat Suchao pada laga terakhirnya bersama Persib. Di Stadion Si Jalak Harupat, spanduk "Terimakasih Suchao" terpampang di seluruh sudut stadion. Terharu melihat besarnya dukungan bobotoh, Suchao sampai menitikan air mata saat mengucapkan salam perpisahan kepada suporter Persib.
Advertisement
Safee Sali
Pemain yang memupus asa timnas Indonesia untuk menjuarai Piala AFF 2010 ini diboyong Pelita Jaya Karawang musim 2011-2012. Di musim pertamanya, Safee Sali mencetak 20 gol dan berhasil membawa Pelita Jaya finis di posisi keenam klasemen akhir ISL.
Kehadiran Safee Sali di Tanah Air juga menyedot perhatian yang besar mulai dari media hingga pencinta sepak bola. Maklum, pemain yang memiliki darah Jawa ini dikabarkan menerima bayaran wah, yakni Rp 5,9 miliar untuk dua musim saat memperpanjang masa baktinya dengan Pelita Jaya. Jika dirata-rata, dia mendapatkan gaji sekitar Rp 267 juta setiap bulannya.
Nilai kontrak menggiurkan Safee Sali itu juga sempat jadi pemberitaan media-media Malaysia. Bahkan, media di Negeri Jiran itu memberikan julukan Pria Satu Juta Dolar yang mengacu pada kontrak wah yang didapat sang pemain.
Selama di Indonesia, pemain yang kini membela Johor Darul Takzim ini bermain dalam 72 pertandingan dan berhasil mencetak 56 gol. Mantan pemain Arema itu akhirnya memilih kembali ke Malaysia karena situasi sepak bola di Indonesia yang tidak kondusif karena adanya dualisme kompetisi tahun 2012.
Pemain yang terikat kontrak dengan Arema hingga tahun 2014 pergi dengan status pinjaman ke JDT dan mendapatkan bayaran 135 juta per bulan.
Yoo Jae-hoon
Dari sekian banyak pemain asal Korea Selatan yang mencari peruntungan di Indonesia, mantan kiper tangguh Persipura Jayapura, Yoo Jae-hoon bisa dikatakan yang paling sukses.
Kiper jangkung berusia 32 tahun ini berhasil mengantarkan Persipura Jayapura meraih dua gelar ISL (2010-11 dan 2013) dan juara turnamen pramusim, Inter Island Cup (2011), selama empat musim berkostum tim Mutiara Hitam.
Jae-hoon pertama kali memperkuat Persipura tahun 2010. Ia berhasil menjawab kepercayaan tim pelatih yang baru saja kehilangan salah satu kiper terbaik di Indonesia, Jendri Pitoy. Hal itu dibuktikan dengan gelar yang diraih Persipura di musim pertamanya.
Namun, kebersamaan Yoo dengan Persipura harus berakhir di awal ISL 2015. Pengurangan jatah pemain asing sesuai regulasi PT Liga Indonesia memaksa manajemen Persipura melepas salah satu pemain kunci mereka selama empat musim terakhir ke Bali United.
Hanya, karier Yoo Jae-hoon di Bali United juga tidak berjalan mulus. Dipercaya sebagai kapten, mantan pemain Daejeon Citizen itu hanya bermain dalam dua laga resmi bersama tim asuhan Indra Sjafri. Jae-hoon memilih pulang kampung setelah kompetisi terhenti setelah Kemenpora membekukan PSSI pada 17 April 2015.
Sekarang di Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo ia memutuskan kembali ke Persipura Jayapura. Akankah ia kembali sukses mempersembahkan gelar juara?
Advertisement