Bola.com, Semarang - Kompetisi sepak bola Indonesia memang vakum, namun aktivitas di dunia olah si kulit bundar mesti terjaga. Hal itulah yang ada dibenak legenda PSIS Semarang, Sartono Anwar dan Edy Paryono, untuk mendirikan akademi sepak bola Tugu Muda Semarang.
Sartono dan Edy menggandeng para juniornya di bidang kepelatihan, seperti Unggul Virgolo, Joko Sutrisno, dan Ahmad Kamali. Akademi itu merupakan kelanjutan dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Tugu Muda yang telah didirikan Sartono sejak 1987. SSB itu melahirkan pemain papan mulai Eko Purjianto (asisten pelatih Bali United), kiper legendaris Kurnia Sandi, hingga mantan penjaga gawang Timnas U-19, Ravi Murdianto dan Awan Setho.
"Kalau yang SSB itu disebut pra-akademi, sekarang sedang dikembangkan akademi untuk usia 16-23 tahun. Pendaftaran ditutup 23 Januari dilanjutkan seleksi akan digelar di Lapangan Diponegoro 24-27 Januari," ungkap Sartono kepada bola.com, Kamis (14/01/2016).
Advertisement
Baca Juga
Sartono Anwar dan Edy Paryono merupakan pelatih yang memberikan gelar kompetisi buat PSIS. Sartono mengantar PSIS juara Perserikatan 1986/1987, sementara Edy sukses mengantar Mahesa Jenar meraih juara Liga Indonesia V 1998/1999. Dengan berkumpulnya para pelatih kawakan di Akademi Tugu Muda, Sartono memang membidik para pemainnya nanti mampu bersaing di pentas sepak bola nasional.
Sartono menjelaskan, pemain akan disalurkan sesuai dengan usia dan kemampuan baik ke klub yang bertanding di Piala Soeratin, PPLP Jateng, Liga Nusantara (Linus), Divisi Utama, hingga Liga Super Indonesia (ISL).
Mantan pelatih Putra Samarinda itu menambahkan, proses seleksi akan berlangsung ketat dan cermat. Sebab tim pelatih akan membagi pemain berdasarkan kualitas. Pertama adalah kelompok Merah putih. Pesepak bola muda yang mampu menembus kelompok tersebut tidak dikenakan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Selanjutnya adalah Merah Hijau di mana pemain wajib membayar SPP bulanan Rp 150 ribu. Sementara seluruh pemain yang diterima juga membayar Rp 250 ribu/dua tahun untuk pembelian perlengkapan seperti tas, seragam, dan kebutuhan lain.
Agar tak membebani orang tua murid, lanjut Sartono, pihaknya sedang bekerja keras mencari pendanaan dari sponsor. Pria berusia 68 tahun itu mengklaim akademinya sudah mendapat sponsor kelas kakap.
"Sponsor yang sudah masuk produk jamu terkenal dari Semarang. Kami sedang bekerja keras untuk mencari sponsor sebanyak-banyaknya," tutur ayah bek PBR, Nova Arianto tersebut.
Melihat kondisi sepak bola yang masih vakum seperti saat ini, Sartono berharap Menpora Imam Nahrawi dan PSSI tak mementingkan ego masing-masing. Dia mendesak agar elite sepak bola bisa berpikir secara rasional untuk memajukan sepak bola Tanah Air.
"Kalau sekarang semua serba sudah baik klub, pelatih maupun pemain. Klub jadi asal-asalan menggelar program latihan," ucap dia.