Sukses


Mirip di Indonesia, Tunggakan Gaji Miliaran Warnai Liga Malaysia

Bola.com, Jakarta - Disebut-sebut beberapa pihak lebih profesional daripada kompetisi di Indonesia, penyelenggaraan kompetisi profesional di Liga Malaysia ternyata juga diwarnai problem tunggakan gaji pemain.

Seperti dilansir di Harian Metro, Sabtu (16/1/2016), terdapat tunggakan gaji pemain dengan total tunggakan sebesar 4,47 juta ringgit atau setara 14,12 miliar rupiah.

Jumlah itu merupakan hasil pengumpulan data yang dilakukan Persatuan Pemain Bolasepak Profesional Malaysia (PFAM) sejak pertengahan musim 2015. Ada sebanyak lima klub yang diketahui menunggak gaji pemain selama kurun waktu itu.

"Tunggakan gaji ini dialami baik pemain lokal maupun pemain asing. Situasi ini sangat menyedihkan di saat kompetisi Malaysia menuju privatisasi mulai musim ini," kata Izham Ismail, CEO PFAM.

"Hanya, saya tidak bisa menyebutkan dengan detail siapa saja klub yang menunggak gaji pemain. Namun, sebagai gambaran klub yang menunggak itu, dua klub peserta Malaysia Super League, dua klub dari Malaysia Premier League, serta satu atau dua klub Liga FAM (kompetisi kasta ketiga di Malaysia).

Dari laman Utusan, diketahui bila salah satu klub yang bermasalah dengan pembayaran gaji pemain adalah ATM FA, klub yang bakal dihadapi T-Team asuhan pelatih Rahmad Darmawan di play-off memperebutkan tiket bermain di Malaysia Super League 2016, 30 Januari 2016.

Izham mengungkapkan negosiasi sudah dilakukan dengan klub penunggak gaji dan Komisi Status Pemain di FAM juga sudah menginstruksikan klub segera melunasi tunggakan gaji. Namun, hingga kini pemain masih belum menerima pelunasan atas hak mereka.

"Kami pun sudah tak bisa berbuat apa-apa. Kalau kasus ini kami bawa ke FIFA, tentu prosedurnya harus melalui FAM terlebih dulu," lanjutnya.

Situasi ini sedang jadi pembicaraan hangat di kompetisi Malaysia, selain tren keberadaan perusahaan kosmetik yang tertarik mensponsori klub dengan memberikan puluhan persyaratan pada klub yang akan disponsorinya.

Problem tunggakan gaji ini jadi perhatian karena berkaitan dengan lisensi klub. Layaknya di Indonesia, sebelum turun di kompetisi pofesional, klub harus memiliki lisensi yang diperoleh setelah lolos verifikasi persyaratan yang diterapkan operator kompetisi. Verifikasi itu mengacu pada persyaratan yang ditetapkan asosiasi sepak bola setempat serta AFC.

Pengelola kompetisi Liga M (nama populer Malaysia Super League), Football Malaysia Limited Liability Partnership (FMLLP), memberikan peringatan kepada seluruh klub peserta Liga M 2016 untuk tidak bermasalah dengan pembayaran gaji pemain. Bila tidak, ada dua opsi sanksi yang bisa dijatuhkan FMLLP kepada klub pelanggar.

"Yang pertama, pengurangan tiga poin. Bila problem pembayaran gaji masih terus terjadi, tidak menutup kemungkinan lisensi klub itu akan kami cabut. Memang hal ini belum final karena kami masih harus bicara dengan klub peserta, tapi kami melihat sanksi itu sebagai jalan keluar terbaik daripada sanksi denda yang selama ini diterapkan FAM," ujar Ketua FMLLP, Kevin Rama­lingam, seperti dikutip di Utusan, Sabtu (16/1/2016).

Di kompetisi Indonesia, APPI sebagai asosiasi pesepak bola profesional Indonesia pernah merilis tunggakan gaji sejumlah klub. Akan tetapi, sejumlah pemain mengaku tidak menerima pelunasan gaji seperti kesepakatan awal lantaran beberapa klub memilih rasionalisasi sebagai cara menyelesaikan persoalan tunggakan gaji pemain yang dihadapinya.

 

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer