Bola.com, Padang - Keberhasilan Semen Padang ke final Piala Jenderal Sudirman masih menyisakan cerita. Ada kejadian menarik ketika tim Kabau Sirah menjamu Pusamania Borneo FC, Sabtu (16/1/2016) malam.
Saat babak kedua pertandingan yang dimainkan di Stadion H. Agus Salim itu, dimulai, tidak terlihat sosok Nilmaizar di bangku cadangan pemain. Ketika itu M. Nur Iskandar dkk. masih belum mencetak gol ke gawang Borneo FC. Hampir lima menit babak kedua berjalan, baru tampak lagi sosok Pelatih asal Payakumbuh, Sumbar itu di pinggir lapangan.
Usut punya usut, Nilmaizar meninggalkan Yoo Hyun-kyo cs. untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang muslim. Pelatih berusia 42 tahun tersebut menjalankan ibadah salat Isya. Menariknya, setelah Nilmaizar selesai salat, Semen Padang seperti diberi kemudahan.
Akhirnya tim Kabau Sirah mampu mencetak dua gol dan memaksa pertandingan dilanjutkan ke adu penalti. Pada adu tos-tosan, Semen Padang lebih beruntung ketimbang Borneo FC. Tim tuan rumah menang dengan skor 4-2.
Advertisement
Baca Juga
Kemenangan ini bisa jadi karena doa pelatih yang terkenal ekspresif di pinggir lapangan tersebut. Namun, Nilmaizar mengaku tak melakukan doa khusus saat itu. "Tidak ada doa yang macam-macam, saya hanya meminta yang terbaik untuk Semen Padang," ujar Nilmaizar kepada bola.com.
Di sisi lain, bukan kali ini saja mantan pelatih Timnas Indonesia itu meninggalkan bangku cadangan saat pertandingan berlangsung. Saat babak 8 besar melawan Persija di Solo lalu, Nil diketahui sempat bersantap malam tak lama setelah pertandingan dalam waktu normal berakhir, dan harus dilanjutkan dengan adu penalti.
Yang pasti, kini Kabau Sirah sudah menginjakkan kaki ke final Piala Jenderal Sudirman. Pada pantai puncak yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (24/1/2016), Semen Padang bertemu dengan Mitra Kukar, yang mengalahkan Arema Cronus juga di kandang lawan dan dengan cara adu penalti.
Partai puncak ini bakal jadi pertarungan dua pelatih hebat asal Sumatera Barat, Nilmaizar versus Jafri Sastra, yang sama-sama bisa dibilang murid Suhatman Imam, legenda sepak bola di ranah Minang.