Bola.com, Semarang - Rencana PT Liga Indonesia menggulirkan Indonesian Super Competition (ISC) 2016 ditanggapi sinis tim-tim Divisi Utama, salah satunya dari PSIS Semarang.
Bos PSIS, AS Sukawijaya, menyebut ajang yang rencananya dimulai Maret-November 2016 tersebut tak berguna lantaran hanya menggandeng klub Indonesia Super League (ISL).
"Itu sama saja dengan turnamen yang selama ini bergulir hanya formatnya saja berubah. Lalu buat apa? Kami yang berada di Divisi Utama butuh kompetisi bukan sebagai penonton," kata CEO PSIS yang akrab disapa Yoyok Sukawi itu.
Tim Mahesa Jenar sudah vakum dari aktivitas sepak bola nasional hampir setahun lamanya. Terakhir kali skuat asuhan M. Dofir tersebut terjun di turnamen adalah di Piala Polda Jateng, pertengahan tahun lalu. Selepas itu, praktis tak ada agenda lain yang diikuti PSIS termasuk Piala Kemerdekaan yang dihelat Tim Transisi.
Advertisement
Baca Juga
Gara-gara tersangkut skandal sepak bola gajah pada kompetisi Divisi Utama 2014-2015, peraih gelar Liga Indonesia V 1998-1999 itu sejatinya ingin memperbaiki citra. Persiapan matang serta perubahan tim pelatih dan pemain dilakukan demi sebuah prestasi. Tetapi, kompetisi Divisi Utama yang diidamkan pun bak jauh panggang dari api. PSIS lantas vakum hingga saat ini.
"Kami jujur saja bingung harus bergerak seperti apa. Seharusnya lebih dipikirkan bagaimana kompetisi berjalan dan ada promosi degradasi. Jadi jenjangnya jelas. Kalau turnamen sudah juara, ya selesai," tutur Yoyok.
Pria yang juga anggota Komisi V DPRD Jateng itu mendesak digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Kongres tersebut dinilainya sebagai solusi terbaik agar kometisi Liga Nusantara (Linus) hingga Divisi Utama kembali berjalan.
"Kasihan pelaku-pelaku sepak bola kasta bawah seperti Divisi Utama dan Linus banyak yang kehilangan mata pencaharian. Kalau hanya berpikir soal materi tanpa adanya jenjang yang jelas, tidak akan maju," ucapnya.