Bola.com, Blitar - Manajemen PSBI Kabupaten Blitar tak terlalu menggebu-gebu menyikapi rencana PT Liga Indonesia yang akan menggelar Indonesia Super Competition (ISC) untuk kasta Divisi Utama 2016. Pasalnya, Manajer Tim Hardiman masih mengaku trauma dengan penghentian kompetisi 2015 lalu.
"Kami tunggu saja kepastian rencana itu. Jika belum pasti, kami tak akan mengambil langkah apapun, seperti rekrutmen pelatih dan pemain. Kami butuh modal yang tidak sedikit. Tahun lalu, kami rugi hingga Rp 300 jutaan," tutur Hardiman.
Sebagai klub dari kota kecil yang sangat sulit menggandeng sponsor, faktor finansial jadi kendala utama. Padahal, seharusnya jika kompetisi musim lalu tak bubar, PSBI bisa berjalan sesuai rencana.
Advertisement
Baca Juga
"Akibat penghentian kompetisi, kepercayaan sponsor juga turun. Sulit meyakinkan mereka untuk bekerja sama lagi dengan PSBI. Apalagi sebagai klub profesional kami harus mandiri dan sponsor sebagai sumber utama pembiayaan tim. Makanya, kami biasa-biasa saja menyikapi gebrakan PT Liga itu. Ada kompetisi syukur, tak ada juga tak masalah," kata Hardiman.
Apalagi, lanjut sosok yang akrab dipanggil Ipung itu, klub level Divisi Utama dan klub-klub di bawahnya selama ini hanya dianggap sebagai anak tiri dan pelengkap sepak bola nasional.
"Fakta telah membuktikan turnamen-turnamen skala nasional hanya menguntungkan klub dan pemain di tingkat ISL saja. Operator tak tertarik membuat turnamen bagi Divisi Utama dan Liga Nusantara, karena tak punya nilai jual di mata sponsor. Padahal, sebenarnya klub-klub Divisi Utama juga punya suporter fanatik yang bisa mendatangkan pemasukan," ujar Hardiman.
Sepanjang tahun 2015, hanya ada satu turnamen skala nasional yang melibatkan klub Divisi Utama dan Liga Nusantara, yakni Piala Kemerdekaan. Tahun ini, PT LI yang akan membentuk PT baru agar mendapatkan restu dari BOPI dan Tim Transisi untuk memutar kompetisi. Rencananya, pembiayaan kompetisi DU dan Liga Nusantara diambil dari keuntungan ISC 2016.
"Dalam situasi sekarang, tampaknya susah ISC 2016 bagi klub ISL meraup untung. Sebagai klub profesional, mereka pasti memikirkan diri sendiri dulu. Ketika situasi sepak bola nasional normal saja, klub-klub ISL mengeluh rugi terus. Apalagi kondisi saat ini abnormal. Jadi, sekali lagi, kami tak terlalu antusias terhadap rencana itu," jelas Hardiman.