Bola.com, Semarang - Direktur Teknik PSIS Semarang, Setyo Agung Nugroho punya kesibukan baru. Saat kompetisi Divisi Utama dan PSIS vakum, Agung tetap menjadi manajer. Tapi kali ini, bukan klub sepak bola yang dipimpin Agung, melainkan tim bulutangkis.
Ya, pengusaha asal Kota Semarang itu telah dipilih menjadi manajer tim bulutangkis SIWO PWI Jateng yang akan bertanding di Porwanas XII (Pekan Olahraga Wartawan Nasional) 2016 yang digelar di Jawa Barat. Pekerjaan Agung sebagai manajer bulutangkis hampir sama dengan sepak bola. Ia menggelar seleksi pemain dan pemusatan latihan, hingga mengurus keberangkatan tim menuju Porwanas.
"Selain sepak bola, bulutangkis adalah olahraga favorit saya. Jadi manajer bulutangkis adalah amanah dari SIWO PWI dan kebetulan saya juga dekat dengan teman-teman wartawan," kata Agung.
Advertisement
Baca Juga
Agung merasa terhibur dan bisa tertawa lepas saat di lapangan bulutangkis. Maklum, pemain-pemain bulutangkis di kalangan wartawan rata-rata berusia di atas 30 tahun. Untuk seleksi Porwanas, Jateng mengumpulkan pemain dari tiga kelompok umur, yakni 27-39 tahun, 40-49 tahun, dan 50 tahun ke atas.
Bulutangkis memang bukan hal baru bagi Agung. Hampir setiap ada waktu senggang, dia selalu main bulutangkis dengan wartawan di Semarang. Terkadang, mantan pemain PSIS seperti M. Ridwan, Basuki, dan Agus Murod juga ikut bermain bulutangkis untuk reuni dan menjaga kebugaran.
"Bulutangkis jadi hiburan bagi saya dan jadi selingan saat masih aktif di sepak bola. Tapi sebenarnya saya rindu dengan kompetisi sepak bola dan PSIS," ucapnya.
Agung tak memungkiri kerinduan akan euforia sepak bola di Semarang. Semenjak PSIS didiskualfikasi akibat insiden gol bunuh diri melawan PSS Slemen di babak 8 besar Divisi Utama 2014, PSIS lebih banyak vakum dari kegiatan. Sepanjang tahun 2015, mereka hanya mengikuti satu turnamen, yakni Piala Polda Jateng. Selebihnya, Tim Mahesa Jenar absen, meski banyak turnamen lokal digelar di Jateng.
Seperti PSIS, Agung memilih menunggu kepastian kompetisi Divisi Utama 2016. Sikap PSIS memang cenderung cuek, menanggapi rencana PT Liga Indonesia menggulirkan kompetisi. PSIS Semarang justru mendesak PSSI segera menggelar KLB agar konflik sepak bola Indonesia tidak berlarut-larut.