Bola.com, Padang - Sorak sorai penonton yang hadir di Stadion Agus Salim, Padang, begitu nyaring terdengar menyambut kesuksesan Jandia Eka Putra menepis tendangan penyerang Pusamania Borneo FC, Jajang Mulyana. Itu menjadi kesuksesan kedua kiper Semen Padang menepis pemain Borneo saat adu penalti pada leg kedua semifinal Piala Jenderal Sudirman, 16 Januari 2016.
Advertisement
Baca Juga
Berkat kepiawaian Jandia, Semen Padang akhirnya lolos ke final setelah menang 4-2 pada babak tos-tosan. Bak pahlawan, nama Jandia dielu-elukan publik Ranah Minang, khususnya fans Semen Padang.
Baca Juga
Sudah enam penalti yang sukses dimentahkan Jandia sepanjang gelaran Piala Jenderal Sudirman. Lima di antaranya terjadi pada saat babak tos-tosan.
"Tak ada resep khusus. Hanya keyakinan. Yang di atas yang menentukan semuanya. Kita yakin saja," ujar Jandia soal kepiawaiannya dalam menepis penalti.
Awal Mula Gabung Tim Kota Kelahiran
Jandia satu di antara pemain lokal yang membela Semen Padang. Dia mengawali langkahnya dalam sepak bola profesional dengan gabung bersama PSP Padang pada tahun 2008.
Penampilannya yang gemilang bersama PSP membuat Semen Padang tertarik. Pelatih kiper Kabau Sirah kala itu, Zulkarnain Zakaria, melihat potensi besar pada diri Jandia.
Pemain dengan tinggi 180 cm ini lantas diminta datang untuk mengikuti seleksi dengan tim yang ketika itu berlaga di Divisi Utama. Tak butuh waktu lama bagi pelatih Arcan Iurie untuk memantau aksi Jandia. Dia langsung diterima untuk bergabung dengan tim kebanggaan Tanah Minang.
"Pertama disuruh ikut seleksi. Setelah seminggu latihan, saya langsung disuruh ikut masuk dalam tim," ungkap Jandia yang dijumpai bola.com selepas laga semifinal Piala Jenderal Sudirman.
Sebagai orang asli Padang, jelas Jandia bangga membela Tim Urang Awak. Kesempatan ini jelas tak mau disia-siakan Jandia.
"Siapa yang tak mau bermain untuk tim kota sendiri, apalagi ini tanah kelahiran saya. Dari dulu banyak teman yang ingin bermain untuk Semen Padang, tetapi alhamdulillah berkat kerja keras dan usaha saya bisa bermain di sini," kata Jandia.
Momen Manis Jalani Debut Buat Semen Padang
Meski demikian, perjalanan karier Jandia di Semen Padang tak berjalan mulus. Awalnya, pemain kelahiran Padang, Sumatera Barat, ini harus rela menjadi penghangat bangku cadangan.
Dia kalah bersaing dengan Dedi Sutanto dan Samsidar, dua kiper andalan Semen Padang kala itu. Ketika itu, sulit bagi Jandia membuktikan diri punya kualitas yang tak kalah hebat dengan dua seniornya tersebut.
Kesempatan buat "unjuk gigi" baru datang pada gelaran Indonesia Super League musim 2009-2010. Jandia mendapat kesempatan tampil saat Semen Padang tampil di Balikpapan.
Dia mengakui itu merupakan momen terindah dalam kariernya sebagai pesepak bola. "Debut pertama saya bersama Semen Padang pada laga ISL tahun 2009-10 di Balikpapan. Itu awal mula saya bermain untuk Semen Padang. Mulai dari situ saya bisa menunjukkan siapa saya," ujar Jandia.
Sejak saat itu, dia mulai mencuri perhatian pelatih hingga akhirnya benar-benar jadi andalan di bawah mistar gawang Kabau Sirah. Meski Semen Padang kerap berganti pelatih, posisi pemain yang berkiprah di tim PSTS Tabing saat masih junior ini hingga kini tak tergantikan.
Namun, tak banyak yang tahu bahwa karier Jandia sempat terancam ketika mengalami cedera bahu pada tahun 2012. Beruntung, cedera itu tak menamatkan kariernya.
"Saya cedera bahu ketika lawan Perseman Manokwari pada 2012. Saat itu saya harus istirahat selama satu bulan. Saya merasa agak sedih saat itu," tuturnya.
Harapan di Kala Pensiun
Karier Jandia dalam dunia sepak bola jelas masih panjang. Pada usia 28 tahun, dia masih bisa berkiprah untuk beberapa tahun ke depan.
Meski demikian, Jandia Eka Putra sudah punya mimpi jika nantinya tak lagi aktif bermain sepak bola. Yang pasti, ayah dari dua orang anak ini tak ingin jauh dari kampung halaman.
"Insya Allah, saya berharap Semen Padang mau nerima saya jadi karyawan. Jadi hidup saya di sini saja. Kalau ke depannya, siapa yang tahu seperti apa," harap kiper dengan gaya khas rambut gondrong tersebut.
Jandia tak menampik keinginan untuk menjadi seorang pelatih. Namun, hal itu belum menjadi prioritasnya saat ini.
"Belum ada rencana ke sana, tapi jujur ada keinginan untuk menjadi pelatih. Kita tunggu saja seperti apa nantinya," ucapnya.
Soal Mimpi Tampil Buat Timnas dan Keinginan Bermain di Luar Negeri
Saat ini, Jandia mengaku masih punya mimpi yang belum tercapai. Dia berhasrat suatu saat nanti tampil membela Timnas Indonesia di kancah internasional.
Sebenarnya peluang untuk mewujudkan mimpi tersebut ada pada tahun 2013. Ketika itu, Jandia mendapat panggilan bergabung dengan timnas Indonesia untuk laga kualifikasi Piala Asia 2015.
Sayangnya, duet pelatih Rahmad Darmawan dan Jacksen F. Tiago belum memberikan kesempatannya untuk melakukan debut untuk Merah Putih.
"Kalau di tim nasional saya belum pernah bermain. Saya ingin bermain di timnas Indonesia," ujar Jandia Eka.
Tak hanya ingin tampil untuk timnas Indonesia, Jandia juga tak menolak jika dapat kesempatan bermain di luar negeri seperti Andik Vermansah atau seniornya dulu, Elie Aiboy.
Namun, saat ini fokus Jandia hanya di Semen Padang. Dia ingin memberikan yang terbaik kepada tim kebanggaan publik Sumatera Barat.
"Kalau ada kesempatan, apa salahnya jika saya coba. Tapi sekarang saya di Semen Padang, jadi ingin fokus dulu di sini," kata Jandia.
Sosok Cinta Keluarga
Selain belum ada kesempatan, Jandia Eka mungkin masih berat untuk meninggalkan keluarga jika harus merantau. Jandia memang terkenal dekat dengan keluarga.
Jandia tampaknya tak bisa jauh dari Nibras Uhibbuki Fillah (3 tahun) dan Imtinan Qurratu'ain Fillah (1 tahun), dua buah hati hasil pernikahannya dengan wanita bernama Devina Yunisa. Saking dekatnya, kiper bernomor punggung 22 ini banyak menghabiskan waktu bersama Nibras dan Imtinan jika tak ada kesibukan latihan atau pertandingan.
"Saya biasanya menghabiskan waktu dengan anak. Saya selalu dengan mereka kemana-mana. Saya pergi juga mereka selalu ingin ikut," ungkapnya.
Kecintaannya terhadap keluarga juga terlihat dari nomor punggung yang dipakai Jandia. "Kebetulan juga anak saya yang pertama lahirnya tanggal 22 juga, istri juga lahir tanggal yang sama. Jadi saya suka dengan nomor 22," tutur Jandia Eka.
"Yang pasti, saya ingin menjadi imam yang baik buat keluarga. Ingin menjadi orang yang tidak muluk-muluk," ucapnya.