Bola.com, Surabaya - Satu-satunya klub profesional yang masih bertahan di Kota Surabaya, Surabaya United, tengah memasuki masa-masa sulit. Pemilik klub, I Gede Widiade mulai ngos-ngosan membiayai klub yang tak mendapat dukungan bulat dari Bonek Mania tersebut.
Surabaya pernah mencapai masa kejayaannya ketika ada tiga tim besar di kota ini. Selain Persebaya, mereka juga pernah memiliki tim raksasa Galatama NIAC Mitra dan Assyabaab Salim Group. Sayang, era keemasan Kota Pahlawan itu sudah lewat, bahkan kini terancam tak memiliki klub besar yang berkompetisi di level teratas.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini tak lepas dari sinar Surabaya United yang mulai meredup seiring banyaknya pemain senior tim ini yang hengkang ke klub lain. Rumornya, pemilik saham mayoritas klub ini I Gede Widiade mulai ngos-ngosan membiayai klub tersebut. Maklum, sejak sponsor utama mereka, Avian, mundur sebagai buntut dihentikannya kompetisi oleh PSSI, semua pembiayaan Surabaya United ditanggung sendiri oleh Gede.
Musim lalu saja, konon Gede menghabiskan kocek pribadi sekitar Rp 18 miliar. Dana yang tak sedikit bagi klub yang ditopang sendiri pendanaannya. Untuk musim ini, Gede tampaknya mulai melakukan efisiensi. Buktinya, ia tak lagi mampu mempertahankan sejumlah pemain senior karena tak bisa memenuhi tuntutan mereka.
Seperti diketahui, para pemain senior meminta pada manajemen Surabaya United untuk membuat kontrak baru dengan besaran yang lebih tinggi dari musim sebelumnya. Mereka juga berharap ada uang muka sebesar 25 persen dari total kontrak.
Dari kedua keinginan pemain senior itu, hanya kenaikan gaji yang bisa diwujudkan. Namun, besarannya tidak sesuai dengan permintaan pemain, sehingga mereka memilih kabur dan berlabuh ke klub lain.
Gede sendiri mencoba meredam isu tak sedap tersebut. “Kami tetap eksis walau ditinggal banyak pemain senior. Pemain muda kami waktunya tampil. Saya rasa kemampuan finansial kami masih tetap sama dengan musim lalu. Bahkan saya optimistis, kalau kompetisi jalan, kami bisa mencari sumber dana lain,” katanya.
Terlepas dari itu, SU sampai saat ini belum bisa menggaet sponsor kakap untuk membantu pembiayaan tim ini. Mereka masih mengandalkan uang pribadi Gede Widiade. Padahal, klub baru macam Madura United saja mampu mendapatkan sponsor kakap macam Garuda Food dan Smartfren.
Lantas sampai kapan Gede mampu mengatasi semuanya sendiri? Karena jika tak ditunjang oleh dana dari sponsor, PT MMIB selaku perseroan yang menaungi Surabaya United akan menjadi perusahaan yang tidak sehat secara finansial. Bahkan tak tertutup kemungkinan bakal kolaps.
Ini menjadi ancaman serius bagi kota Surabaya yang dulu menjadi barometer sepak bola Indonesia. Sebab, klub Surabaya lainnya, Persebaya 1927 juga tidak mampu eksis di kancah persepakbolaan nasional. Karena sejatinya mereka tidak memiliki dana.
Fakta itu tergambar jelas dari ketidakmampuan manajemen PT Persebaya Indonesia melunasi utang mereka ke pemain, tim pelatih, ofisial tim yang ditunggaknya sejak musim 2013 hingga sekarang. Satu-satunya pegangan mereka hanya hak paten nama dan logo Persebaya dari Departemen Hukum dan HAM.
Ironis rasanya mengingat klub yang satu ini sejatinya yang diyakini mayoritas Bonek Mania sebagai Persebaya Surabaya yang asli. Beda halnya dengan Surabaya United, walau mengantungi pengakuan legalitas dari PSSI, mereka dinilai bukan Tim Bajul Ijo sejati.