Bola.com, Padang - Terjawab sudah teka-teki seputar nasib Piala Wali Kota Padang. Turnamen yang rencananya digelar dari 26 Februari hingga 6 Maret 2016 tersebut terpaksa ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Ketua pelaksana turnamen, Shandy Anugerah, mengungkapkan ajang tersebut terpaksa ditunda karena pelaksanaan turnamen edisi kedua itu bersamaan dengan Piala Gubernur Kaltim (PGK). Sesuai jadwal Piala Gubernur Kaltim digelar 27 Februari-17 Maret 2016.
"Awalnya kami telah mendapat rekomendasi dari BOPI sejak Januari lalu, sementara Tim Transisi selaku penanggung jawab otoritas sepak bola nasional memberikan rekomendasi jadwal bulan Februari. Namun, karena bersamaan dengan jadwal dengan Piala Gubernur Kaltim, jadwal Piala Wali Kota Padang ditunda," ujarnya di kantor Dispora Padang, Selasa (16/2/2016).
Advertisement
Baca Juga
Shandy menambahkan Tim Transisi merekomendasikan jadwal pelaksanaan pada April 2016. Namun, karena ada indikasi pada bulan itu bertepatan dengan pelaksanaan Indonesia Super Competition (ISC), panpel belum berani memberikan jadwal baru.
"Sebenarnya jauh-jauh hari, kami sudah memberikan jadwal kepada BOPI dan Tim Transisi. Apalagi saat itu pelaksanaan turnamen tidak berdempetan dengan agenda lain. Namun, kenyataannya di tengah jalan ada beberapa turnamen yang memajukan pelaksanaan. Ini yang jadi masalah," lanjut Shandy.
Ia menambahkan pihak panpel sudah berargumen bahwa Piala Wali Kota Padang tidak berubah dalam hal jadwal pelaksanaan. Hal tersebut lantaran turnamen lain masih tarik ulur saat itu.
"Saya sudah bicara dengan Wali Kota Padang menyangkut penundaan turnamen. Kami belum bisa pastikan kapan digelar karena pada bulan April ada agenda yang jauh lebih bergengsi. Kami akan keluarkan jadwal baru setelah bertemu Menpora dan Tim Transisi," bebernya.
Sebenarnya Piala Wali Kota Padang tetap bia berjalan sesuai rencana karena kontestan turnamen tak sama dengan peserta yang ambil bagian di Piala Gubernur Kaltim. Hanya, panpel Piala Wali Kota Padang tak mau memaksa lantaran khawatir pelaksanaan tak maksimal, terutama dari sisi komersial.