Bola.com, Depok - Manajemen Persija Jakarta cenderung memberikan fasilitas yang minimalis untuk para pemainnya yang menjalani latihan persiapan turnamen Piala Bhayangkara di Lapangan POR Sawangan, Depok, Rabu (17/2/2016).
Sejumlah pilar Persija, datang ke tempat latihan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Manajemen Tim Macan Kemayoran tidak menyediakan bus, seperti yang dilakukan klub-klub lainnya. Hal ini dikarenakan Tim Oranye tidak memiliki mes untuk tempat berkumpul pemain.
Para pemain berangkat latihan dari kediamannya masing-masing. Untuk sampai ke lapangan yang terletak di pinggiran Jakarta, para pemain mengendarai kendaraan roda empat, atau roda dua yang mereka miliki. Bahkan ada juga pemain yang nebeng dengan rekan satu timnya yang jalur rumahnya satu arah.
Advertisement
Baca Juga
Buat sejumlah pemain perjalanan menuju lokasi latihan jadi sebuah perjuangan, mengingat kemacetan Jabodetabek belakangan meningkat karena program perbaikan jalan.
"Saya datang ke sini nyetir mobil sendiri dari rumah saya di Bogor. Untungnya rumah saya tidak terlalu jauh dari Sawangan. Repot juga kalau harus bermacet-macet," kata bek Persija Gunawan Dwi Cahyo, usai berlatih.
Kejadian seperti ini bukanlah pertama kali dialami oleh para pemain Persija. Pada turnamen Piala Jenderal Sudirman, manajemen klub itu tidak menyiapkan mobil jemputan untuk tim saat belatih di lokasi yang sama.
Manajemen klub berasalan tak adanya mobil jemputan karena sehabis latihan para pemain langsung pulang ke rumahnya masing-masing yang berada di kawasan Jabotabek. Sehingga mereka tidak perlu menyewa bus jemputan. Bahasa halus menutupi kenyataan Persija kondisi keuangannya pas-pasan, sehingga mereka tidak bisa memanjakan awak tim dengan fasilitas wah.
Lantas bagaimana nasib para pemain Persija yang tidak mempunyai rumah di Jabodetabek? Pelatih fisik Macan Kemayoran, Nimrot Manalu, manajemen klub menyiapkan rumah sewaan di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan, yang tak jauh dari Sawangan. Para pemain yang berasal dari luar Jakarta bisa menginap di sana.
"Kami ada tempat yang rencananya dipakai untuk menampung pemain asal daerah. Tapi saya lupa namanya apa karena saya belum sempat melihat rumah untuk para pemain," ucapnya.
Sebelumnya, para pemain Persija juga sempat mendapatkan fasilitas yang sederhana dari manajemen klub. Pada pemusatan latihan untuk Piala Jenderal Sudirman di Malang beberapa waktu lalu, mereka mesti menggunakan satu bus tua milik Askot PSSI Kota Batu dari hotel menuju lapangan.
Bahkan, bus berkapasitas maksimal 20 orang itu harus diisi melebihi kuota. Sebab diisi 25 orang, sehingga beberapa pemain dan ofisial tim Persija harus duduk berdempetan di pinggir pintu. "Ya beginilah hari-hari kami. Untungnya walau sederhana, pemain tetap bersemangat," ucap Bambang Nurdiansyah, saat menerima kedatangan bola.com di Malang.
Apa yang dialami Persija terasa ironis. Klub dengan koleksi 10 gelar juara kompetisi kasta tertinggi (9 perserikatan, 1 Liga Indonesia) pada awal 2000-an bergaya hidup mewah. Persija yang masih disokong penuh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, selalu memberikan fasilitas terbaik buat anggota tim.
Di era Gubernur DKI, Sutiyoso dan Fauzi Bowo, Persija menempati mes di kawasan Stadion Menteng, Jakarta Pusat. Saat stadion digusur awak tim pun pindah mes yang terletak di kawasan Diklat Ragunan. Untuk menjalani aktivitas latihan rutin pelatih dan pemain menumpang bus berwarna Oranye milik Pemda DKI.
"Situasinya sudah beda, sekarang Persija hidup mandiri tak lagi mendapat bantuan dana APBD. Kami harus hati-hati mengatur keuangan, apalagi saat kondisi sepak bola nasional sedang tak menentu karena konflik PSSI dengan Kemenpora," ucap Ferry Paulus, Presiden Persija Jakarta belum lama ini.
Itu baru fasilitas pendukung latihan. Lantas bagaimana dengan besaran kontrak atau gaji yang diberikan manajemen ke pemain? Para pemain kabarnya mendapat kontrak jangka panjang. Ferry Paulus dkk. agaknya kapok mengontrak pemain dengan durasi kontrak jangka pendek dengan nominal kecil membuat penggawa Persija terkesan tampil ogah-ogahan.
Tak heran dengan hal-hal serba minimalis Persija kesulitan mendapatkan pemain-pemain bintang. Satu persatu pemain-pemain terbaik mereka pergi ke klub lain yang menyodorkan kontrak lebih menjanjikan. Apakah situasi akan membaik di Piala Bhayangkara nanti?