Bola.com, Ciamis - Pakar komunikasi Effendi Gazali menjadi salah satu bintang pada acara silaturahmi CEO klub sepak bola se-Indonesia di Islamic Center Ciamis, Kamis (25/2/2015).Sosok yang sering muncul di beberapa televisi swasta nasional itu didaulat panitia pelaksana sebagai pemandu jalannya diskusi.
Dengan pembawaan dan tutur kata yang terstruktur rapi, Effendi Gazali mampu meredam suasana ketika hadirin mulai panas. Terutama saat perwakilan klub membahas kemungkinan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI dimasukkan dalam salah satu tuntutan deklarasi.
"Saya salut dengan semangat teman-teman pengelola klub yang hadir. Selama ini, wawasan saya tentang sepak bola Indonesia, terutama soal konflik PSSI dengan Menpora berasal dari berbagai sumber. Tapi, wawasan saya makin lengkap karena berhadapan langsung dengan pemilik klub yang telah berdarah-darah menghidupi klubnya," tutur Effendi Gazali.
Melihat antusiasme tersebut, Effendi berinisiatif ikut mengawal deklarasi hasil pertemuan Ciamis tersebut hingga ke Presiden Joko Widodo.
Advertisement
Baca Juga
"Saya tak punya kepentingan di wilayah konflik sepak bola nasional. Tapi, saya suka olahraga ini karena di dalamnya ada dinamika, seperti intrik, sportivitas, pengorbanan, hingga kebanggaan. Tapi, saya siap membantu teman-teman hingga tujuan mereka tercapai," ungkapnya.
Soal KLB PSSI yang tak dicantumkan dalam Deklarasi Ciamis, Effendi Gazali menilai sebuah kebijakan dan kearifan para pemilik klub.
"Kalau dipikir, teman-teman yang mayoritas dari Divisi Utama ini seperti tak dihiraukan. Tapi, mereka tetap berpikir tanpa tuntutan KLB karena sebenarnya keinginan teman-teman ini kompetisi Divisi Utama diputar. Dengan bahasa halus, sejatinya kalau dicermati soal KLB ada dalam item kedua Deklarasi Ciamis yang menuntut reformasi tata kelola sepak bola Indonesia," ucapnya.
Soal persamaan perlakuan dengan klub ISL, lanjut Effendi Gazali, sebenarnya itu bisa diatasi. "Jika ISL dapat jatah tayang langsung di televisi, ya setidaknya klub di bawahnya dapat cuplikan pertandingannya. Masak tiap saat kita dicekoki liga Eropa. Kapan kita tahu dan mencintai sepak bola kita sendiri," kata Effendi.