Bola.com, Jakarta - Gerakan mengajak pemain melakukan boikot di ajang turnamen yang diusung Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) resmi direvisi. Keputusan asosiasi yang dipimpin dua pemain top Ponaryo Astaman dan Bambang Pamungkas diumumkan Sabtu (27/2/2014).
Dalam rilis yang dikirim ke bola.com disebutkan bahwa pembatalan gerakan boikot turnamen yang dideklarasikan pada 14 Januari 2016 dicabut seiring kepastian pelaksanaan Indonesia Soccer Championship (ISC). Gerakan menolak tampil di turnamen sendiri dicuatkan APPI sebagai bentuk kegelisahan terhadap konflik berkepanjangan antara PSSI dengan Kemenpora yang membuat pelaksanaan kompetisi profesional berbagai level mati suri.
Advertisement
Baca Juga
”APPI kini telah mendapat jawaban dan kepastian dari PT Gelora Trisula Semesta, sehingga point-poin dari dekarasi APPI tersebut kini telah gugur seiring dengan akan terselenggaranya ISC 2016. Kami berharap ISC ke depan akan menjadi jawaban atas kegelisah pesepak bola di Indonesia yang dalam kurun waktu satu tahun ke belakang ini tidak mendapat kepastian terselenggaranya kompetisi sepakbola profesional di Indonesia," tulis APPI dalam rilisnya.
APPI juga menyampaikan apresiasi terhadap PT GTS, perseroan baru yang dibentuk klub-klub ISL dan Divisi Utama, berkaitan dengan sejumlah regulasi kompetisi garapan mereka.
"Kami memberika apresiasi sebesar-besarnya kepada PT GTS dalam menerapkan tata kelola kompetisi sepak bola profesional di antaranya pemberian sanksi kepada klub atas keterlambatan gaji pesepak bola. Kami akan menunggu realisasi dari regulasi tersebut dan siap bekerja sama baik dengan operator maupun klub dalam mewujudkan hal tersebut."
Disamping itu, APPI juga telah membuat Standar Minimum Perjanjian tentang idealnya sebuah kompetisi sepak bola profesional. Mereka berniat menyampaikannya ke PT GTS.
"Kami melihat PT GTS sudah menerapkan beberapa regulasi yang sesuai dengan Standar Minimum Perjanjian dengan pemain. Namun kami juga melihat terdapat point-poin lainnya yang dirasa belum memenuhi Standar Minimum Perjanjian klub dengan pesepak bola. Kami berharap hal-hal yang belum terpenuhi tersebut bisa dipenuhi di kompetisi ISC 2016 nanti."
PT Liga Indonesia melalui anak perusahaan PT Gelora Trisula Semesta menggelar Indonesia Soccer Championship A untuk klub ISL. Rencananya, kompetisi itu digelar mulai 15 April-18 Desember 2016 dengan format satu wilayah.
Ada beberapa aturan penting dalam kompetisi itu. Pertama, anggaran belanja klub untuk mengontrak pemain dibatasi maksimal Rp 10 miliar dan minimal Rp 5 miliar. Hal itu dilakukan untuk memproteksi klub dari kesulitan finansial.
"Artinya, klub tidak bisa terlalu boros, tapi tidak boleh terlalu hemat dalam merekrut pemain, misalnya pemain amatir. Itu dilakukan untuk menjaga persaingan,” kata Joko Driyono, Direktur Utama PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Selain itu, PT GTS juga memberlakukan pengurangan poin apabila klub menunda gaji pemain. Bila klub menunda pembayaran satu pemain selama satu bulan, poin dikurangi satu. Bila ada satu pemain yang gajinya ditunda selama dua bulan, poin dikurangi tiga. Bila ada lima pemain yang gajinya ditunda sampai tiga bulan, klub akan kehilangan hak komersialnya (subsidi).
Sebelum kompetisi bergulir, PT GTS akan melakukan verifikasi terhadap klub. Mekanismenya, ada perwakilan PT GTS yang bakal mendatangi klub untuk memastikan persyaratan yang harus dipenuhi.
Ada persyaratan baru yang diberlakukan, yakni berkaitan dengan Quality Management System dan laporan keuangan klub (termasuk pajak), dan sistem penyelesaian sengketa klub dengan pemain.
Timeline PT GTS, pada 5 Maret semua klub sudah diverifikasi dan regulasi kompetisi sudah selesai dibuat. Untuk kemudian pada 15 Maret mereka akan merilis jadwal dan kick-off dimulai 15 April 2016.
Dalam menggelar ISC 2016, PT GTS akan disupervisi mantan wasit FIFA untuk mengatur dan mengawasi perangkat pertandingan yang ditugaskan. Tak hanya untuk klub ISL, PT GTS juga akan menggelar Indonesia Soccer Championship B untuk klub Divisi Utama, lalu ISC U-21 A (ISL U-21), ISCU-17, Piala Nusantara, dan Piala Presiden.
Klub Indonesia Super League mendapatkan subsidi minimal Rp 5 miliar, sementara klub Divisi Utama hanya Rp 400 juta (babak penyisihan), 16 besar mendapat Rp 350 juta, dan bila melaju ke babak 8 besar, klub mendapat bantuan Rp 150 juta.