Bola.com, Surabaya - Selama 2015, Surabaya United tampil di dua turnamen besar, Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Hasilnya tak bisa dibilang bagus karena tim besutan Ibnu Grahan itu gagal meraih gelar.
Di Piala Presiden langkah mereka terhenti setelah dijatuhi sanksi kalah WO menyusul keputusan mundur di leg kedua babak 8 besar melawan Sriwijaya FC.
Memasuki tahun 2016, lagi-lagi Surabaya United tampil mengecewakan. Menurunkan mayoritas pemain muda bertalenta, plus pemain baru yang digadang-gadang bersinar di turnamen Piala Gubernur Kaltim, Surabaya United justru tersingkir di babak semifinal yang menggunakan format trofeo tersebut.
Lantas bagaimana komentar sang pelatih, Ibnu Grahan, mengenai kegagalan timnya untuk kali ketiga ini? Berikut petikan wawancara bola.com dengan Ibnu sesaat setelah mendarat di Bandara Juanda, Surabaya, Jumat (11/3/2016) malam.
Kenapa gagal lagi, Coach?
Kegagalan ini disebabkan banyak faktor. Salah satunya karena mental pemain drop usai kalah adu penalti melawan Sriwijaya FC. Belum sempat bangkit, pemain kami dikagetkan gol cepat Pusamania Borneo FC. selisih waktu gol pertama dan gol kedua Borneo yang relatif cepat merontokkan mental pemain kami.
Secara teknik, ada yang salah?
Tidak ada yang salah, ini murni soal mentalitas. Sebanyak 80 persen pemain kami masih muda, sekitar 21 tahun. Jadi mereka masih belum bisa mengontrol diri.
Advertisement
Baca Juga
Ini kegagalan ketiga sejak 2015, apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Seperti diketahui, musim lalu antara pemain muda dengan pemain senior sangat timpang. Perbedaan ini membuat penampilan kami tidak stabil jika ada pemain pilar yang absen dan harus digantikan pemain lain. Kondisinya sangat berbeda dengan musim ini yang mayoritas dihuni pemain belia.
Mungkin hasilnya akan berbeda kalau materi pemain kami musim ini tak jauh beda dengan musim lalu. Kami mungkin bisa melaju sampai ke final.
Mengapa lebih memilih pemain muda?
Kondisi sepak bola Indonesia yang saat itu masih tak menentu membuat manajemen tak berani berspekulasi. Kami juga berasumsi, kompetisi masih vakum karena sanksi belum dicabut. Tidak adanya tanda-tanda konflik antara Kemenpora dengan PSSI mereda, membuat kami memutuskan untuk menggunakan pemain muda.
Harapannya, jika sanksi itu masih dua atau tiga tahun lagi, pemain muda kami sudah matang. Di Piala Gubernur Kaltim, kami sebetulnya juga tidak dibebani target terlalu tinggi oleh manajemen. Jadi, lolos ke semifinal sudah sesuai dengan ekspektasi manajemen.
Bagaimana jika ternyata kompetisi digulirkan lebih cepat dari perkiraan?
Tidak masalah, kami masih punya waktu untuk merekrut pemain baru. Saya yakin, dengan tambahan empat pemain senior dengan kualitas bagus, kami bisa bersaing dengan klub-klub papan atas lainnya.
Toh secara kualitas, pemain muda kami sebetulnya memiliki kemampuan di atas rata-rata. Hanya butuh jam terbang dan sedikit diasah untuk bisa mengimbangi pemain senior.
Sudah ada evaluasi setelah gagal ke final Piala Gubernur Kaltim?
Sudah, hasilnya ditemukan beberapa indikasi seperti yang saya jelaskan tadi. Untuk menutupi kelemahan dan kekurangan itu, kami harus merekrut pemain berkualitas di beberapa posisi.
Pemain di posisi apa saja yang dibutuhkan?
Kiper, striker, gelandang, dan stoper. Kami butuh suntikan pemain-pemain bagus di pos-pos tersebut.