Sukses


5 Pemain Indonesia yang Dapat Julukan Bintang Sepak Bola Dunia

Bola.com, Jakarta - Sejumlah pesepak bola Tanah Air kemampuannya kerap disebandingkan dengan bintang-bintang dunia. Walau mungkin secara kemampuan teknik, pemain Indonesia kalah kelas dibanding nama-nama beken, namun penghargaan publik dengan memberi julukan pesepak bola kelas dunia menujukkan kalau performa di lapangan putra-putra lokal mendapat apresiasi.

Bola.com mengumpulkan figur-figur pesepak bola Indonesia yang mendapat julukan nama bintang dunia. Siapa-siapa saja mereka?

1. Rony Pasla sebagai Lev Yashin

Si Burung Gagak penakluk tendangan Pele. Ya, itulah salah satu julukkan yang disematkan media tahun 1970-an kepada kiper legendaris Timnas Indonesia, Ronny Pasla.

Selain telah menjadi andalan di timnas, Ronny moncer saat Indonesia melakoni partai persahabatan melawan Brasil pada 1972. Dalam laga itu, Indonesia kalah 1-2, tapi Ronny mampu menepis tendangan penalti bintang Brasil, Pele.

Dua tahun kemudian, Ronny tampil pada pertandingan uji coba kontra Uruguay. Hasilnya, ia mampu menjaga gawang Indonesia dan hanya kebobolan satu gol. Pada saat itu, Indonesia menang 2-1 dalam duel yang digelar di Stadion Utama Gelora BungKarno 19 April 1974.

Posisi Ronny tak hanya hampir abadi di timnas Indonesia karena teknik yang dimiliki. Karisma, posturnya yang menjulang, dan kelenturan badannya membuat banyak orang menyebutnya sebagai Lev Yashin Indonesia. Lev Yashin, kiper legendaris Rusia yang jadi satu-satunya kiper di dunia peraih Balon d'Or.

Kiper legendaris Timnas Indonesia, Ronny Pasla.

Ronny yang kini berumur 68 tahun masih mengingat momen dalam perjalanan karier, meski dalam beberapa tahun terakhir justru bergelut di dunia tenis. Saat berbincang dengan bola.com beberapa waktu yang lalu, Ronny mengaku menemukan semangat hidupnya pada usia senja di lapangan tenis.

"Saya sudah tua dan sering lupa. Nomor ponsel milik pribadi saja tidak ingat. Hanya dengan olahraga hidup saya tetap berarti, selain dengan keluarga dan rekan-rekan," tutur Ronny yang ditemui bola.com saat melayat almarhum Sinyo Aliandoe, 18 November 2015 di Jakarta.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

2

2. Zulkarnain Lubis sebagai Maradona

Zulkarnaen Lubis adalah orang Indonesia pertama yang mendapat julukan sebagai Maradona-nya Indonesia. Postur pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara itu sedikit mirip Diego Maradona. Pergerakannya lincah. Bedanya, Zulkarnain berposisi sebagai gelandang sehingga tugasnya mengatur ritme permainan dan memberi umpan manis kepada striker.

Kendati demikian, Zulkarnain tetap sering melakukan aksi individu dan meliuk-liuk bak Maradona. Kiprah Zulkarnaen Lubis di Timnas Indonesia yang paling mencolok adalah saat menjadi bagian dari tim Kualifikasi Piala Dunia 1986. 

Zulkarnaen Lubis saat beraksi pada ajang Irman Gusman Cup 2016 di Padang, Sumatera Barat, Minggu (13/3/2016)

Dilatih Sinyo Aliandoe, Zulkarnain dkk. nyaris lolos ke Piala Dunia. Indonesia mencapai babak kedua kualifikasi, sebelum akhirnya dihentikan Korea Selatan di Seoul dengan skor 0-2 dan kalah 2-3 di Jakarta.

Meski mendapat julukan Maradona, karier sepak bola Zulkarnain setelah gantung sepatu tidak mulus. Pernah menjadi tim pencari bakat PSSI U-15 pada tahun 1990-an, kehidupan Zulkarnain sempat terpuruk. Ia pun pernah berjualan nasi goreng demi memenuhi kebutuhan keluarga. 

Zulkarnain kini tinggal di Bandung, bersama istrinya yang juga merupakan mantan pesepak bola wanita, Papat Yunizal. Saat tak melatih, Zulkarnain membantu istrinya melatih tim sepak bola wanita di Bandung.Tahun 2015, ia sempat menangani tim sepak bola Porprov Musi Banyuasin, Sumsel. 

3 dari 5 halaman

3

3. Tugiyo sebagai Maradona

Bila Zulkarnain Lubis jadi Maradona Indonesia tahun 1980-an, tahun 1990-an julukan itu disematkan pula kepada pemain asal Grobogan, Jateng, Tugiyo.

Asal mula Tugiyo mendapat julukan Maradona saat tampil membela PSIS Semarang. Namanya meroket setelah mencetak gol tunggal ke gawang Persebaya Surabaya dalam partai final Liga Indonesia 1998-1999 di Stadion Klabat, Manado, 9 April 1999. 

Aksi individu Tugiyo, yang juga berpostur mungil seperti Maradona membuat publik sepak bola Semarang dan media massa menyematkan julukan Maradona kepadanya. 

Julukan Maradona dari Grobogan pun terdengar hingga Korea Selatan, saat PSIS bertarung melawan Suwon Samsung Blue Wings pada Asian Club Championship. Aksi individu Tugiyo berbuah gol pada pertemuan pertama di Stadion Jatidiri, Semarang, 15 April 1999. 

Mantan pemain PSIS Semarang lintas generasi mulai angkatan 1987 hingga era Tugiyo berkumpul di Stadion Citarum, Minggu (15/11/2015).

Tugiyo bercerita, saat ia menjalani laga tandang ke Korea Selatan pada laga kedua 1 September 1999, ada sebuah surat kabar lokal yang menyebut namanya dengan Maradona.

"Yang saya ingat waktu ditanyakan kepada penerjemah, ada berita PSIS dari Indonesia diperkuat Maradona dari Grobogan. Sayang ejaannya salah, bukan Grobogan tapi Krobokang," kata Tugiyo bercerita.

Sayang, karier Tugiyo di lapangan hijau sangat singkat. Ia pensiun dini akibat cedera lutut. Kehidupannya pun jatuh bangun. Ia pernah berjualan mie ayam dan jadi tukang ojek. 

Tugiyo kini melatih di salah satu SSB di Salatiga, Jateng. Anak keduanya yang bernama Scudetto meneruskan jejak sang ayah dengan menjadi pesepak bola.  

4 dari 5 halaman

4

4. Zulham Zamrun sebagai Cristiano Ronaldo

Aksi selebrasi gol Zulham Zamrun, bagi penggemar Persib Bandung tentu sangat familar. Ia bergaya bak Cristiano Ronaldo, ketika mencetak gol perdana untuk Persib, 2 September 2015. Zulham memutar badannya di udara sambil mengangkat kedua tangan dan begitu mendarat, ia berpose ala Ronaldo.

Setelah momen itu, bobotoh Persib langsung memberikan julukan Ronaldo kepada Zulham. Pada waktu itu, di media sosial, sangat populer singkatan nama ZZ57 (Zulham Zamrun dengan nomor punggung 57), sama seperti Cristiano Ronaldo dengan CR7 yang mendunia.

Cristiano Rolando - Zulham Zamrun (AFP - Bola.com)

Aksi Zulham dengan gaya Ronaldo memang sepadan dengan prestasinya di Piala Presiden. Ia mendapat gelar pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak (enam gol). Gelar itu makin sempurna karena Zulham meraih juara bersama Persib.

Zulham mengakui, ia memang jadi penggemar berat Cristiano Ronaldo. Segala hal yang berbau CR7 selalu ia tiru. Tak hanya selebrasi, tapi juga teknik mengolah bola, tendangan keras, dan juga gaya rambut.   

Sayangnya, penampilan Zulham yang mentereng dengan gaya ala CR7 hanya pada Piala Presiden. Ia mengalami cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament)  di lutut kanannya. saat bermain tarkam Habibie Cup di Parepare, Sulsel. Zulham lalu menjalani operasi pada 4 Desember di Jakarta. 

Setelah itu, pemain asal Ternate absen dalam beberapa turnamen yang diikuti Persib, seperti Piala Jenderal Sudirman dan Bali Island Cup. Zulham harus beristirahat sekitar enam bulan hingga ia sembuh total dan kembali ke lapangan hijau. 

5 dari 5 halaman

5

5. Andik Vermansah Messi Indonesia

Laman resmi klub Malaysia, Selangor FA pada Sabtu (30/11/2013) membuat artikel berjudul Messi Indonesia Import Terbaru Selangor. Berita yang dimuat di headline situs tersebut berkaitan dengan transfer pemain asal Indonesia, Andik Vermansah ke Selangor. 

Julukan Messi Indonesia kepada Andik memang telah populer semenjak pemain asal Surabaya itu beraksi membela Persebaya 1927. Penggemar memberikan label Lionel Messi dari Indonesia karena kelincahan dan kecepatan Andik. Andik memang lebih asyik bermain dengan aksi individu dengan mengandalkan kecepatan dan kemampuan dribble, serta tendangan keras, hingga para suporter menjulukinya dengan Messi.

Lionel Messi - Andik Vermansyah (Instagram

Dua tahun bergabung Selangor, gaya permainan Andik berubah. Andik tak lagi ngoyo beraksi secara individu. Ia lebih banyak berperan memberikan umpan, membuka ruang serangan, atau mengganggu lawan. Menurut Andik, kedewasaan lah yang membuatnya tampil lebih mengedepankan kerja sama tim.

"Banyak faktor yang membuat saya berubah. Saya dikritik pelatih. Kritikan itu membuat saya dewasa dan tidak bisa lagi egois mementingkan cetak gol ketimbang kerja sama," ucap Andik.

Kendati sudah mengurangi aksi individu, para penggemar Andik di Selangor masih menganggapnya idola layaknya Messi. Popularitas Andik begitu besar di Malaysia, hingga pada awal musim 2016, ada rumor empat klub Malaysia berebut mendapatkannya.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer