Bola.com, Jakarta - "Sepak bola merupakan alasan untuk merasakan sesuatu yang luar biasa," kata legenda sepak bola dunia asal Argentina, Jorge Valdano, mengenai makna sepak bola. Hiburan rakyat adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan kemeriahan sepak bola.
Di belahan dunia manapun, olahraga bal-balan menjadi panggung berekspresi bagi banyak orang. Para pemain, pelatih, wasit, penonton, hingga orang-orang sekitar stadion, bisa terlibat langsung merasakan euforia permainan 11 lawan 11.
Advertisement
Baca Juga
Perasaan itu yang kini kembali dialami masyarakat Madura. Pengambilalihan klub Persipasi Bandung Raya (PBR) yang berganti nama menjadi Madura United (MU) pada 10 Januari 2016, disambut gembira sebagian penduduk Pulau Garam.
Keceriaan pencinta sepak bola Madura sempat hilang ketika klub kebanggaan mereka, Persepam Madura, terdegradasi dari pentas kompetisi kasta elite, Indonesia Super League (ISL) 2014.
Menilik masa lalu, Pulau Madura bukanlah tempat bersejarah bagi pencinta sepak bola Indonesia. Yang mungkin terlintas di benak banyak orang mengenai Madura, mungkin hanya Karapan Sapi atau Jembatan Suramadu.
Sepak bola bukanlah konsumsi sehari-hari di Madura. Dengan hamparan tanah, sawah, serta dikelilingi lautan, kebanyakan orang Madura lebih memikirkan mengenai pertanian, perikanan, dan tambak.
Soal sepak bola, masyarakat di sana lebih sering melihat aksi para pemain melalui televisi ketimbang menonton langsung di stadion mendukung klub asal daerahnya bertanding pada level tertinggi. Maklum saja, tidak ada satu pun klub Madura yang berkiprah di pentas tertinggi Indonesia sejak kompetisi penggabungan Galatama dan Perserikatan bergulir petengahan 1990-an.
Kegembiraan awal sempat muncul saat Persepam-Madura United promosi dari Divisi Utama 2012 menuju Indonesia Super League 2013. Selama dua tahun, Persepam-MU menjadi hiburan masyarakat di empat kabupaten Madura.
Tak hanya sebuah kesenangan batin menonton sepak bola, masyarakat Madura secara tak langsung terbantu dari segi ekonomi dengan adanya pertandingan-pertandingan besar di sana. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bergeliat. Hotel-hotel mulai berkembang di empat kabupaten Madura.
Setelah Persepam-MU terdegradasi dari ISL, dua tahun kemudian, hegemoni sepak bola Madura tiba-tiba meredup. Para suporter tidak bisa lagi melihat klub kesayangannya berlaga di kompetisi
tertinggi Indonesia. Di sisi lain, kompetisi sepak bola pun mati suri sepanjang tahun 2015 karena konflik PSSI dengan Kemenpora yang hingga kini belum mereda.
Sekarang, meski belum ada kejelasan kapan kompetisi profesional digelar, masyarakat Madura memiliki secercah harapan kembali menyaksikan sepak bola di Tanah Sakera. Madura United lahir pada awal 2016.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Visi dan Misi MU
Achsanul Qosasi yang dulu sempat mengendalikan Persepam-MU, mengakuisisi kepemilikan PBR, yang sedang kolaps pendanaan. Ia kemudian mengubah nama klub menjadi Madura United. Pemilihan nama ini untuk menegaskan kalau klub adalah milik seluruh masyarat Madura.
Tujuan awal Achsanul tidak muluk-muluk, yaitu mengembalikan kegembiraan orang Madura melalui sepak bola.
"Madura ini terdiri empat kabupaten. Saya berharap keempat kabupaten bisa bersatu melalui sepak bola. Saya tekankan kepada semua orang di sini, itu menjadi salah satu cara menyatukan masyarakat dengan sepak bola," kata Achsanul Qosasi saat berbincang dengan bola.com di Sumenep pada pertengahan Februari 2016.
Sebagai pencinta sepak bola dan asli berdarah Madura, Achsanul mempunyai mimpi mengenalkan Pulau Garam melalui sepak bola. Sebuah alasan yang membuatnya berani mengambil alih kepemilikan Madura United.
Bukan sekadar mengakuisisi klub, Achsanul juga ingin menjadikan Madura United sebagai klub sepak bola profesional dalam makna sebenarnya. Sisi bisnis, infrastruktur, hingga pembinaan pemain muda sudah dicanangkan pria kelahiran Sumenep, 10 Januari 1966 itu.
"Klub harus dikelola secara profesional. Soal prestasi menjadi juara liga itu urusan nanti. Sebab, dengan pengelolaan yang profesional serta rasa optimistis tinggi, saya rasa untuk menjadi juara (jika ada kompetisi) tidak sulit," tutur Achsanul yang juga berstatus politisi Partai Demokrat itu.
Demi menjaga minat masyarakat Madura bermain sepak bola, Achsanul merancang sebuah pembinaan usia muda. Mantan Bendahara PSSI era kepengurusan Nurdin Halid itu berharap bisa menciptakan banyak pemain sepak bola Indonesia dari Pulau Garam.
"Kami telah membuat satu proposal bernama Madura United Football Academy. Lokasi akademi sudah ada dan investor juga akan datang. Direncanakan, bakal ada pembinaan usia berjenjang dari mulai U-12 hingga U-21," lanjutnya.
Tak hanya soal pembinaan, Madura United juga memikirkan sisi bisnis untuk menjalankan operasional klub. Kepercayaan yang diberikan pihak sponsor terhadap Madura United ternyata cukup besar.
Hingga akhir Februari 2016 lalu, tercatat Madura United yang baru berusia sebulan, sudah mendapat sokongan sekitar Rp 9 miliar dari pihak sponsor. Nilai sponsor itu terbilang besar mengingat belum adanya kompetisi berjenjang yang pasti bergulir di Indonesia pada saat ini.
Dengan modal dana sebesar itu Tim Sapi Kerap, membangun kekuatan tim dengan mendatangkan sejumlah nama-nama top. Slamet Nurcahyo, Eengelbert Sani, Heri Prasetyo, Fabiano Beltrame (Brasil), Toni Mossi (Spanyol), jajaran pemain gres MU yang sempat singgah di klub level ISL.
"Saya mau bergabung ke tim ini karena melihat keseriusan manajemennya. Tak hanya membentuk tim dengan materi pemain yang mumpuni, manajemen Madura United juga memiliki visi dan misi jangka panjang yang terukur, terutama dari aspek profesionalitas sebagai sebuah klub," tutur Fabiano, yang sebelumnya berkostum Arema Cronus tersebut.
Manajemen klub juga mendatangkan sosok nakhoda asing yang cukup berpengalaman di pentas sepak bola Indonesia, Gomes de Oliveira. Pelatih asal Brasil ini sebelumnya sempat menukangi Persiwa Wamena dan Persela Lamongan.
"Saya mendapat kebebasan membangun tim. Ada spirit positif di jajaran manajemen. Mereka tidak hanya mengejar prestasi kilat, tapi juga memikirkan kepentingan jangka panjang pembinaan," ucap Gomes.
Di umur yang baru seumur jagung Madura United langsung menciptakan sensasi lolos ke final Piala Gubernur Kaltim 2016. Sebuah pencapaian yang luar biasa karena klub-klub yang ambil bagian di turnamen ini sarat reputasi. Sebut saja Arema Cronus, Sriwijaya FC, dan Pusamania Borneo FC yang akhirnya jadi jawara turnamen.
Advertisement
Dukungan 4 Kelompok Suporter
Kelahiran Madura United sempat memunculkan isu tak sedap bagi barisan suporter di sana. K-Conk Mania (Bangkalan), Trunojoyo Mania (Sampang), Taretan Mania (Pamekasan), dan Peccot Mania (Sumenep) dianggap tidak akan bersatu untuk mendukung Madura United.
Hal itu terjadi lantaran keempat kelompok suporter tersebut dinilai setia mendukung Persepam-MU. Ditambah, Madura United berdiri karena hasil akusisi klub luar Madura, yakni PBR.
Namun, ketakutan itu meleset. Barisan suporter Madura tersebut ternyata mendukung sepenuhnya keberadaan Madura United.
Apalagi, Madura United didirikan oleh sosok yang selama ini baik di mata para suporter, yakni: Achsanul Qosasi, putra daerah membanggakan yang dikenal gila bola.
Hal itu terbukti dengan dukungan yang diberikan keempat fans club itu saat Madura United menjalani laga persahabatan melawan Persiba Balikpapan di Stadion Ahmad Yani, Sumenep, Sabtu (20/8/2016) lalu.
Mereka berbondong-bondong membawa pasukannya untuk hadir menyaksikan debut Madura United di Pulau Garam.
Perasaan senang tergambar dari para suporter yang menonton langsung laga tersebut. Seakan, Madura United hadir untuk menghilangkan rasa dahaga masyarakat penggemar sepak bola di sana.
"Bagi kami (para suporter), adanya klub sepak bola di Madura adalah sebuah kebanggaan yang luar biasa. Masyarakat Madura bisa bersatu karena sepak bola," kata seorang suporter Taretan Mania, Faisal Ibrahim.
"Madura United hadir kembali setelah dulu kami memiliki Persepam-Madura United. Kehadiran Madura United semoga bisa mempersatukan warga Madura, baik yang berada di sini maupun yang sedang merantau ke pulau lain," lanjutnya.
Madura United jelas memberikan gairah baru sepak bola bagi masyarakat Pulau Garam. Sepak bola merupakan sebuah kegembiraan yang tak dapat digambarkan.
Seperti sebuah kalimat yang dikatakan mantan manajer Liverpool, Bill Shankly. "Beberapa orang percaya sepak bola adalah masalah hidup dan mati. Saya kecewa dengan sikap itu. Saya dapat yakinkan Anda, sepak bola jauh lebih penting dari itu."