Bola.com, Malang - Pelatih Arema Cronus, Milomir Seslija, langsung mencuri perhatian pecinta sepak bola Tanah Air. Baru dua bulan menangani Tim Singo Edan, ia kerap berulah kontroversial. Terlepas aksi-aksinya nyentrik, harus diakui kalau sosok arsitek asal Bosnia tersebut sukses membuat pasukan Kera-kera Ngalam kembali garang.
Pada awal tahun 2015 Arema Cronus jadi tim yang paling diunggulkan juara Indonesia Super League (ISL). Hal yang amat wajar. Fakta menunjukkan kalau Tim Singo Edan jadi raja turnamen pramusim. Gelar juara Surya Citra Media Cup, Inter Island Cup, dan Trofeo Persija, Piala Gubernur Jatim, disapu bersih oleh tim besutan Suharno.
Advertisement
Baca Juga
Sayangnya kompetisi ISL hanya berjalan beberapa pekan saja. Konflik panas PSSI dengan Kemenpora membuat pengelola kompetisi kasta elite PT Liga Indonesia memutuskan menghentikan kompetisi sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Turnamen-turnamen pengisi kevakuman kompetisi bermunculan. Hanya keberuntungan seperti tak berpihak pada Arema.
Keterpurukan Arema dimulai dengan cerita duka berpulangnya ke Sang Khalik, Suharno menjelang perhelatan Piala Presiden 2015. Asisten pelatih, Joko Susilo didapuk jadi caretaker pelatih kepala.
Bukan bermaksud meragukan kemampuan Joko, akan tetapi pada kenyataannya Arema yang bertabur bintang seperti kehilangan taji. Secara beruntun mereka gagal di Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
Manajemen Arema akhirnya memutuskan mendapuk Milomir Seslija sebagai nakhoda pada awal bulan Februari 2016. Penujukkannya memunculkan kontroversi di kalangan akar rumput kelompok suporter Aremania.
Pasalnya, yang bersangkutan pada 2012 sempat melatih Arema versi Indonesia Primer League (IPL) yang merupakan musuh bebuyutan Arema Cronus dalam kasus sengketa dualisme pengelolaan klub kebanggaan Kota Malang.
Kontroversi tak berhenti sampai di situ. Di awal masa kepemimpinannya ia menolak kedatangan Hamka Hamzah. Bek matang pengalaman yang punya kedekatan hubungan dengan CEO Arema, Iwan Budianto, digaet manajemen seusai mundur dari Pusamania Borneo FC.
Milo menolak kehadiran Hamka karena takut sang stoper mengganggu harmonisasi tim asuhannya. Sebagai pemain senior Hamka punya pengaruh besar.
Uniknya belakangan Milo mau menerima Hamka, karena stok pemain belakang Arema memang tak memiliki bek tangguh sepeninggal duet Victor Igbonefo dan Fabiano Beltrame. Yang mengejutkan sang mentor menunjuk Hamka sebagai kapten.
Milomir Seslija beralasan, kalau pemilihan Hamka sebagai pemimpin karena rapor permainannya yang bagus plus jiwa kepemimpinannya yang tak tertandingi pemain lain.
Hanya beberapa pekan melatih Arema, Milo langsung dielu-elukan Aremania. Keberhasilan Arema jadi juara Bali Island Cup pada medio bulan Februari jadi alasan.
Kepastian jadi juara turnamen segi empat didapat setelah Arema menang tipis 1-0 atas Persib Bandung pada laga penuntup yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Laga ini menyisakan kontroversi.
Nakhoda Persib, Dejan Antonic, beranggapan tim asuhannya kalah karena wasit seringkali mengeluarkan keputusan yang menguntungkan kubu Arema sepanjang laga.
Dejan sendiri beberapa tahun silam pernah perang dingin dengan Milo. Tepatnya saat dirinya menerima pinangan manajemen Arema IPL menggantikan posisi Milo. Walau mengaku masalah sudah selesai, perang dingin terlihat pada laga Arema kontra Persib.
Seusai mengunci gelar juara, Milomir Seslija, menari-nari di lapangan. Terkesan yang bersangkutan merasa puas karena bisa mengalahkan kompatriotnya asal Serbia.
Seusai Bali Island Cup, Milo kembali membuat kegaduhan. Secara mengejutkan ia mencoret bek asal Spanyol, Kiko Insa. Padahal, pemain yang satu ini baru meneken kontrak jangka panjang selama lima tahun dengan Arema.
Bocorannya, Milo tidak suka dengan Kiko yang tempramental. Aremania marah besar pada sang pelatih, karena mengganggap Kiko amat mencintai Arema dengan membuat tato bergambar singa, simbol kebesaran klub.
Rumor tak sedap soal adanya permainan kongkalikong yang melibatkan Milo dengan agen pemain mencuat. Pasalnya, Goran Ganchev yang dipilih sebagai pengganti Kiko Isa satu agen dengan Milo.
Kritikan keras menghujam pada pelatih kelahiran Sarajevo, 21 Juli 1964 itu ketika Arema gagal di semifinal Piala Gubernur Kalimantan Timur pada pertengahan bulan Maret. Goran yang sebelumnya berkostum Pusamania Borneo FC tampil kurang bagus.
Hanya Milo santai saja menyikapi kritikan. "Goran butuh waktu adaptasi. Lihat saja nanti," katanya pendek.
Dan bebar saja sang bek jangkung tersebut jadi bagian penting di tim Arema saat mengarungi persaingan ketat Torabika Bhayangkara Cup 2016. Lini belakang Arema sulit dijebol para pesaing di Grup B.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Selanjutnya
Menariknya, sikap nyentrik pelatih, yang sempat jadi Direktur Teknik Barito Putera di awal tahun 2015 itu, di fase penyisihan turnamen kembali memicu sejumlah kontroversial.
Milomir Seslija terlibat keributan pasca laga dengan Kiko Insa, yang kini jadi pemain Bali United. Seusai pertandingan yang berkesudahan 2-1 buat Arema, keduanya bertemu di pinggir bangku cadangan Arema.
Bermula dari saling melempar pandangan dingin, mereka akhirnya bersitegang dengan saling melontarkan ancaman. Kiko sempat menujuk-nunjuk pelatih asal Bosnia tersebut.
Beruntung beberapa ofisial Arema dan panpel sigap menarik Milo untuk segera masuk ke dalam ruang ganti. Sedangkan Kiko sendirian menuju tribun Aremania untuk mengucapkan salam sambil bertepuk tangan dengan kelompok pendukung Arema itu.
Setelah insiden itu, suasana mencair. Milo terlihat tenang saat mengikuti sesi konferensi pers. Dia bahkan menggoda awak media yang biasa meliput Bali United.
"Tolong sampaikan pesan ke Kiko Insa kalau dia dapat salam dan cium hangat dari saya. Tidak ada rasa amarah saya ke dia," kata Milomir Seslija.
Milo memang sosok yang tempramental. Jangankan dengan pelatih tim lawan ia kerap terlibat aksi keributan. Saat memimpin sesi latihan tim pemain-pemain bintang Arema kerap jadi korban semprotannya.
Tapi luapan emosinya tak mengganggu kekompakan tim karena sejatinya sang mentor punya tujuan baik bertidak keras dan tegas.
Perseteruan antara Milo dengan Bambang Nurdiansyah mencuat saat duel Arema kontra PS Polri.
Bermula dari keputusan wasit yang menilai pemain Arema, Raphael Maitimo, melakukan pelanggaran kepada Robertino Pugliara pada babak pertama. Milo memprotes keputusan itu. Tetapi di bangku cadangan PS Polri, Bambang Nurdiansyah membenarkan keputusan wasit.
Adu mulut sempat terjadi. Milo diserang para asisten pelatih PS Polri. Pelatih kiper Hermansyah sempat memberikan tanda dengan tangannyakalau Milo terlalu banyak bicara.
Meski setelah pertandingan kedua pelatih sudah berbaikan, Bambang mengungkapkan kekesalannya kepada pelatih asal Bosnia itu di pengujung sesi konferensi pers.
"Milomir Seslija dan Dejan Antonic saya perhatikan banyak protes. Sepertinya pemain dan wasit kita ini tidak ada benarnya. Ini bangsa kita, dia yang cari makan di Indonesia, malah membodoh-bodohi kita," ujar Bambang Nurdiansyah dengan nada ketus.
Bambang berharap para pelatih asing bisa bersikap lebih santun lagi di Indonesia sehingga bisa jadi teladan bagi pelatih lainnya. Sebab, tujuan pentas sepak bola nasional membuka keran bagi pemain dan pelatih asing adalah untuk meningkatkan kualitas, bukan justru memberikan contoh jelek.
Terlepas dari aksi-aksi kontroversialnya perlahan figur Milomir Seslija mulai dicintai Aremania. Klub kembali tampil garang di bawah besutannya. Keberhasilan Arema Cronus lolos ke semifinal Torabika Bhayangkara Cup 2016 tak lepas dari kecerdikan sang arsitek meracik strategi. Akankah pelatih yang sempat singgah di klub Malaysia Sabah FA kembali membuat kehebohan saat timnya bersua Sriwijaya FC di semifinal?
Advertisement