Sukses


3 Pelatih yang Sering Berseteru dengan Wasit di Indonesia

Bola.com, Jakarta - Bak lagu lama yang terus diputar ulang, wasit kerap dijadikan kambing hitam di perhelatan sepak bola Tanah Air. Keputusan mereka sering diprotes tim-tim yang menuai hasil negatif atau tidak sesuai harapan.

Isu pengaturan skor yang melibatkan para pengadil, jadi momok bagi pelatih, pemain, atau ofisial klub-klub di Indonesia. Seakan merasa yang paling benar, mereka tak pernah bosan melakukan aksi protes berlebihan.

Kasus-kasus penganiayaan wasit berulangkali terjadi. Tak hanya di level kompetisi kasta elite Indonesia Super League (ISL), tapi juga strata bawah Liga Nusantara. Ketika Kemenpora membekukan status kepengurusan PSSI pada bulan Februari 2015, yang berimbas pada mati surinya pelaksanaan kompetisi berbagai level, situasi tidak membaik.

Wasit seringkali dijadikan kambing hitam terhadap pencapaian negatif sebuah tim. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Protes-protes masih bermunculan di sejumlah turnamen yang digelar pihak ketiga di luar PSSI.
Ada kesan tingkat kepercayaan para pelaku sepak bola nasional amat rendah pada para wasit. Padahal kalau mau jujur, banyak gugatan yang dimunculkan tidak beralasan.

Wasit sudah bertindak benar dengan menelurkan keputusan-keputusan berdasarkan Laws of The Games FIFA. Hanya saja, karena mentalitas tidak siap kalah atau gagal, pelaku sepak bola Indonesia kerap meluapkan sikap emosional mencari pembenaran.

Ironisnya aksi teror serta intimidasi ke wasit tidak hanya dilakukan oleh pemain yang terlibat langsung di sebuah pertandingan. Tapi juga para pelatih, yang semestinya jadi contoh penegakan fair play.

Bola.com mencatat tiga pelatih yang berkecimpung di sepak bola Tanah Air yang kerap bereaksi ekstrem dalam menilai kinerja pengadil. Siapa-siapa saja mereka dan apa kasusnya?

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

Iwan Setiawan

Tak hanya dikenal kontroversial dengan komentar-komentar psywar terhadap tim lawan, Iwan Setiawan dikenal sebagai sosok pelatih yang kerap bersitegang dengan wasit. Di sejumlah klub yang ditanganinya ia kerap mempertanyakan keputusan wasit.

Saat menangani Persija Jakarta pada musim 2012, pelatih asal Aceh tersebut sempat menantang berkelahi wasit Djumadi Effendi.

Kejadian ini terjadi saat keduanya berpapasan di lorong menuju pintu keluar Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (26/2/2012), usai duel Persija vs Persisam Samarinda yang berkesudahan 1-1. Iwan mengejar Djumadi hingga sang wasit masuk ke mobil.

Pelatih lulusan KNVB Belanda itu lantas mencoba untuk ikut masuk ke dalam mobil yang akan membawa rombongan wasit ke hotel tempat mereka menginap. Sambil kembali mempertanyakan kinerja sang sang pengadil, Iwan menghardik Djumadi agar keluar mobil.

"Djum sini kamu, keluar! Kita buka baju, kita berantem secara jantan," teriak Iwan sambil mencoba masuk ke dalam mobil.

Upaya Iwan tersebut lantas dilerai sejumlah orang, termasuk Sekretaris Tim Persija, Fery Indra Syarief, pelatih kiper, Haryono, dan beberapa ofisial Persija. Pria yang menjabat sebagai Direktur Teknik Akademi Villa 2000 itu menuding wasit asal Jawa Timur tersebut berlaku adil. Iwan bahkan menuduh praktik  mafia wasit di kancah Indonesia Super League (ISL) masih berjalan.

"Mungkin saja saya akan pensiun melatih, dan tidak mau lagi melatih sepak bola jika kondisi seperti ini tidak berubah. Mafia wasit yang menghancurkan sepakbola nasional," kata Iwan dengan nada emosional.

Iwan Setiawan (Bola.com/Permana Kusumadijaya)

 

Pada musim yang sama ia juga sempat menuduh wasit berperan besar menggagalkan kemenangan Persija atas PSMS Medan. Saat itu Tim Macan Kemayoran bermain imbang 3-3 di Stadion Lubuk Pakam, Deli Serdang.

"Wasit Indonesia tidak ada yang jujur," ucapnya dengan nada ketus.

Saat menjadi Direktur Teknik Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan juga secara terang-terangan mengkritik kinerja korp baju hitam. Saat tim asuhannya berlaga di Torabika Bhayangkara Cup 2016, ia menyebut wasit Maulana Nugraha telah mengeluarkan banyak keputusan yang merugikan kubu Pesut Etam ketika dikalahkan Sriwijaya FC 1-3 pada laga perdana penyisihan Grup A.

“Selamat atas kemenangan Sriwijaya FC, tapi menurut saya tidak fair. Kepemimpinan wasit di laga ini sangat jelek. Momennya adalah ketika Sultan Samma dilanggar di babak pertama, dan terjadi counter attack, dan jadi gol ke gawang kami,” tutur Iwan.

Saat pertandingan Iwan diusir wasit karena dianggap telah melakukan protes berlebihan saat pertandingan dihentikan akibat lapangan tergenang air.

“Sekarang kita ingin memperbaiki sepakbola nasional, tapi melihat malam ini bukan menambah baik, tapi malah menambah catatan buruk sepak bola di Indonesia. Hal seperti ini mestinya tidak boleh terjadi,” ujar pelatih yang saat bermain jadi salah satu pilar andalan klub Galatama, Pelita Jaya.

Saat jelang laga Pusamania Borneo FC kontra Persib Bandung, Iwan melontarkan komentar nyinyir. "Kami bisa menang melawan Persib jika wasit jujur." Pernyataan tersebut seakan menegaskan kalau Tim Maung Bandung jadi tim yang sering diuntungkan wasit.

Kejadian model serupa seringkali terjadi saat Iwan Setiawan menakhodai Persibom Bolaang Mongondow dan PSMS Medan. Aksi agresifnya ke wasit kian menegaskan sifat tempramental sang mentor.

3 dari 4 halaman

Selanjutnya

Benny Dollo

Pelatih matang pengalaman asal Manado yang satu ini dikenal sebagai figur yang sering melakukan aksi protes ke wasit. Kejadian sensasional terjadi di final Piala Indonesia (Copa Indonesia) musim 2005.

Kala itu Benny Dollo melatih Arema Indonesia yang bersua Persija Jakarta pada laga final yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Minggu, (19/11/2016).

Benny mengajak para pemainnya walk-out setelah bek Tim Singo Edan, Alexander Pulalo, dikartu merah wasit Jajat Sudrajat pada menit 67. Ia menilai keputusan wasit bagian dari upaya menggembosi kekuatan tim asuhannya. Saat itu skor pertandingan 1-1. Pertandingan sempat terhenti selama setengah jam.

"Buat apa kami bertanding kalau gelar juara turnamen sudah diberikan ke Persija," tutur Benny Dollo.

Setelah dibujuk oleh pengurus PSSI, Bendol akhirnya mau melunak dan menginstruksikan para pemainnya kembali ke gelanggang. Akhirnya Arema memenangi pertandingan dengan skor 4-3 lewat perpanjangan waktu.

Benny Dollo (Bola.com/Riskha Prasetya)

Pelatih kelahiran 22 September 1950 tersebut juga sempat melontarkan protes keras ke wasit Erwin Winter saat Arema menjajal PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta pada Selasa, (14/2/2006). Ia gusar karena sang pengadil seringkali membiarkan pelanggaran keras ke anak-asuhnya. Kejadian rusuh di lapangan tak terhindarkan.

"Wasit harus dievaluasi segera. Lihat saja kejadian seperti ini, wasit juga menjadi penyebab hal-hal seperti ini," komentar Benny Dollo dengan nada ketus.

Saat memimpin Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2011 Bendol sempat mempermasalahkan kepemimpinan wasit. Tepatnya pada laga Tim Merah-Putih kontra Kuwait yang berkesudahan 1-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (18/11/2009).

Bendol kesal dengan insiden kartu merah ke bek sayap Timnas Indonesia, Ismed Sofyan. Di sisi lain wasit Minoru Toju tak memberi hukuman apa-apa ke Waleed Ali Jumah yang melayangkan tamparan ke Firman Utina.

“Beberapa pemain Kuwait melakukan trik kotor, namun dibiarkan oleh wasit. Sementara pemain Indonesia, sedikit saja membuat pelanggaran langsung terkena hukuman kartu,” ujar Benny.

Saat melatih Persija Jakarta maupun Sriwijaya FC, Benny Dollo, sering melontarkan komentar pedas ke wasit. Saat timnya kalah atau meraih hasil imbang, ia jarang hadir di sesi konferensi pers. Di kalangan pemain, Bendol dikenal sebagai sosok yang galak. Ia tak segan-segan menghardik pemainnya jika berbuat salah.

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Dejan Antonic

Pelatih asal Serbia yang satu ini jadi pusat perhatian ketika melakukan aksi protes keras ke wasit yang memimpin duel final Torabika Bhayangkara Cup 2016 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, pada Minggu (3/4/2016). Ia menilai sang pengadil seringkali merugikan Persib tim asuhannya. Pertandingan dimenangi Arema Cronus dengan skor 2-0.

Dejan mengejar wasit Nusur Fadilah hingga ke tengah lapangan, seusai ia melayangkan kartu merah ke Yanto Basna karena menendang botol ke penyerang sayap Tim Singo Edan, Esteban Vizcarra. Pertandingan sempat tertunda selama 10 menit.

Komentar kontroversial mencuat dari mulut Dejan: "Sangat sulit bermain dengan 10 pemain melawan 11 pemain. Kami bermain dengan Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi sekalipun tidak akan bisa menang kalau wasitnya seperti ini. Parah," ucap Dejan.

“Saya minta maaf, satu orang bisa buat 50.000 orang marah. Kami di sini  ingin membuat sepak bola Indonesia menjadi baik, tapi masalah di sini hanya wasit,” tambahnya.

Terlepas dari protes sang mentor fakta menunjukkan kalau catatan statistik Arema mengungguli Persib. Sepantasnya mereka memenangi pertandingan.

Sebelum turnamen Bhayangkara, Dejan juga sempat berkasus dengan wasit. Protes keras dia lontarkan seusai Pangeran Biru takluk 0-1 dari Arema Cronus di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (23/2/2016). Kemenangan tersebut memastikan gelar juara Arema.

Seusai laga, pelatih asal Serbia itu memang sangat emosional. Ia  menghampiri sang pengadil hingga ke tengah lapangan. Sikap emosional mantan pelatih PBR itu sampai harus diredam bek Arema, Hamka Hamzah.

Tak hanya itu, Dejan juga terlihat menitikkan air mata. Agaknya, hal  itu merupakan akumulasi kekecewaan pelatih anyar Persib yang merasa terus dirugikan wasit. Saat pertandingan, Dejan memang terlihat sangat  tegang mengawal anak buahnya bermain dalam tempo tinggi melawan Arema. 

"Dari pertandingan pertama, semua wasit seperti mau membunuh kami di sini. Melawan PSS Sleman ada dua penalti, laga kedua lawan Bali kami juga banyak dirugikan, dan terakhir yang paling parah," kata Dejan.

"Saya tidak mengerti dia wasit dari mana, apakah dia orang pemasaran atau dari mana. Buat saya, dia bukan wasit."

Menurut Dejan, wasit beberapa kali salah mengambil keputusan. Klaim sang mentor semestinya dua kali mendapat hadiah penalti. Momen pertama terjadi pada babak pertama dan berikutnya saat terjadinya handball yang dilakukan oleh Hamka.

"Wasit tidak ada komunikasi dengan pemain. Kalau wasit seperti ini, main-main dengan kami, buat apa kami datang ke sini. Ada keputusan melawan kami dan saya kecewa sekali," ia menuturkan.

Mundur ke belakang, di pentas Indonesia Super League 2014 Dejan sempat menangis meluapkan kekesalannya pada pengadil lapangan.

Dejan Antonic (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Saat itu ia melatih Pelita Bandung Raya (PBR) yang tengah menghadapi Persija Jakarta pada Kamis (14/8/2014) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

PBR mampu unggul lebih dulu berkat gol Bambang Pamungkas di menit 66. Anak-asuh Dejan yang bermain dengan 10 orang akibat kartu merah yang diterima oleh Hermawan pada menit 77. Namun PBR bisa menahan gawangnya tak kebobolan hingga masa lewat 90 menit.

Pertahanan PBR akhirnya bobol setelah Kim Kurniawan melakukan  handball di kotak penalti beberapa saat menjalang laga selesai. Wasit pun menunjuk titik putih.

Lewat tendangan 12 pas itu, Persija akhirnya mampu menyamakan kedudukan lewat Ponaryo Astaman. Skor 1-1 ini bertahan hingga laga bubar.

Bukan soal tendangan penalti yang membuat Antonic kecewa berat. Injury time enam menit dan kartu merah merupakan keputusan wasit yang dianggap janggal olehnya.

“Yang pertama masalah injury time enam menit. Yang kedua masalah kartu merah. Tadi anda lihat sendiri empat sampai lima pemain sampai menangis. Saya orang yang jujur dan bersih. Saya datang ke sini untuk bantu sepak bola Indonesia, tapi kalau melihat hal seperti ini buat apa saya datang ke sini?” kata Dejan seraya terisak.

Sikap Dejan Antonic Antonic yang kerap menyalahkan wasit sempat disindir pelatih lokal yang menukangi PS Polri, Bambang Nurdiansyah. "Dejan Antonic dan Milomir Seslija sering protes berlebihan sebagai wasit. Mereka sebagai pelatih asing seharusnya memberi contoh yang baik. Apapun keputusan wasit semestinya diterima dengan lapang dada. Jangan membodoh-bodohi wasit kita," celetuk Banur penuh kegusaran.

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer