Bola.com, Jakarta - Publik sepak bola Madura bersorak ketika melihat Toni Espinosa Mossi mencetak gol ke gawang Persiba Balikpapan di Stadion Ahmad Yani, Sumenep, Sabtu (20/2/2016) silam. Sebuah kegembiraan kembali menyeruak di Pulau Garam.
Sudah lama, masyarakat Madura ingin menonton pertandingan sepak bola yang dimainkan para pemain profesional di negeri ini. Duel kontra Tim Beruang Madu menjadi laga pertama Madura United di Pulau Garam, setelah resmi mengakusisi Persipasi Bandung Raya pada 10 Januari 2016.
Advertisement
Baca Juga
Mossi adalah pemberi kegembiraan pertama bagi masyarakat Madura. Meski mungkin sebagian penonton tidak mengenalnya, namun mereka jelas menunjukkan rasa bahagia bisa melompat, tertawa, hingga bersorak melihat gol Mossi.
Proses gol Mossi terbilang indah. Pemain berusia 30 tahun itu menemukan celah kosong di daerah pertahanan Persiba. Dia berlari sambil menunggu umpan panjang Pablo Rodriguez Aracil.
Seperti kebanyakan pemain Spanyol, Mossi dianugerahi teknik dasar sepak bola yang bagus. Buktinya, umpan Aracil dikontrol sempurna Mossi yang membuatnya bebas melepaskan tembakan mendatar yang menggetarkan jala Persiba.
Selebrasi Mossi tidak terlalu ekspresif menyambut gol tersebut. Wajar saja, laga tersebut masih terhitung sebagai pertandingan persahabatan. Meski, itu merupakan gol pertama Mossi setelah resmi bergabung ke Madura United.
Awal Tiba di Indonesia
Perjalanan Mossi berkiprah dalam sepak bola Indonesia baru seumur jagung. Dia awalnya didatangkan Arema Cronus dari klub Yordania, Shabab Al-Ordon, pada November tahun lalu.
Arema Cronus membutuhkan sosok pengatur serangan jelang bergulirnya turnamen Piala Jenderal Sudirman 2015. Singo Edan merasa cocok dengan permainan Mossi yang dinilai memiliki teknik tinggi. Selain itu, Mossi cepat beradaptasi dengan sepak
bola Indonesia.
Persahabatannya dengan bek Arema, Kiko Insa, yang juga berasal dari Spanyol, diketahui menjadi salah satu alasan Mossi nyaman
berada di Indonesia.
"Saat resmi gabung ke Arema Cronus, saya mendapat dukungan dari Aremania dan Aremanita. Pengalaman di Arema sungguh luar biasa. Kami bermain dengan dukungan sekitar 45.000 suporter," kata Mossi kepada bola.com saat menceritakan pengalamannya bermain di Arema.
Duet Mossi dengan Insa langsung menarik perhatian Aremania dan juga para manajemen klub itu. Sebelum perhelatan Piala Jenderal Sudirman 2015 usai, pihak klub kabarnya sudah menyiapkan kontrak baru untuk Mossi dan Insa.
"Nominal harga mereka sudah disepakati. Tetapi kapan kontrak baru itu akan ditandatangani, kepastiannya pada Januari nanti,
karena kami masih menunggu ada turnamen atau kompetisi yang akan diputarlagi," kata CEO Arema, Iwan Budianto, kepada bola.com pada 23 November tahun lalu.
Akan tetapi, keinginan mempertahankan Mossi sirna. Seusai Piala Jenderal Sudirman 2015, Arema mengontrak pelatih Milomir Seslija. Pelatih asal Bosnia itu lantas membawa satu pemain ke Arema, yakni Srdjan Lopicic.
Kehadiran Lopicic menutup peluang Mossi bertahan di Tim Singo Edan. Pada awal Februari lalu, Mossi resmi didepak dari skuat Arema.
Karier singkat bersama Tim Kera-kera Ngalam tidak membuatnya memilih pergi dari negeri ini."Saya tidak akan melupakan tim ini, karena sudah terlanjur jatuh cinta. Dari hati yang paling dalam, saya mencintai kalian," ujar Mossi setelah kontraknya tidak diperpanjang Arema.
Beberapa klub Indonesia kemudian dikabarkan berminat kepada Mossi. Namun, Madura United yang akhirnya menunjukkan keseriusan demi meminang eks pemain Valencia itu.
Banyak hal yang membuat Mossi begitu ingin bertahan di Indonesia. Menurut pemain yang kini mengenakan seragam nomor punggung 55 itu, sepak bola Indonesia lebih mirip dengan Spanyol.
Sebelum gabung ke Shabab Al-Ordon, Mossi sempat merasakan tampil bersama Vikingur di Liga Islandia. Kendati main di kompetisi Eropa, Mossi menganggap, Liga Islandia jauh berbeda dengan permainan di Spanyol.
"Sepak bola Islandia berbeda ketimbang di Indonesia. Di sana, lebih banyak permainan fisik dan taktik. Sepak bola Islandia lebih mirip Premier League karenabanyak strategi serangan balik," ujar sang pemain.
"Sementara itu, tim-tim Indonesia lebih banyak memainkan bola seperti di Spanyol. Jadi, ada perbedaan besar antara sepak bola Islandia dengan Indonesia," lanjutnya.
Kekhawatiran Pelatih
Setelah resmi merekrut Toni Mossi pada 20 Februari 2016, Madura United langsung memberikan tugas pengatur serangan kepadanya. Sebuah tugas yang mengharuskan pemain memiliki visi bermain sepak bola yang baik.
Pelatih Madura United, Gomes de Oliveira, begitu memuji Mossi sejak kali pertama berseragam Sape Kerrab. Menurut Gomes, Mossi merupakan tipikal pemain yang dibutuhkan timnya.
"Saya senang dengan kehadiran Toni Mossi ditim asuhan saya. Dia pemain cerdas yang memiliki teknik bagus bermain sepak bola. Sebagai gelandang, dia mempunyai visi hebat," ucap Gomes.
Kehebatan Mossi di mata Gomes, justru sempat membuat sang pelatih waswas. Pasalnya, Mossi bisa dibilang memiliki kedekatan dengan para suporter klub pesaing Arema.
Gomes menyadari, Mossi sebenarnya masih mendapat tempat di hati Aremania."Saya tidak akan terkejut bila Mossi disukai publik Arema. Saya katakan sekali lagi, dia pemain yang bagus. Namun, dia saat ini memiliki kontrak bersama Madura United," tambah pelatih asal Brasil itu.
Belum ada setahun karier di Indonesia, Toni Mossi sudah membuat banyak orang terpukau. Jika bisa terus menjaga konsistensi permainan, "Sang Matador" kemungkinan besar akan menjadi idola baru bagi pencinta sepak bola Indonesia.