Bola.com, Jakarta - Mantan pemain jebolan Primavera dan Baretti kini sudah mulai menekuni dunia kepelatihan, tak terkecuali Indriyanto Nugroho. Pemain yang dulu terkenal dengan sebutan Mr. Cepek ini menjadi penggiat sepak bola usia dini di Sekolah Sepak Bola Kabomania setelah memutuskan gantung sepatu.
Bagi penikmat sepak bola generasi 1990-an, nama Indriyanto memang tidak asing. Bersama dengan Kurniawan Dwi Yulianto, Gusnaedi Adang, Supriyono, dan Kurnia Sandy, ia menjadi bagian Indonesia Primavera dan klub ibu kota, Pelita Jaya. Pemain yang semasa aktif memperkuat 9 klub berbeda ini mengaku sangat menikmati peran barunya sebagai pelatih usia dini.
Advertisement
Baca Juga
Berikut petikan wawancara ringan Indriyanto dengan bola.com disela-sela acara Milo Football Clinic Day yang diadakan di Lapangan Pertamina Simprug, Jakarta, pada Minggu (24/4/2016).
Bagaimana cerita awal Anda bisa sibuk dalam pembinaan dan melatih SSB Kabomania?
Semua ini berkat adik saya, Tommy Haryanto yang sebelumnya sudah lebih dulu menekuni pembinaan di akar rumput. Setelah selesai membela Madura United tahun 2013 saya berpikir melatih sepak bola usia dini. Terlebih, lisensi level AFC sudah ada di tangan dan saya harus menentukan apa yang harus saya lakukan di usia sekarang.
Akhirnya, saya memilih untuk mengembangkan sepak bola usia muda di SSB Kabomania. Di Kabomaia saya bisa menikmati peran baru saya. Semua staf pelatih dan manajemen juga menyambut saya dengan hangat. Dalam dua tahun terakhir ini saya juga bisa lebih memperdalam ilmu lagi sebagai pelatih.
Apakah ada metode latihan dari Primavera yang Anda diterapkan di SSB Kabomania?
Banyak sekali yang bisa diterapkan dari pengalaman saya berlatih di Italia. Disiplin menjadi yang paling utama saya terapkan ke anak didik saya. Jika disiplin sudah tertanam dengan baik, maka semuanya akan mudah diikuti. Waktu di Italia, kami ditekankan untuk selalu disiplin baru masuk ke tahap berikutnya.
Apa maksudnya dari tahap berikutnya?
Tahap berikutnya adalah melatih teknik pemain. Gizi juga perlu, tapi untuk di Indonesia saya rasa mengikuti kebijakan dari manajemen tim atau sekolah sepak bola. Tapi memang jika kita melihat di Italia sana, perpaduan disiplin dan gizi akan sangat membantu peningkatan teknik pemain.
Apa yang menjadi kesulitan saat melatih usia dini?
Setiap anak-anak datang dengan teknik dasar yang berbeda. Ada yang cepat menyerap ilmu yang diberikan dan sudah punya bakat, tapi ada juga yang datang dengan kemampuan yang dimulai dari nol. Jika begitu, kami harus mencari cara mengubah anak yang dari nol ini bisa menjadi lebih baik lagi. Itu tantangannya jika berbicara dunia sepak bola akar rumput dan itulah yang membuat kami puas. Jika dijalankan dengan sungguh-sungguh, semuanya bisa berjalan dengan baik.
Mana yang akan Anda pilih? Melatih tim senior di kompetisi atau melatih usia dini?
Sementara lebih menikmati sepak bola usia dini karena dari lingkungan akar rumput ini saya bisa menambah ilmu juga. Pelatih mana yang tidak ingin melatih klub, namun dengan kondisi sepak bola Indonesia yang masih seperti ini saya ingin berada di pembinaan dulu.
Saya juga ingin mencetak pemain muda. Jika bisa mencetak pemain, itu menjadi suatu kepuasan tersendiri yang tak ternilai bagi saya sebagai pelatih.