Bola.com, Selangor - Beberapa waktu lalu sempat ada secercah harapan terwujudnya perdamaian sepak bola Surabaya. Hal ini seiring kedua petinggi klub yang berseteru, I Gede Widiade mewakili Bhayangkara Surabaya United dan Cholid Ghoromah selaku CEO Persebaya 1927, bersedia duduk satu meja.
Tetapi, pertemuan itu tidak menghasilkan kesepakatan karena kubu Persebaya 1927 menolak syarat yang diajukan untuk terjadinya merger.
Kendati begitu, dua bintang muda Indonesia yang kini sedang berada di luar negeri, Andik Vermansah (Selangor FA) dan Evan Dimas Darmono yang sedang menjalani program pengembangan bersama RCD Espanyol B, tak berkecil hati. Mereka tetap memiliki harapan konflik berkepanjangan antara kedua kubu berakhir manis.
Andik tidak menyesalkan gagalnya kesepakatan merger antara PT Mitra Muda Inti Berlian selaku pengelola Bhayangkara Surabaya United dan PT Persebaya Indonesia (PT PI) sebagai perseroan yang menaungi Persebaya 1927. Namun, ia ingin kedua pihak tak lagi saling menyudutkan satu sama lain.
Advertisement
Baca Juga
Upaya-upaya pembentukan opini dari kedua klub untuk mendapatkan dukungan dari suporter masing-masing dianggap Andik cukup wajar. Hanya, cara-cara dengan memobilisasi massa untuk meneror salah satu pihak dinilai tak bisa dibenarkan, lebih-lebih sampai memakai kekerasan.
"Cara-cara itu harus ditinggalkan. Sepak bola menjunjung sportivitas dan fairplay. Mari memilih jalan masing-masing dengan cara damai. Supaya masyarakat Surabaya tenang, tidak dibayangi rasa takut dan khawatir karena ulah segelintir oknum yang sengaja ingin memecah belah," kata bintang Selangor FA asal Indonesia ini.
Hal sama dilontarkan Evan Dimas. Hanya, bintang muda Indonesia jebolan Timnas U-19 era Indra Sjafri itu tetap berharap, ke depan hubungan kedua pihak bisa membaik. "Kalau bisa merger tentu lebih baik. Namun jika tidak bisa disatukan, sebaiknya tidak saling usik atau saling menghormati," kata pemain kelahiran Surabaya 13 Maret 1995 tersebut.
Bagi Evan Dimas, berbeda pendapat terkait status pengelola yang sah dan lebih berhak atas nama dan logo Persebaya, boleh-boleh saja. Asal, konflik ini tak membuat nasib sepak bola Surabaya ke depan jadi suram.
"Kalau tidak bisa merger sekarang, mungkin suatu saat nanti. Saya berharap sepak bola Surabaya tidak menjadi korban dari pertikaian ini karena banyak pelaku sepak bola yang kini kehilangan semangat akibat jenuh dengan semua ini," tutur eks kapten Timnas U-19 tersebut.