Bola.com, Jakarta - Bagi Armand Mial, tanah Papua sangat berarti dalam perjalanan kariernya di sepak bola. Sejak menjejakkan kaki di Indonesia pada 2005, lelaki kelahiran Douala, Kamerun, 8 Oktober 1982 lebih banyak menghabiskan waktunya di Papua baik sebagai pemain dan pelatih.
Dua tahun awal di Indonesia, Armand memperkuat tiga klub berbeda, yakni Persidafon Dafonsoro, Persiwa Wamena, dan Yahukimo FC. Suami dari Irma Siregar ini juga sempat bermain di Kedah FC (Malaysia) dan Saigon Port (Vietnam). Namun, kariernya harus terhenti di usia 27 tahun karena cedera lutut.
Baca Juga
Advertisement
Baca Juga
Pensiun sebagai pemain, Armand memutuskan kembali ke tanah Papua jadi asisten pelatih di Perseka Kaimana yang saat itu berstatus klub Divisi III. "Saat itu, fokus saya betul-betul total melatih Perseka. Apalagi setahun kemudian, saya jadi pelatih kepala," ungkap Armand yang mengaku dapat gaji Rp 2,5 juta pada awalnya kariernya sebagai pelatih Perseka. Nilai yang sangat kecil buat ukuran kehidupan di Papua.
Ibarat jodoh, Armand dan Perseka mulai merengkuh prestasi. Tiap musim, Perseka selalu naik kasta. Puncaknya, pada 2012, Armand membawa Perseka menembus Divisi Utama dengan status Juara Divisi I. "Sukses itu sangat bermakna karena mayoritas pemain Perseka adalah putra asli daerah yang sudah bermain bersama sejak Divisi III," kenangnya.
Setahun bersama Perseka di Divisi Utama, Armand kemudian berlabuh di Persigubin Gunung Bintang sampai sekarang. "Sebenarnya ada tawaran dari klub luar Papua, tapi saya pilih bertahan. Saya berkeinginan kuat melahirkan pemain nasional dari tanah Papua yang memang menyimpan bakat terpendam. Ini lebih dari sekadar uang," tutur ayah Sultan Ibrahim Mial ini.
Demi ambisinya itu, setiap musim, Armand rela meninggalkan istri dan anaknya yang menetap di Tangerang. "Saya menikmatinya saja. Selain melatih, saya menghabiskan waktu berkumpul dan bercanda dengan pemain di hotel tempat kami menginap. Sesekali, kalau ada waktu saya menggelar coaching clinic pada sejumlah klub amatir disini," ujar Armand yang sempat menimba ilmu pada sebuah universitas Jerman ini.
Menurut Armand, melatih pemain asal Papua tidak sesulit yang dibayangkan. "Memang saya harus melakukan pendekatan khusus. Misalnya, bagaimana meminimalisir kebiasaan mereka meminum minuman keras mereka. Sejauh ini aman-aman saja," ucapnya seraya tertawa.
Armand tidak menampik punya ambisi suatu saat bisa menangani timnas Indonesia. "Keinginan itu pasti ada. Indonesia adalah tanah air saya yang kedua. Tapi, saat ini saya fokus dulu mengembangkan sepak bola Papua dari sebuah klub kabupaten seperti Persigubin," ia menegaskan.