Bola.com, Gresik - Insiden kericuhan yang melibatkan dua suporter, Gresik United dan PS TNI, Minggu (22/5/2016) menambah daftar panjang cerita kelam sepak bola Indonesia. Mengenai insiden tersebut, kelompok suporter Gresik United, Ultras Mania, buka suara menyampaikan isi hati serta harapan mereka.
Ketua Ultras Mania, M. Muharom, menyayangkan kejadian yang menyebabkan 52 anggotanya terluka dan harus dirawat di dua rumah sakit berbeda, RS Semen Gresik dan RS Ibnu Sina di Gresik. Pasalnya, tidak seharusnya hal ini terjadi jika semua pihak menaati aturan serta mampu menahan diri.
Seperti diketahui, pada pertandingan ini seharusnya tribune penonton di Sektor 5 dikosongkan. Zona ini sebagai pembatas antara kedua kelompok suporter. Suporter PS TNI, yang diperkirakan sekitar 2000-an, mendapatkan jatah di Sektor 6, sementara Ultras Mania menempati Sektor 4 dan sektor lainnya.
Pengosongan sektor 5 sesuai permintaan Polres Gresik. Hal ini sebagai antisipasi agar tidak terjadi gesekan antara kedua kelompok suporter. Ultras Mania menuturkan, Sektor 5 itu ternyata ditempati oknum suporter PS TNI.
Advertisement
Baca Juga
Kekhawatiran polisi pun terjadi ketika pertandingan antara Persegres Gresik United versus PS TNI baru berjalan sekitar tiga menit.
Masih menurut Ultra Mania, berawal dari saling ejek, oknum suporter PS TNI terpicu emosinya. Akibatnya, kericuhan pecah. Ultras Mania berhamburan dan memasuki lapangan. Pertandingan pun sempat dihentikan beberapa saat.
Muharom prihatin tindakan kekerasan ini dilakukan oleh oknum aparat penegak hukum di negara ini. "Saya, Ultras, tidak mungkin memulai karena kami jelas-jelas bukan tandingan mereka yang sudah terlatih untuk bertempur. Kami ini sama-sama rakyat Indonesia, jangan ada perbedaan status, kami ingin membaur dengan mereka," ujar Muharom.
Baginya, saling ejek antarsuporter itu sudah biasa dalam sepak bola. Namun selama itu dalam batasan wajar, tidak seharusnya sampai terjadi benturan fisik yang mengakibatkan jatuhnya korban. Sebab, kejadian semacam ini bisa menjadi preseden buruk di sepak bola Tanah Air. "Jangan sampai terjadi lagi," pintanya.
Soal banyaknya netizen yang meminta PS TNI dibubarkan atau dilarang bertanding lewat media sosial, Muharom mengaku tidak sepakat. Baginya, selama bisa diperbaiki, tak perlu dibubarkan. Mewakili Ultras Mania, ia berharap insiden berdarah ini menjadi bahan evaluasi PS TNI dan internal TNI sehingga ke depan, kejadian yang mencoreng sepak bola Indonesia semacam ini bisa dihindari.
"Kalau semua yang tidak baik diberangus, itu bukan pembinaan. Suporter PS TNI kan masih baru di sepak bola Indonesia. Saya yakin ke depan PS TNI dan TNI akan lebih baik. Kalau soal banyaknya netizen yang minta dibubarkan, itu suara pribadi masing-masing," katanya.
Di sisi lain, PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai operator Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo menegaskan bila insiden ini masuk ke pembahasan sidang Komdis ISC pada Kamis (26/5/2016). PT GTS, dalam keterangan melalui rilis yang diterima bola.com, akan melakukan investigasi serta audit ke Gresik pada Rabu (25/5/2016).