Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia punya tradisi melahirkan kiper-kiper andal. Dimulai dari era Tan Mo Heng, Van der Vin, M. Parengkuan, Yudo Hadiyanto, Ponirin Meka, Kurnia Sandy hingga kini Kurnia Meiga. Skuat Merah-Putih seperti tak pernah kekurangan stok kiper muda berkemampuan luar biasa.
Pada ajang Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo yang sudah memasuki pekan kelima, beberapa kiper mulai mencuri perhatian. Mulai dari Teja Paku Alam di Sriwijaya FC, lalu yang sudah tak asing seperti Shahar Ginanjar (Mitra Kukar) atau Andritany Ardhiyasa di Persija menampilkan performa menawan.
Advertisement
Baca Juga
Nama baru yang cukup mengejutkan adalah Alfonsius Kevlan (Persiba Balikpapan). Aksinya tak kalah garang dalam menyelamatkan gawang membuat dia berpotensi menggoyang dominasi Kurnia Meiga atau I Made Wirawan di timnas Indonesia.
Berikut ulasan performa Teja Paku Alam, Shahar Ginanjar, Andritany Ardhiyasa, dan Alfonsius Kelvan dari bola.com.
Teja Paku Alam (Sriwijaya FC)
Kiper asal Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat ini merupakan andalan baru Sriwijaya FC di TSC 2016. Teja dibekali pengalaman dari menimba ilmu di Uruguay bersama SAD Indonesia pada 2010.
Pada 2012 ia bergabung dengan Sriwijaya FC U-21. Teja Paku Alam langsung mendapat tempat utama setelah kiper utama SFC, Dian Agus Prasetyo hengkang ke Pusamania Borneo FC.
Keputusan SFC mempromosikan Teja ke tim senior tepat. Pemain berusia 22 tahun itu menjadi benteng yang sulit ditaklukkan oleh penyerang-penyerang lawan. Hingga pekan kelima, SFC baru kebobolan satu gol, yakni pada laga pekan pertama TSC menghadapi Persib Bandung.
Data statistik Labbola menunjukan Teja adalah kiper yang paling sukses di TSC 2016 hingga pekan kelima. Dari 450 menit penampilan, Teja melakukan intersep 13 kali, 11 kali penyelamatan dengan akurasi umpan 58 persen.
Bila performanya terus menanjak, tak mustahil Teja bisa menduduki pos penjaga gawang utama di Timnas Indonesia. Apalagi, PSSI sudah memberik sinyal akan memprioritaskan pemain muda untuk Piala AFF 2016.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Shahar Ginanjar
Shahar Ginanjar (Mitra Kukar)
Shahar memulai karier di Persipo Purwakarta. Shahar juga pernah membela salah satu klub internal Persib Bandung, Sawsco. Namun, garis nasib membuatnya memperkuat Pelita Jaya U-21 pada 2008.
Berkat penampilan gemilang bersama Pelita Jaya U-21, kiper 25 tahun itu naik pangkat ke tim senior musim 2011-2012. Bermodal sembilan kali bermain, Shahar akhirnya kembali ke Persib Bandung.
Kembali ke Bandung seharusnya menjadi hal yang menyenangkan. Namun di tim Maung Bandung senior Shahar hanya menjadi penjaga gawang pelapis I Made Wirawan. Kondisi tersebut membuatnya hengkang demi menambah jam terbang.
Shahar mencuri perhatian setelah gabung Mitra Kukar yang saat itu ditangani oleh Jafri Sastra. Dipercaya jadi kiper utama membuat performa Shahar menanjak dan sukses mengantarkan Mitra Kukar juara Piala Jenderal Sudirman.
Pada TSC 2016 Shahar kembali menunjukan performa gemilang. Hingga pekan kelima TSC, gawang Shahar hanya kebobolan tiga gol. Torehan itu memang belum istimewa mengingat ada tiga kiper lain yang baru kebobolan di bawah tiga gol, yakni Teja Paku Alam (1 gol) serta Sukasto Efendi (Perseru) dan I Made Wirawan yang baru kebobolan dua gol.
Shahar Ginanjar kerap melakukan aksi-aksi brilian, terutama ketika sudah berhadapan satu melawan satu dengan penyerang lawan. Faktor mental dan usia emas (25 tahun) juga jadi keunggulan Shahar untuk menuju kursi timnas.
Advertisement
Andritany Ardhiyasa
Andritany Ardhiyasa (Persija Jakarta)
Andritany adalah produk dari Persija Jakarta melalui klub internal, PS Jayakarta. Jayakarta tak asing bagi sepak bola nasional. Klub yang berdiri tahun 1971 itu merupakan klub penghasil bintang-bintang Persija dan Timnas Indonesia.
Tercatat legenda-leganda Indonesia, seperti Anjas Asmara, Sutan Harhara, Andi Lala, Sofyan Hadi, dan penjaga gawang Sudarno, lahir dari Jayakarta.
Bagol pun kini sudah menjelma menjadi bintang Persija. Meski demikian, perjalanan Bagol menuju Persija sangat berliku. Pemain berusia 24 tahun itu harus keluar Jakarta terlebih dahulu sebelum mendapatkan tempat di tim idolanya sejak kecil.
Bagol bahkan pernah bermain di Persib U-18 dan Sriwijaya FC U-21. Meski besar dari SSB Jayakarta, pemain Betawi Jagakarsa itu juga pernah merasakan tempaan di SSB ASIOP Jakarta dan PPLP Ragunan.
Tahun 2011, Bagol kembali ke Persija. Saat itu, pelatih Rahmad Darmawan membawanya ke Macan Kemayoran sebagai pelapis Hendro Kartiko dan Galih Sudaryono.
Perlahan tapi pasti Bagol mendapatkan tempat di tim senior Persija. Bahkan ia pernah menjadi deputi Kurnia Meiga di Timnas Indonesia U-23.
Dari sekian banyak penjaga gawang muda di TSC 2016, Bagol tergolong pemain berpengalaman. Baru kebobolan tiga gol plus sejumlah penyelamatan gemilang hingga pekan keempat menjadi modal berharga untuk kembali ke pentas Internasional bersama skuat Garuda.
Alfonsius Kelvan
Alfonsius Kelvan (Persib Balikpapan)
Nama Alfonsius Kelvan masih tergolong baru di kalangan pecinta bola nasional. Awalnya, mantan penjaga gawang Pelita Bandung Raya itu bukan pilihan utama pelatih Janio Matos. Pada pekan perdana TSC, Persiba Balikpapan menurunkan Beny Setya Yoewono. Namun, Beny dirasa kurang memuaskan pelatih Jaino karena kebobolan dua gol saat melawan Arema.
Persiba akhirnya mencoba Alfonsius Kelvan sebagai kiper utama pada pekan kedua. Saat itu Persiba berhadapan dengan klub besar, yakni Sriwijaya FC. Persiba mampu menahan imbang SFC dengan skor 0-0, dan Alfons pun bermain sangat gemilang.
Sebagai penjaga gawang, Alfons sudah banyak berkelana di berbagai klub. Namun baru di Persiba pemain berusia 26 tahun itu mampu menunjukan performa apik.
Hingga pekan kelima, gawang Alfons baru kebobolan tiga. Sebagai klub yang sering mendapatkan serangan bertubi-tubi dari lawan, Persiba sangat beruntung memiliki Alfonsius Kelvan sebagai penjaga gawang. Reflek bagus plus membaca bola atas yang maksimal, membuat dirinya menjadi bintang baru di Balikpapan.
Advertisement