Bola.com, Bandung - Pembawaannya kalem dan tenang. Tapi, sekali mengobrol, Anda akan menemukan sosok dengan gaya bicara blak-blakan ala Medan dalam diri Rahmad Hidayat, gelandang Persib Bandung. Bola.com mengulik kisah hidup Rahmad Hidayat lewat rubrik Lebih Dekat. Simak cerita berikut.
“Dulu badan saya sangat kurus. Wah, pokoknya sangat tidak cocok jadi pemain sepak bola. Tapi tetap main sepak bola karena tidak pintar di sekolah, nilai saya jeblok terus,” kata Rahmad Hidayat mengawali perbincangan dengan Bola.com di Sidoarjo, sebelum Persib berlaga melawan Bhayangkara Surabaya United, 11 Juni 2016.
Baca Juga
Rahmad kecil yang menyukai sepak bola harus berjuang susah payah sebelum mencapai karier hingga berkostum Persib.
Pada saat remaja, Rahmad yang sudah tergabung di SSB Putra Mulia Medan berkali-kali mengikuti seleksi, mulai tim Liga Bogasari hingga Piala Soeratin. Tapi tak ada satu pun pelatih yang berminat memakai jasanya.
Ia kerap terpental dari seleksi lantaran memiliki postur yang kurang ideal. Bila dibandingkan sekarang, postur pemain kelahiran Medan, 10 Maret 1991 itu jauh lebih bagus. Rahmad bahkan tak menyangka bisa memiliki badan tegap seperti sekarang.
"Postur saya mulai terbentuk setelah gabung Pro Duta FC. Mungkin karena sudah berlatih fisik secara intens jadi lama-lama agak kekar dan berisi. Saya juga tidak menyangka badan saya bisa setinggi sekarang karena dulu kecil sekali," ucapnya.
Advertisement
Baca Juga
Rahmad mengakui cukup terlambat memulai karier di sepak bola secara serius. Tahun 2005, setelah menempuh pendidikan di SSB, baru dia mulai menemukan semangat, setelah sebelumnya tak dilirik oleh pelatih.
Sosok yang berjasa membawa Rahmad ke jalur sepak bola profesional adalah pelatih asal Australia, Eric William. Eric merupakan pelatih PSMS Medan pada 2007-2008. Pertemuan Rahmad dengan Eric terjadi saat SSB Putra Mulia Medan uji coba melawan Akademi Medan United pada 2007. Pada momen itu, Eric sedang memantau bakat untuk dibawa ke PSMS U-21.
"Coach Eric yang menemukan saya saat banyak pelatih lokal tak melirik. Waktu itu dia meyakinkan, saya bisa jadi pesepak bola profesional asal mau berusaha keras dan mengikuti instruksi pelatih," kata Rahmad.
Setelah matang berguru di Medan United, Rahmad memperkuat PSMS U-21. Pada 2011 ia bergabung Medan Chiefs yang bermain di kompetisi Liga Primer Indonesia. Belum genap satu musim karena liga tersebut bubar, Rahmad menuju Pro Duta FC, klub milik pengusaha asal Medan, Sihar Sitorus.
Di Pro Duta FC, Rahmad semakin berkembang. Visi dan misi klub itu cocok dengan anak muda seperti Rahmad yang ingin mematangkan diri jadi pesepak bola profesional.
"Ada semangat baru di Pro Duta FC karena banyak pemain muda. Saat itu untuk pertama kalinya saya merantau karena Pro Duta bermarkas di Yogyakarta," imbuhnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Di Antara Dejan Antonic dan Djadjang Nurdjaman
Episode karier Rahmad selanjutnya melibatkan dua pelatih, Dejan Antonic dan Djadjang Nurdjaman. Pada 2013, Rahmad bertemu Dejan yang saat itu menjadi pelatih Pro Duta. Rahmad mengakui karena faktor Dejan, ia bisa berkembang lebih pesat.
Dejan lalu membawanya ke Pelita Bandung Raya (sekarang bernama Madura United). Menurut Rahmad, klub itu ada kesamaan dengan Pro Duta, yakni memiliki visi mengembangkan pemain muda. Memang benar, pada ISL 2014, PBR menjelma jadi kuda hitam dengan mayoritas pemain muda.
Saat itu, hanya ada beberapa pemain senior, seperti T.A Musafri dan Bambang Pamungkas. Tapi, PBR mampu mengejutkan dengan lolos ke semifinal.
"Yang mengajak saya ke PBR ya coach Dejan. Saya ambil kesempatan itu karena ingin tampil di ISL," ungkap Rahmad.
Penampilan Rahmad di PBR membuat pelatih Persib saat itu, Djadjang Nurdjaman kepincut. Djanur terang-terangan ingin menarik Rahmad dari PBR. Bahkan sempat terjadi perang dingin antara Dejan dan Djadjang. Dejan menyindir Djanur yang dinilai tak mau melakukan pembinaan pemain, tapi mengambil pemain yang sudah jadi.
Pada akhirnya Rahmad urung bergabung dengan Maung Bandung. Menjelang QNB League 2015, hanya satu pemain PBR yang direkrut Persib, yakni Dias Anggga, yang merupakan pemain binaan Persib Junior. Selain Rahmad, Persib juga mengincar Wawan Febrianto yang kini menjadi pilar PS TNI.
Dejan Antonic akhirnya mengantarkan Rahmad ke Persib. Setelah Dejan diresmikan jadi pelatih pada pertengahan Januari 2016, satu per satu eks pemain PBR merapat. Kedatangan Rahmad di Bandung hanya berselang lima hari setelah manajemen Persib memperkenalkan Dejan sebagai pelatih baru.
Sebenarnya Rahmad juga hampir diboyong pelatih asal Malaysia, Raja Isa, yang kini menangani klub Malaysia Premier League, UiTM. Raja Isa mengaku tertarik dengan penampilan Rahmad saat di PBR.
Kepada Bola.com pada 30 Desember 2015, Raja berniat memanggil Rahmad dan dua pemain Indonesia lainnya, Ronald Sesmot dan Agung Suprianto, untuk mengikuti seleksi pada jeda transfer putaran kedua MPL.
Keinginan Raja Isa menyeleksi Rahmad tak tercapai karena sang pemain sudah menemukan keluarga dan semangat baru di Persib Bandung.
Advertisement
Menemukan Keluarga Baru
Sebagai anak Medan, Persib Bandung tak asing di telinga Rahmad, sebelum ia menapaki karier sepak bola di tim senior. Bila ditanya klub favorit, tentu ia menjawab PSMS Medan. Tapi, Rahmad hanya mendengar dari sang ayah, Fachrizal dan pelatih-pelatih di Medan, soal pertemuan PSMS dan Persib era Perserikatan dan Liga Indonesia, yang selalu menyajikan duel seru.
"Kalau orang Medan pasti rindu dengan pertandingan Persib melawan PSMS," kata pemain berdarah Melayu Deli itu.
Bila dibandingkan dengan PSMS, Persib lebih stabil soal eksistensi, dari era Perserikatan, Liga Indonesia, ISL, hingga TSC. Hal itulah yang membuat Rahmad sangat bersyukur bisa bergabung Maung Bandung.
Rahmad hampir saja gabung Persiba Balikpapan bersama sahabatnya Ghazali Siregar, kalau seandainya Dejan tak menangani Persib. Bagi Rahmad, hal itu patut disyukuri, karena tidak mudah bagi seorang pemain lolos seleksi di Persib.
Gabung Persib, Rahmad merasa kaget. Tak biasanya ia mendapat sambutan dari suporter. Ia sempat canggung saat ada banyak bobotoh yang meminta foto baik di mes, saat latihan, atau seusai pertandingan.
Bagi Rahmad, itu jadi pengalaman baru karena ia merasa belum menjadi seorang bintang. Apalagi di tim Persib yang selalu menjadi tempat para pesepak bola top berkumpul, termasuk pemain idolanya, Firman Utina dan Tantan.
Sambutan yang hangat dari kalangan bobotoh membuat Rahmad semakin percaya diri. Ia pun tampil memukau saat Persib berlaga di Bali Island Cup. Sayang, Rahmad mengalami cedera lutut akibat berbenturan dengan Robertino Pugliara saat Persib beruji coba melawan PS Polri pada 12 Maret di Bogor.
Cedera itu membuat Rahmad menepi hingga tiga bulan. Baru pada pekan kelima Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo, Rahmad mulai tampil lagi.
Sayang, momen Rahmad kembali pasca-cedera justru dibarengi perpisahan dengan sang mentor, Dejan Antonic, yang mengundurkan diri usai Persib dihajar Bhayangkara SU 1-4, 11 Juni 2016.
Tapi, Rahmad bukanlah pemain pengikut seorang pelatih karena ia sudah berkomitmen membela Persib, bahkan ia mengaku ingin bertahan terus di Bandung.
"Banyak faktor yang membuat saya ingin di Bandung, salah satunya bobotoh. Dukungan mereka luar biasa, hal seperti itu belum pernah saya dapatkan sebelumnya," kata Rahmad Hidayat mengakhiri pembicaraan dengan Bola.com.