Bola.com, Surabaya - Manajemen PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) belum menentukan langkah selanjutnya usai kalah di Pengadilan Niaga Surabaya dalam kasus sengketa kak merek atas nama dan logo Persebaya Surabaya.
Seperti diketahui, dalam sidang terakhirnya, Kamis (30/6/2016) lalu, Pengadilan Niaga Surabaya memutuskan menolak gugatan PT MMIB atas hak merek, nama dan logo Persebaya yang dikeluarkan Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk PT Persebaya Indonesia.
Kuasa hukum PT MMIB, Amir Burhanuddin menyatakan, ia belum mendapatkan perintah untuk melanjutkan perkara ini ke tingkatan yang lebih tinggi alias melakukan kasasi dari PT MMIB.
Advertisement
Baca Juga
“Semua terserah PT MMIB. Kalau mereka banding, dan masih menyerahkan kasus ini kepada kami, kami akan ajukan memori banding sebelum batas waktunya habis,” ujar Amir pada Jumat (1/7/2016).
Sementara itu, manajemen PT MMIB juga belum tercetus untuk banding. Mereka memiliki waktu 14 hari untuk mengajukan kasasi setelah hakim Pengadilan Niaga mengetok palu.
Sejauh ini manajemen klub yang kini menggunakan nama Bhayangkara Surabaya United masih menimang-nimang dan berhitung jika harus banding. Sebab mereka tak mau langkah mereka kembali terpental. Bahkan ada gelagat mereka sudah menyerah dan tak akan meneruskan kasus ini lagi.
“Saya tidak tahu apa-apa soal langkah apa yang ditempuh PT MMIB berikutnya. Kita lihat saja dalam waktu dekat,” ujar Rahmad Sumanjaya, Sekretaris Bhayangkara Surabaya United.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Musim Depan Persebaya Eksis
Nasib Bhayangkara Surabaya United sendiri dalam bahaya jika mereka tak banding. Kalau pun akan menempuh jalur kasasi dan kembali gagal, bisa jadi ini menjadi musim terakhir mereka berkiprah di sepak bola Tanah Air. Sebab, kubu PT Persebaya Indonesia akan menagih hak mereka berkompetisi yang saat ini dipakai Bhayangkara SU.
Kalau pun ada kemungkinan mereka tetap eksis, sekuat apa mereka bertahan mengingat minimnya dukungan suporter terhadap mereka. Apalagi sejauh ini suporter yang selalu mendukung setiap kali Bhayangkara SU tampil, Bhara Mania, masuk ke stadion dengan gratis.
Pemasukan nihil, sementara mereka harus menghabiskan banyak uang untuk membayar semua kebutuhan di setiap laga kandang.
Presiden Bhayangkara SU, Gede Widiade, sendiri tampaknya sudah tak peduli dengan nasib timnya. Sebab ada kemungkinan ia akan memilih untuk membiayai Persija Jakarta dalam waktu dekat. Rumor soal pengusaha hotel asal Bali tersebut merapat ke tim ibu kota sudah lama berhembus.
Ia disebut-sebut seringkali melakukan pertemuan dengan Presiden Persija, Ferry Paulus, membahas soal sharring kepemilikan Tim Macan Kemayoran. Jika rumor itu benar adanya, maka hampir dipastikan keikut sertaan Bhayangkara Surabaya United di pentas kasta tertinggi Tanah Air musim 2006 adalah yang terakhir.
Persebaya 1927 yang dikelola PT Persebaya Indonesia bakal comeback mendapatkan haknya kembali berkompetisi.
Gede belum bersedia buka mulut soal kemungkinan dirinya merapat ke Persija. Tapi, melihat perkembangan kasus dualisme Persebaya Surabaya terkini, pilihan untuk mengelola klub lain rasanya amat realistis.
Advertisement