Sukses


Indonesia Bisa Mainkan 11 Pemain Naturalisasi di Piala AFF 2016!

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia punya modal kuat bersaing di Piala AFF 2016 dengan mengandalkan begitu banyak pemain naturalisasi. Jika dikumpulkan jadi satu, para pemain bule atau Afrika yang sudah menjadi WNI itu bisa jadi sebuah kesebelasan sendiri.

Sejak PSSI era Nurdin Halid dibantu pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka keran pemberian paspor Indonesia kepada pesepak bola asing menjelang Piala AFF 2010, hingga kini sudah ada 12 pemain dinaturalisasi. 

Jumlahnya amat mungkin bertambah, karena sejumlah pemain impor yang saat ini aktif berkompetisi di pentas Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, menyatakan keinginan untuk memiliki paspor berlogo Garuda.

Pemain-pemain asing yang kini sudah berstatus WNI adalah Cristian Gonzales (Uruguay), Greg Nwokolo (Nigeria), Raphael Maitimo (Belanda), Diego Michiels (Belanda), Victor Igbonefo (Nigeria), Sergio van Dijk (Belanda), Bio Paulin (Kamerun), Kim Jeffrey Kurniawan (Jerman), Stefano Lilipaly (Belanda), Tonnie Cussel Lilipaly (Belanda), Ruben Wuarbanaran (Belanda) dan Jhonny van Beukering (Belanda).

Mereka semua sempat berkiprah di Timnas Indonesia level U-23 atau senior. Tetapi, semuanya belum ada yang sukses mengakhiri dahaga prestasi Tim Merah-Putih di pentas internasional.

Beberapa di antaranya malah tampil melempem. Tengok saja Jhonny van Beukering, yang kini telah resmi gantung sepatu. Terakhir, ia tercatat sebagai pemain klub Divisi C1 Belanda, SC Veluwezoom, pada 2015.

Penyerang yang sempat membela klub Pelita Jaya pada 2011-2012 itu dilarang terlibat dalam aktivitas sepak bola selama 12 bulan, terhitung mulai ketuk palu keputusan pada 19 Oktober 2015. Ia terlibat keributan dengan pemain lawan.

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, punya banyak pilihan pemain naturalisasi buat Piala AFF 2016 nanti. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Keputusan tersebut terasa menyesakkan bagi Jhonny. Karier sepak bolanya bak tamat, peluangnya mendapat klub baru menipis karena faktor usia yang tak lagi muda.

Bomber kelahiran 29 September 1983 itu tiga tahun belakangan mengais rezeki di klub-klub amatir. Ia tercatat membela klub Presikhaaf (2013), MASV Arnhem (2013-2014), dan SC Veluwezoom (2015). Di klub-klub tersebut ia jarang tampil di jajaran pemain utama.

Merosotnya karier sang pemain juga dipicu perilakunya yang tidak disiplin. Badan Jhonny van Beukering melar karena gaya hidupnya yang tidak teratur.

Saat datang ke Indonesia pada Piala AFF 2012, banyak orang ragu dengan kualitas sang penyerang, yang terlibat berbadan tambun bukan layaknya pesepak bola.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Mayoritas Berkiprah di Indonesia

Di sisi lain, Tonnie Cussel Lilipaly dan Ruben Wuarbanaran juga kariernya macet. Mereka kini berkiprah di kompetisi amatir Negeri Kincir Angin. Tonnie sempat jadi andalan di lini tengah Timnas Indonesia saat berlaga di Piala AFF 2012. Ia jadi pilihan utama pelatih Nilmaizar bareng Raphael Maitimo.

Hanya, selepas itu performanya merosot. Pada awal musim 2013 ia dipecat klub Barito Putera karena kasus indisipliner. Beda nasib dengan Raphael Maitimo, yang hingga kini masih menarik minat klub-klub Indonesia.

Mayoritas pemain naturalisasi yang masih aktif bermain kini berkiprah di kompetisi Tanah Air. Praktis hanya Victor Igbonefo dan Stefano Lilipaly yang kariernya terhitung kinclong di luar negeri.

Igbonefo kini bermain di klub Thailand, Siam Navy. Pada musim sebelumnya mantan stoper Arema Cronus tersebut berkostum Osotspa.

Sementara itu, Stefano Lilipaly kini menjadi pemain pilihan utama di kompetisi kasta kedua Belanda, Telstar. Pada musim 2014, pemain berposisi gelandang serang itu sempat bermain di klub J-League, Consadole Sapporo (klub yang kini dibela Irfan Bachdim). Kariernya sempat terganggu kala membela Persija Jakarta pada awal 2015.

Stefano hanya berada di Tim Macan Kemayoran sekitar dua bulan saja. Ia akhirnya memilih memutus kontrak sepihak karena klubnya tak juga membayar uang muka kontrak.

Sebenarnya ada dua pemain lain yang cukup eksis berkiprah di luar negeri, yaitu Sergio van Dijk dan Greg Nwokolo.

Sempat menjadi Top Scorer Liga Australia bersama Adelaide United dengan koleksi 16 gol pada musim 2010-2011, Sergio singgah di Persib Bandung pada 2013. Ia hanya semusim di Maung Bandung, dengan torehan gol sebanyak 21 biji.

Selepas itu ia pindah ke Sepahan (Iran, 2014), Suphanburi (Thailand, 2015), serta Adelaide (Australia, 2016), sebelum akhirnya kembali mudik ke Persib.

Greg juga tak kalah berkilau. Penyerang yang sempat mencicipi kompetisi Portugal bersama klub Olhanense (2009-2010) ini, sejak tahun lalu merantau ke Thailand. Ia jadi bagian pemain klub elite, BEC Tero Sasana.

Sayangnya ia kurang produktif di Thai Premier League 2015. Greg hanya mencetak lima gol. BEC Tero semestinya terkena degradasi jika saja administrator kompetisi tidak mengubah aturan main kompetisi kasta elite Negeri Gajah Putih pada pengujung 2015.

Walau tampil minimalis, penyerang yang sempat bermain di Arema Cronus, Persija Jakarta, Persijatim Jakarta Timur, serta PSIS Semarang itu tetap mendapat perpanjangan kontrak. Apesnya baru-baru ini ia dicoret karena cedera berat.

Striker kelahiran 3 Januari 1986 itu kini sedang fokus menyembuhkan cedera. Tawaran dari sejumlah klub Indonesia sudah mengantre.

3 dari 3 halaman

Masih Penasaran

Lantas bagaimana dengan rapor pesepak bola naturalisasi yang bermain di klub-klub Tanah Air? Mayoritas di antara mereka kinerjanya relatif apik. Peluang mereka dipanggil oleh pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, untuk keperluan tampil di Piala AFF 2016 amat besar.

Pelatih asal Austria tersebut sempat berujar lebih mengedepankan performa seorang pemain dibanding latar belakang atau usia. "Saya ingin pemain-pemain yang berada di level permainan terbaik di klubnya. Soal usia atau dari mana mereka berasal tak masalah," kata Alfred.

Akan tetapi jika semua pemain naturalisasi dipanggil, secara otomatis bakat lokal bisa terabaikan. PSSI amat menginginkan Tim Merah-Putih yang berlaga di Piala AFF 2016 dihuni kombinasi pemain belia serta senior yang tak terlalu berumur.

Pemain-pemain berdarah luar negeri yang ada mayoritas di antaranya sudah menembus usia 30.

Publik sepak bola nasional tentu tidak akan terima begitu saja jika Alfred Riedl menepikan putra-putra asli Indonesia. Masyarakat Indonesia sempat mencibir timnas Singapura yang jadi pelanggan juara Piala AFF dengan bermodalkan pemain-pemain berdarah Eropa dan Afrika.

Rasanya ironis jika sekarang Indonesia yang dikenal punya kultur nasionalisme tinggi mengandalkan kekuatan Tim Garuda pada para pemain pendatang.

Apalagi faktanya, saat pemain-pemain naturalisasi diberi kesempatan bermain di ajang Piala AFF atau SEA Games, mereka tidak bisa menyajikan prestasi.

Di Piala AFF 2014 Alfred menyisipkan nama Victor Igbonefo, Sergio van Dijk, serta Raphael Maitimo di barisan skuat Indonesia. Hasilnya? Gagal total.

Indonesia menjadi bulan-bulanan di fase penyisihan yang digelar di Hanoi, Vietnam. Di penyisihan Grup A, Indonesia bertengger di posisi tiga di bawah Vietnam dan Filipina.

Rekor pertandingan penyisihan yang dilakoni Timnas Indonesia melempem. Sempat bermain imbang 2-2 kontra Vietnam, pada laga selanjutnya Cristian Gonzales dkk. dibantai Filipina 0-4. Kemenangan 5-1 di laga terakhir atas timnas Laos tak menolong Tim Garuda lolos ke semifinal.

"Saya pribadi masih penasaran dengan apa yang terjadi dua tahun silam. Saya tidak bisa menyajikan permainan terbaik karena hanya waktu yang terhitung pendek (sepekan) bergabung dengan timnas. Jika masih mendapat kesempatan kembali membela timnas, saya ingin membayar kegagalan di Piala AFF 2014," ujar Sergio van Dijk, yang berposisi sebagai striker.

Pernyataan serupa juga dilontarkan Raphael Maitimo. "Saya memutuskan jadi WNI meninggalkan Belanda karena ingin bermain di Timnas Indonesia. Kalau dinilai masih layak, saya tidak akan menolak," ungkap Raphael Maitimo.

Pertanyaannya apakah Alfred Riedl berani mengikuti jejak Singapura menjadikan para pemain naturalisasi sebagai kartu truf saat mereka berlaga di Piala AFF?

 

 

 

Video Populer

Foto Populer