Bola.com, Bandung - Rubrik Awaydays Bola.com kali ini menceritakan perjalanan seru Persija Jakarta saat menuju ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung pada Sabtu (16/7/2016). Tim Macan Kemayoran bersua rival abadi Persib Bandung pada laga pekan ke-10 Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Benarkah perjalanan tim asuhan Paulo Camargo tidak mencekam seperti yang dibayangkan?
Seperti musim-musim sebelumnya, Bambang Pamungkas dkk. selalu diangkut kendaraan taktis (rantis) jenis Barracuda yang disiapkan Polda Jawa Barat saat berangkat ke stadion. Pihak kepolisian tidak mau mengambil risiko, tim tamu mendapat teror ganas dari suporter tuan rumah.
Advertisement
Baca Juga
Persija tidak asing dengan rantis saat bertandang ke Kota Kembang. Hampir setiap menghadapi Persib di kandangnya, tim ibu kota selalu akrab dengan kendaraan yang diperuntukkan buat pengamanan huru-hara oleh aparat.
Perjalanan dari penginapan ke stadion selalu mendebarkan bagi Persija. Bukan hanya di era TSC atau Indonesia Super League klub yang satu ini mengalami situasi seperti ini, tapi juga saat mengarungi kompetisi amatir perserikatan.
Di era 1980-an, cerita-cerita kalau Persija kerap mendapat perlakuan tidak ramah dari penonton tuan rumah fans Maung Bandung kerap bermunculan.
Bahkan tahun 1986, untuk pertama kalinya bus yang ditumpangi pemain Persija kacanya harus hancur akibat lemparan batu dari penonton yang berkumpul di sekitar Stadion Siliwangi.
Hanya saja saat era perserikatan, rivalitas tidak mengkristal ke Persib saja. Mereka juga kerap mengalami kejadian serupa saat bertandang ke klub-klub lain macam, Persebaya Surabaya, PSMS Medan, PSM Makassar, yang notabene pesaing utama di level persaingan kompetisi amatir Tanah Air.
Riak konflik antara Persija dengan Persib memanas lagi sejak awal tahun 2000-an, imbas konflik antara pendukung mereka The Jakmania dengan bobotoh Maung Bandung, Viking Persib Club.
Tidak hanya Si Merah-Putih yang kerap mendapat tekanan teror psikologis dari suporter klub lawan, tapi juga Tim Pangeran Biru saat mereka menyambangi Jakarta. Aksi balas selalu terjadi hampir di tiap musim.
Pemain kedua tim yang awalnya diingapi rasa ketakutan, lama-lama mulai terbiasa dengan situasi yang tidak mengenakkan ini.
"Sejak 2002 bergabung ke Persija, setiap musim selalu ada cerita seru berkaitan dengan Persib. Awalnya ada perasaan tegang, takut apes jadi korban keributan antarsuporter, tapi lama-lama terbiasa dengan hawa fanas yang mengiringi duel Jakarta kontra Bandung," ungkap Ismed Sofyan, bek sayap kanan Persija, yang dalam tur ke Bandung kali ini absen karena cedera.
"Persib melawan Persija duel sarat gengsi antara dua kota besar, Bandung dengan Jakarta. Semestinya persaingan hanya di lapangan, tidak harus merembet hingga ke luar. Akan yang terjadi seperti itu. Pemain sering jadi korban suporter lawan," imbuh Atep, kapten Persib yang mendapat pengawalan superketat saat bertanding di final Piala Presiden 2015 melawan Sriwijaya FC di markas Persija, Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Yang menarik dari pertemuan Persib kontra Persija pada akhir pekan lalu, adalah banyaknya pemain Macan Kemayoran yang baru kali pertama mengalami pengawalan ketat menaiki rantis, yang diperuntukkan buat situasi perang. Selama 30 menit Bola.com merekam perjalanan menegangkan Ambrizal Umanailo cs.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rebutan Selfie dan Wefie
Musim ini tim asuhan Paulo Camargo dihuni banyak pemain belia. TSC 2016 merupakan musim perdana mereka tampil di kompetisi profesional. Para Young Guns Macan Kemayoran hanya tahu cerita dari mulut ke mulut soal panasnya rivalitas klub yang dibelanya dengan Tim Pangeran Biru. Kini para pesepak bola muda tersebut merasakan langsung bara panas yang mengiringi big match Persib Vs Persija.
Banyak dari para pemain Persija mengaku baru pertama menaiki Barracuda hanya untuk bertanding sepak bola. Andik Rendika Rama, mengatakan bahwa menaiki rantis merupakan pengalaman yang seru.
“Saya baru pertama naik rantis. Seru sih tapi cukup tegang juga awal-awal. Takut saat di perjalanan kami dihadang. Setelah menjalaninya ternyata nyaman-nyaman saja,” ujar pemain kelahiran Gresik, 16 Maret 1993 yang berposisi sebagai bek.
Rasa nyaman seperti yang diceritakan Rama mungkin tak terjadi jika Persija tak memilih naik rantis. Rute perjalanan Persija amat rawan. Para pemain dan ofisial bisa menjadi sasaran empuk para oknum penonton nakal yang ingin berniat buruk menghadang bus yang ditumpangi awak tim Persija.
Pengamanan perjalanan Persija juga ketat. Itu terlihat dari banyaknya personil keamanan yang turut mengamankan empat rantis pesanan tim tamu. Butuh 100 personil keamanan dari pihak Kepolisan seluruh Kota Bandung, agar perjalanan Persija tak terganggu.
Pihak panpel Maung Bandung dan pihak keamanan menilai tugas mereka mengawal tim tamu lebih ringan. Letak Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, lebih cukup mudah dijangkau karena terhubung dengan tol Buah Batu. Kesempatan tim tamu diganggu bobotoh terhitung kecil. Beda halnya jika pertandingan dihelat di Stadion Si Jalak Harupat, Kab. Bandung.
Hanya satu jalan menuju ke stadion. Jalan yang lebarnya relatif sempit juga dilalui rombongan klub tuan rumah. Bisa dibayangkan jika tiba-tiba terjadi kerusuhan.
Karena jadi pengalaman pertama, banyak pemain Persija Jakarta melakukan selfie serta wefie. Beberapa di antara mereka juga merekam video lewat ponsel, mengabadikan momen mereka naik kendaraan mirip tank perang berlapis baja.
"Tegang tapi seru," ujar William Pacheco, bek asal Brasil yang mengaku belum pernah mengalami kejadian model ini di negaranya diiringi senyum.
Sutanto Tan yang juga baru pertama kali menaiki rantis mengaku menikmati perjalanan dengan menumpang Barracuda. Dia dan teman satu rantisnya punya siasat untuk meredakan ketegangan.
“Seru banget perjalanannya. Karena pertama kali. Awalnya sih sempet tegang juga, tapi saat mau berangkat dan di dalam perjalanan, saya dan pemain lainnya melakukan selfie serta wefie di rantis. Raut muka tegang dan tegang pelan-pelan hilang berganti dengan canda tawa,” cerita Sutanto Tan, yang bermain sebagai penyerang.
Hal senada juga ceritakan oleh gelandang serang Ambrizal Umanailo. Bintang muda Persija yang tengah naik daun itu tampak tegang awalnya. Ia yang biasanya doyan bercanda tak banyak bicara ketika berjalan masuk ke rantis.
Namun, ketegangan perlahan hilang setelah sejumlah pemain lain mengajaknya bercanda dan foto bareng. Otot muka Ambrizal pun melemas. “Iya nih, baru pertama kali. Seru. Tapi moga-moga tidak ada kejadian apa-apa,” ujar Ambrizal singkat.
Advertisement
Pemain Senior Justru Bercanda
Jika wajah para pemain junior sempat pucat, para senior terkesan tenang-tenang saja. Mereka sudah terbiasa menjalani "tur maut" ke Bandung. Bambang Pamungkas dan Ramdani Lestaluhu tak terlihat tegang saat berjalan menuju rantis. Bahkan Ramdani sempat berfoto ria dengan Gunawan Dwi Cahyo di depan rantis dengan ekspresi wajah ceria.
Begitu pula dengan kiper Andritany Ardhyasa yang malah sibuk meladeni permintaan foto dari pengemarnya di Bandung. Bek senior Maman Abdurrahman tak lupa ikut bercanda dengan memakai baret dan senjata lengkap khas Brimob. Eks pemain Persib Bandung itu sibuk berselfie ria dan bercanda dengan Bambang Pamungkas di dalam rantis.
Persija yang berangkat dari penginapan pukul 16.00 WIB ternyata harus berhadapan dengan macetnya jalan tol Buah Batu. Tapi pihak kemananan juga segera cepat bertindak membuka jalan kepada rombongan Persija.
Dalam kemacetan itulah, lagi-lagi para pemain berfoto bersama dan kembali bercanda. Hampir semua pemain menikmati kemacetan dengan bercanda, termasuk dua pemain asing, Willian Pacheco (Brasil) dan Hong Soon-hak (Korea Selatan).
Ternyata suasana santai tersebut berimbas kepada permainan Persija di lapangan. Macan Kemayoran yang sebelumnya diprediksi tak akan mampu membendung laju Maung Bandung di kandang sendiri, tampil bagus. Mereka yang cenderung bermain bertahan sulit ditembus pasukan Persib.
Oleh-oleh satu poin sudah cukup bagi skuat muda Persija, yang terlihat bermain dengan tanpa beban, meski teror pendukung Persib begitu deras dari tribun. Mereka bahkan cuek saja mendengar teriakan makian yang marak selama 90 menit pertandingan.
“Motivasi kami malah tinggi saat bertanding di bawah tekanan pendukung Persib. Benar-benar pengalaman yang mendebarkan sekaligus menyenangkan,” tutur Andik Rendika Rama.
Bisa jadi pengalaman perdana naik Barracuda menjadi bekal bagi para pemain muda Persija di musim mendatang. Jika pada musim ini sukses meredakan ketegangan serta berhasil oleh-oleh hasil seri 0-0. Mungkin saja musim depan, karena merasa sudah kebal dengan situasi ini, skuat Persija bisa meraih hasil lebih baik lagi.
Tapi memang, semestinya perdamaian antara dua kelompok suporter bisa diwujudkan hingga level akar rumput. Dampaknya penggawa Macan Kemayoran atau sebaliknya Maung Bandung bisa nyaman bertanding, tanpa khawatir keselamatannya terancam. Persaingan keras pada akhirnya hanya terjadi di lapangan hijau saja. Indah bukan?