Bola.com, Serui - Hanafi termasuk salah satu pelatih yang telah berusia lanjut di sepak bola Indonesia. Di TSC, dia jadi pelatih yang berusia di atas 60 tahun, bersama dengan Sutan Harharah dan Robert Albert. Banyak klub yang telah ditanganinya. Namun, karena alasan idealisme yang dianutnya, Hanafi seolah terpinggirkan.
Kendati begitu, Hanafi tak pernah surut dengan semangatnya mengkritik sepak bola Indonesia. Termasuk liga profesional di Tanah Air yang telah berjalan bertahun-tahun sejak era Galatama pada tahun 1980-an. Berikut petikan wawancara Bola.com dengan Hanafi yang kini mengarsiteki Perseru Serui.
Apa kabarnya coach. Bisa diceritakan bagaimana proses menjadi pelatih Perseru?
Alhamdulillah, saya sehat dan baik-baik saja. Sejak awal, sebenarnya saya sudah di tim ini. Namun status saya bukan pelatih. Lisensi saya dipinjam pelatih sebelumnya, Agus Sutiono, untuk melengkapi syarat Perseru ikut TSC.
Karena saya dan Agus berteman baik, saya izinkan lisensi dipinjam. Setelah Agus Sutiono mundur, saya dipercaya manajemen menangani langsung tim ini. Setelah Lebaran saya dikontrak, tepatnya sepekan sebelum Perseru menjamu PS TNI di Serui.
Advertisement
Baca Juga
Apa yang Anda lakukan dengan adaptasi yang sangat singkat itu?
Tidak banyak yang saya lakukan, karena kompetisi sudah jalan. Saya juga tak bisa membenahi fisik pemain. Saya hanya fokus mengubah cara bermain tim ini. Terutama pendekatan dari hati ke hati. Bagaimana anak-anak merasa nyaman bermain bola.
Tapi hasilnya cukup menggembirakan. Partai pertama bisa mengalahkan PS TNI. Soal lawan Arema yang kalah telak, saya anggap wajar. Arema tim kuat dengan materi pemain bagus.
Soal hasil Perseru sejauh ini ada tanggapan?
Seharusnya itu tak perlu terjadi kekalahan melawan Sriwijaya FC karena secara permainan kami bisa menandingi. Anak-anak bermain lebih bagus dibanding di Malang. Pertandingan berikutnya kami beruntung karena Pusamania Borneo FC memilih WO.
Penilaian Anda soal pemain asal Papua?
Mereka punya talenta alami sangat bagus. Fisik mereka juga kuat. Saya sebut mereka pemain-pemain ndeso (desa). Tapi mereka tak kalah dibanding pemain di klub-klub TSC lainnya.
Dengan talenta seperti itu menapa Perseru masih di klasemen bawah?
Saya baru tiga pekan pegang tim ini. Saya tak mau menyebut tim ini salah karena itu tugas pelatih sebelumnya. Tapi saya yakin Perseru bisa menembus papan tengah di klasemen akhir TSC nanti.
Sejauh ini anak-anak mulai merasa gembira main bola. Sebenarnya mereka juga cerdas di permainan. Itu saya lihat ketika saya mengubah skema permainan di tengah pertandingan saat lawan Sriwijaya FC kemarin. Mereka bisa menerapkan perubahan dari 4-4-3 ke 4-1-4-1 dengan sempurna. Artinya, tim ini punya modal untuk berkembang.
Ada perombakan tim di putaran kedua nanti?
Jelas ada. Saya butuh satu striker dan pemain belakang. Terserah manajemen, apakah mau asing atau lokal. Saya juga minta kepada manajemen memasukkan sepuluh pemain U-21 ke tim senior. Saya lihat banyak talenta yang seharusnya bisa dikembangkan dari tim muda Perseru. Perseru harus berani memulai regenerasi agar tak ketinggalan dengan klub-klub lainnya.