Sukses


Al Nasr Yakin Paspor Indonesia Wanderley Santos Asli

Bola.com, Dubai - Keputusan Komite Disiplin AFC yang memberikan sanksi skorsing pada Wanderley Santos selama 60 hari dari pentas sepak bola Asia mendapat respons dari klub sang pemain, Al Nasr.

Seperti dilansir dari Gulf News, Sabtu (3/9/2016), Al Nasr menegaskan mereka pada posisi mempercayai Santos, yang diduga menggunakan paspor Indonesia palsu untuk bermain di liga Uni Emirat Arab.

Wanderley Santos, pemain kelahiran Campinas, Brasil, didaftarkan Al Nasr di pentas Liga Champions Asia (LCA) 2016 sebagai pemain asal Benua Asia, sesuai paspor yang dipegang Santos dan diakui Al Nasr.

Namun, paspor itu sudah ditegaskan Ditjen Imigrasi Republik Indonesia berstatus palsu, seperti yang disampaikan dalam sesi jumpa pers di Jakarta, Rabu (30/8/2016). Hal itu yang jadi pertimbangan AFC menskorsing sang pemain hingga penyelidikan internal AFC tuntas dilakukan dan keputusan akhir dijatuhkan.

Tidak tinggal diam pemainnya diskorsing, Al Nasr melalui tim kuasa hukum mereka sudah menyiapkan dokumen administrasi Santos, yang diyakini asli. Bahkan mereka yakin mampu mengangkat skorsing yang menimpa pemain andalannya itu dengan dokumen yang disiapkan itu.

"Kuasa hukum kami sudah menerima dokumen yang diperlukan dan akan kami kirim ke AFC sebagai respons klub," kata Humaid Al Tayer, jajaran direksi di manajemen Al Nasr.

"Kami ada di belakangnya karena kami mendatangkan dia dan mengontraknya setelah meneliti seluruh dokumen yang dibutuhkan. Kami juga mengharapkan fans hanya mendengar pernyataan resmi klub agar tidak semakin bingung perihal status sang pemain," imbuh Al Tayer.

Pernyataan itu menyiratkan bila klub yang bermarkas di Al-Maktoum Stadium, Dubai, itu meyakini paspor Indonesia yang diduga dipegang Santos adalah asli.

AFC memberi waktu Al Nasr 10 hari untuk mengirimkan respons mereka terkait skorsing yang dijatuhkan kepada pemainnya itu. Keputusan skorsing Komite Disiplin AFC ini disampaikan ke publik lewat situs resmi AFC pada Jumat (1/9/2016) malam WIB.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

Pelatih Al Nasr terkejut

Di sisi lain, pelatih Al Nasr, Ivan Jovanovic, mengaku terkejut dengan apa yang menimpa striker andalannya itu. "Hal ini mengejutkan kami semua dan saya tak tahu bagaimana dampak ketidakhadirannya di lapangan akan memengaruhi kami," ujarnya.

"Tim kuasa hukum akan menangani semuanya dan dari sisi tim, kami akan terus fokus berlatih dan bekerja keras menyongsong pertandingan selanjutnya," kata pelatih 54 tahun itu.

Buat arsitek asal Serbia itu, absennya Wanderley Santos jadi pukulan karena pemain 27 tahun itu merupakan salah satu pemain kunci di timnya. Kehilangan sudah pasti dirasakan, terlebih saat ini Al Nasr sedang menggapai ambisi lolos ke final LCA menyusul hasil apik yang ditorehkan di perempat final.

Paspor Indonesia palsu yang dimiliki striker Al Nasr, Wanderley Santos, membuat pengawasan terhadap pemain dan pelatih asing di Indonesia makin ketat. (AFP/Karim Jaafar)

Pada perempatfinal leg pertama LCA pada (24/8/2016), Santos jadi aktor kesuksesan Al Nasr dengan dua golnya ke gawang klub Qatar, El Jaish. Klub berjulukan The Blues ini menang 3-0 dan hasil itu memperingan langkah ke semifinal karena pada leg kedua perempatfinal, 14 September 2016, giliran Al Nasr menjamu El Jaish di Al-Maktoum Stadium, Dubai.

Nama Wanderley Santos jadi pembicaraan di Tanah Air hangat hingga Ditjen Imigrasi RI turun tangan meneliti keabsahan paspor Indonesia yang diduga dimiliki pemain yang biasa beroperasi sebagai striker dan second striker itu.

Ada dugaan, penggunaan paspor Indonesia yang dilakukan Santos untuk mengakali kuota pemain asing asal Benua Asia yang diterapkan di kompetisi profesional negara-negara anggota AFC, termasuk di kompetisi Liga UAE Arabian Gulf yang diikuti Al Nasr.

AFC dalam hal ini juga menegaskan terus memantau penerapan kebijakan 3+1 (tiga pemain non-Asia dan satu pemain Asia), yang dalam penerapannya diadopsi secara berbeda sesuai kebijakan masing-masing negara anggota, agar tidak diselewengkan.

 

 

Video Populer

Foto Populer