Sukses


Kecintaan Alfred Riedl dengan Skema Usang 4-4-2 ala Inggris

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia bermain dengak skema 4-4-2 kala menghantam Malaysia 3-0 dalam laga uji coba menjelang Piala AFF 2016 di Stadion Mahanan, Solo, Selasa (6/9/2016). Penerapan style bermain tersebut menegaskan fanatisme Alfred Riedl pada patron permainan yang dipopulerkan Inggris.

Pilihan pelatih asal Austria tersebut menerapkan pola konservatif tersebut dipandang tidak mengherankan. Alfred yang lahir 2 November 1949 dipandang generasi pelatih old fashion, yang cenderung kaku dalam pemilihan taktik permainan.

"Ia sangat fasih menguasai teori taktik 4-4-2, karena ia besar sebagai pelatih saat era taktik tersebut populer. Sebenarnya tidak ada ada yang salah dengan hal tersebut, karena pelatih satu ini punya kelebihan bukan dari variasi taktik yang dimiliki, tapi melainkan cara pendekatan serta melihat potensi pemain," tutur Ganesha Putra, analis taktik dari KickOff! Indonesia.

Toh walau terbilang usang skema yang satu ini masih dipakai sejumlah tim di persaingan sepak bola dunia. Ambil contoh Islandia saat perhelatan Piala Eropa 2016 lalu.

Dengan bekal pemain-pemain kelas semenjana, tak ada satu pun bermain di klub elite Eropa, tim asuhan Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson menembus fase perempat final.

Saat babak 16 besar tim berjulukan Strakarnir Okkar (Our Boys) menendang Inggris, negara yang mempopulerkan patron 4-4-2, keluar dari perhelatan turnamen.

"Poin terpenting dalam sepak bola adalah bukan pada pola apa yang dipakai, tapi bagaimana para pemain menjalankan dengan baik skema bermain di lapangan," tutur Ganesha.

"Sepak bola itu harus dinamis, dalam suatu pertandingan formasi bisa berubah-ubah dalam hitungan menit melihat perkembangan permainan lawan," ungkap Jacksen Tiago, caretaker Timnas Indonesia pada tahun 2013 yang memiliki variasi taktik amat variatif.

Pelatih Indonesia, Alfred Riedl, memantau latihan anak asuhnya jelang laga persahabatan melawan Malaysia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Evolusi taktik sepak bola di era modern bergerak cepat. Dalam beberapa tahun terakhir publik sepak bola dunia disuguhi perang taktik 4-3-3, 4-2-3-1, 3-5-2 atau 4-5-1 yang digeber para pelatih top.

Pep Guardiola, di Barcelona, Bayern Muenchen, Manchester City dikagumi dengan filosofi sepak bola menyerang 4-3-3. Demikian pula dengan Jose Mourinho dengan formasi pragmatis 4-2-3-1 saat ia menukangi Chelsea, Real Madrid, serta Manchester United.

Sementara itu, Diego Simeone di Atletico Madrid yang dominan memainkan strategi 4-5-1. Antonio Conte ciamik dengan skema tradisional 3-5-2 di Juventus dan sekarang Chelsea.

Conte contoh pelatih era kekinian yang bisa eksis dengan skema tradisional 3-5-2. Intinya kekuatan sebuah tim tidak hanya berdasarkan pada skema bermain yang dipilih, tapi bagaimana seorang pelatih mampu memaksimalkan aspek-aspek lainnya yang mendukung seorang pemain mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Alfred Riedl saat berbincang-bincang dengan Bola.com dalam suatu kesempatan menyebut dirinya sejatinya tidak fanatis pada formasi tertentu. Ia mengaku selalu mengikuti perkembangan taktik sepak bola internasional.

"Setiap hari jika sedang tidak sibuk melatih saya selalu intens menyaksikan siaran langsung pertandingan sepak bola lewat layar televisi. Hal itu bagian saya mengupgrade diri sebagai seorang pelatih" ungkap Alfred.

Menurut pelatih yang saat jadi pemain sempat empat kali membela timnas Austria itu (periode 1975–1978) sebelum memutuskan seperti apa skema yang akan dimainkan ia terlebih dahulu melihat kelebihan dan kekurangan pemainnya.

"Saya tahu pola permainan 4-2-3-1 serta 4-3-3 banyak dipakai di persaingan elite internasional, tapi apakah hal itu cocok diterapkan di Indonesia? Bisa iya, bisa tidak semua bergantung ketersediaan pemain," ucap Alfred.

Skema apa yang dipakai sang mentor di Timnas Indonesia?

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Piala AFF 2010: 4-4-2

Saat pertama kali pertama mengarsiteki Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2010, Alfred Riedl mengusung formasi 4-4-2 sebagai andalan.

Saat Piala AFF 2010, Alfred mengungkapkan, alasan utama memilih skema 4-4-2 karena ia memiliki ketersediaan gelandang-gelandang yang kuat bermain menyerang serta bertahan.

Di sepanjang turnamen ia mengandalkan duet Firman Utina dan Ahmad Bustomi di jantung lini tengah.

Keduanya ditopang dua gelandang serang dengan mobiliras tinggi, Oktovianus Maniani dan M. Ridwan. Lini tengah Tim Garuda sejatinya tidak benar-benar mengandalkan empat pemain saja.

Dua full back (M. Nasuha dan Zulkifli Syukur) jadi pelapis dua gelandang sayap yang sering melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan.

Di lain sisi, Alfred menempatkan satu pemain depan di posisi yang fleksibel, yang berposisi sebagai penyerang lubang.

Saat timnas ditekan lawan ia akan bermain sedikit mundur. Peran ini dijalankan pemain blasteran Indonesia-Belanda, Irfan Bachdim, yang sejatinya bermain di posisi gelandang serang serta sayap.

Kapten Timnas Indonesia Firman Utina merayakan golnya ke gawang Laos pada partai Piala AFF di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 4 Desember 2010 (AFP /Adek Berry)

Irfan tak kesulitan menjalankan peran baru karena ia didikan akademi klub Belanda, Utrecht FC, yang menuntut seorang bisa bermain lebih dari satu posisi. Tugas sebagai ujung tombak murni dijalankan oleh Cristian Gonzales dengan ciamik. Hal itu terlihat dari produktivitasnya sepanjang pelaksanaan turnamen.

Strategi Alfred terhitung jitu. Timnas Indonesia tampil menyakinkan sepanjang perhelatan Piala AFF. Indonesia melangkah ke semifinal dengan status juara Grup A dengan mengantungi tiga kemenangan (5-1 Vs Malaysia, 6-1 Vs Laos, 2-1 Vs Thailand).

Pada fase empat besar tanpa kesulitan berarti Ahmad Bustomi dkk. mengandaskan Filipina dengan agregat 2-0. Sayang, saat di final Indonesia secara mengejutkan digasak Malaysia.

Tim Negeri Jiran menang telak 3-0 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, dan kemudian hanya kalah tipis 1-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Kekalahan yang amat memilukan mengingat di penyisihan Tim Merah-Putih sempat menang telak atas kubu lawan.

Walau gagal jadi jawara penampilan Tim Merah-Putih digandrungi publik sepak bola Tanah Air. Timnas Indonesia bisa dianggap juara tanpa gelar, tampil dominan dan trengginas di pentas turnamen namun tak diakhiri dengan piala juara.

Patut dicatat juga saat itu para pesaing macam Malaysia, Thailand, Filipina, serta Vietnam bermain dengan style yang sama 4-4-2. Saat itu Alfred bisa dikatakan melakukan sebuah terobosan, karena mayoritas pemain Indonesia terbiasa memainkan formasi 3-5-2 di klubnya masing-masing.

3 dari 4 halaman

Piala AFF 2014: 4-2-3-1

Alfred Riedl menggeber strategi berbeda empat tahun berselang. Timnas Indonesia bermain dengan fondasi utama 4-3-2-1 pada Piala AFF 2014.

Formasi ini dipopulerkan ditenarkan oleh pelatih asal Portugal, Jose Mourinho, dan mulai banyak ditiru oleh pelatih-pelatih klub Indonesia.

Skema permainan yang satu ini menciptakan kerapatan di lini tengah. Tim-tim lawan disodori pertahanan berlapis dua gelandang plus dua stoper.

Strategi ini mulus dimainkan karena kebetulan Tim Merah-Putih saat itu memiliki gelandang-gelandang tengah yang mobil melakukan aksi box to box atau cutting edge.

Posisi dua gelandang dihuni Raphael Maitimo serta Achmad Jupriyanto yang tengah naik daun di Indonesia Super League 2014 bersama klubnya Mitra Kukar serta Persib Bandung.

Untuk sisi ofensif Tim Garuda mengandalkan penyerang-penyerang sayap tajam macam Zulham Zamrun, Muhammad Ridwan, dan Boaz Solossa. Ketiganya amat cepat dan bisa diandalkan sebagai finisher membantu kerja target man, yang dalam hal ini diperankan oleh Sergio van Dijk.

Kapten Timnas Indonesia, Boaz Solossa merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Malaysia dalam laga uji coba di Stadion Manahan, Solo, Selasa (6/9/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Skuat Timnas Indonesia Piala AFF 2014 sejatinya tidak jauh berbeda dibanding dua edisi turnamen sebelumnya. Masih banyak pemain veteran Piala AFF 2010 yang diboyong ke Vietnam. Firman Utina, Zulkifli Syukur, Cristian Gonzales, Kurnia Meiga, Supardi Nasir, berkolaborasi dengan pemain-pemain muda yang naik kelas dari Timnas U-23 dan U-19 seperti Ramdani Lestaluhu dan Evan Dimas.

Materi pemain Indonesia kian terasa mentereng dengan masuknya duo naturalisasi baru, Raphael Maitimo dan Victor Igbonefo.

Hanya potensi-potensi terbaik saat itu tidak bisa dimaksimalkan saat berlaga di lapangan. Indonesia gagal menembus semifinal setelah tertatih-tatih di penyisihan Grup A yang digelar di Vietnam.

Pada laga pembuka penyisihan Sergio van Dijk cs. bermain imbang 2-2 melawan Vietnam. Selanjutnya secara menyakitkan digasak 0-4 melawan Filipina yang bertabur pemain bule asal Eropa. Kemenangan 5-1 atas Laos tak menolong.

Harus diakuinya pendeknya masa persiapan jadi penyebab utama Timnas Indonesia tampil melempem. Alfred hanya punya waktu selama empat hari saja mengumpulkan tim sebelum memulai fase penyisihan Grup A.

Pelatnas Piala AFF 2014 sendiri sejatinya mulai digeber sejak bulan Februari. Karena ISL 2014 juga berjalan maka waktu pelaksanaan pelatnas menyesuaikan jadwal kosong kompetisi kasta elite.

Setiap dua bulan sekali Alfred mengumpulkan pemain untuk menjalani latihan dan uji coba. Saat awal pelatnas, Tim Garuda bahkan sempat melakoni tur ke Spanyol.

Namun, jadwal kompetisi yang molor karena agenda Pemilu wakil rakyat dan Presiden RI membuat stamina pemain habis terkuras di klub. ISL sendiri baru kelar pada awal bulan November. Bermodal stamina ampas, Timnas Indonesia tampil di bawah ekspetasi.

Terlepas dari kegagalan, tetap ada sisi baik yang bisa diambil. Pemain muda usia seperti Evan Dimas dan Ramdani Lestaluhu tampil apik lewat gol dan assist di Piala AFF 2014. Keduanya hanya direncanakan sebagai back-up para seniornya.

4 dari 4 halaman

Piala AFF 2016: 4-4-2 dan 4-4-1-1?

Skema bermain Timnas Indonesia di Piala AFF 2016  sedikit terbaca pada laga uji coba melawan Malaysia di Stadion Mahanan, Solo, Selasa (6/9/2016). Dengan mengedepankan pemain-pemain muda, Tim Merah-Putih menggasak Tim Negeri Jiran dengan skema 4-4-2.

Pola permainan yang terkesan kuno ini bisa diaplikasikan dengan apik oleh pemain-pemain yang rata-rata minim jam terbang internasional di level senior. 

Fenomena menarik terjadi di lini tengah, alih-alih menempatkan gelandang-gelandang pengalaman di jantung permainan Timnas Indonesia, Alfred justru memilih duo gelandang muda Evan Dimas dan Bayu Pradana.

Evan, yang dibesarkan oleh Timnas Indonesia U-19, jadi sosok jenderal lapangan tengah. Ia pemain yang diposisikan mengatur tempo permainan serta penyodor umpan-umpan terukur ke lini depan.

Di sisi lain, pemilihan Bayu Pradana sebagai gelandang bertahan menjadi sebuah kejutan. Pemain asal Mitra Kukar tersebut sebelumnya tidak pernah dilirik untuk membela Tim Merah-Putih.

Evan Dimas, mendengarkan arahan dari pelatih Indonesia, Alfred Riedl, saat mengikuti seleksi timnas Indonesia di Stadion Pekansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/8/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Nyatanya walau minim jam terbang internasional, peran tersebut mampu dijalankan dengan baik oleh Bayu. Peran Bayu sendiri setipe dengan Ahmad Bustomi di Piala AFF 2010. Ia yang bertugas menjaga keseimbangan lini tengah saat Evan naik membantu serangan.

Tipe gelandang sayap yang dipilih Alfred Riedl sedikit berbeda gaya bermainnya dengan Piala AFF 2010. Kalau empat tahun silam M. Ridwan dan Oktovianus Maniani lebih intens menyodorkan umpan lambung melayani duet Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim.

Sekarang, Andik Vermansah dan Zulham Zamrun lebih difungsikan melakukan tusukan ke area kotak penalti lawan. Mereka diharapkan juga mendongkrak produktivitas gol Timnas Indonesia.

Duet lini depan Tim Merah-Putih juga beda karakter. Jika dulu Cristian Gonzales bermain sebagai striker tembok dan kuat dalam mencari posisi kosong. Sekarang Boaz Solossa bermain lebih liar. Dengan modal kecepatan ia memuluskan strategi serangan balik.

Satu dari dua gol yang dicetak Boaz ke gawang Malaysia terjadi lewat skenario serangan balik. Sementara itu, Irfan Bachdim diplot sebagai finisher dan penyambung arus serangan dari tengah ke depan. Sepintas Timnas Indonesia bermain dengan skema 4-4-1-1.

Apakah skema ini bakal dipatenkan oleh Alfred Riedl belum dapat diketahui. Sang mentor menyebut para pemain yang tampil saat beruji coba melawan Malaysia bisa berubah dalam uji coba lanjutan. Alfred masih ingin mencoba sejumlah pemain lain.

 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer