Bola.com, Jakarta - Keterlibatan tiga figur TNI dalam bursa pencalonan Ketua Umum PSSI periode 2016-2010 mengundang perhatian Menkopolhukam Wiranto. Ia berharap jika nantinya ada yang salah satu terpilih maka ia harus konsekuen fokus mengurusi sepak bola nasional.
Wiranto, yang pernah jadi Ketua Umum Kehormatan PSSI, berujar kalau PSSI organisasi olahraga besar yang perlu diurus orang yang fokus dan memiliki passion besar terhadap sepak bola. Apalagi, Presiden RI, Joko Widodo, amat berharap dunia sepak bola Tanah Air yang tengah terpuruk kembali bangkit dan berprestasi. Reformasi kepengurusan PSSI yang dimotori Menpora, Imam Nahrawi, bertujuan menata ulang PSSI.
Advertisement
Baca Juga
"PSSI itu adalah organisasi yang lebih tua dari negara ini. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang tidak nyambi. Artinya, orang yang bisa fokus untuk mengurusnya,” kata Wiranto dalam acara dialog dan makan malam dengan beberapa praktisi sepak bola Indonesia, pemegang hak suara serta anggota PSSI, dan calon Ketua Umum PSSI, Moeldoko, di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (12/10/2016) malam.
Saat ini ada delapan calon Ketua Umum PSSI yang akan bertarung merebut hati para pemegang hak suara di federasi dalam Kongres Pemilihan PSSI pada Senin (17/10/2016) di Jakarta. Mereka antara lain: Benhard Limbong, Djohar Arifin Husin, Eddy Rumpoko, Tonny Apriliani, Edy Rahmayadi, Moeldoko, Erwin Aksa, Kurniawan Dwi Yulianto, Sarman.
Benhard Limbong, Edy Rahmayadi, dan Moeldoko notabene figur calon yang berkarier di dunia kemiliteran.
Bernhard Limbong adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang berpangkat Brigjen dan kini masih aktif menjabat Ketua Umum Induk Koperasi Angkatan Darat. Ia pernah aktif di kepengurusan PSSI era Djohar Arifin Husin sebagai Ketua Badan Tim Nasional.
Di sisi lain, Edy Rahmayadi yang berpangkat sebagai Letnan Jenderal TNI kini menjabat sebagai Pangkostrad. Ia dijagokan para pemegang hak suara yang tergabung dalam Kelompok 85 (K-85) untuk jadi Ketua Umum PSSI baru menggantikan La Nyalla Mattalitti. Edy saat ini mengurusi klub PS TNI.
Sementara itu, Moeldoko kini berstatus Purnawirawan Jenderal TNI. Ia terakhir Panglima TNI sejak 30 Agustus 2013 hingga 8 Juli 2015. Ia satu-satunya figur militer di pencalonan Ketua Umum PSSI yang tak lagi terlibat aktif. Tapi jalan menuju PSSI 1 bagi Moeldoko tak semudah membalikkan telapak tangan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Edy Rahmayadi Tetap Ngotot Maju
Pasalnya, Edy Rahmayadi terlihat amat ngotot untuk maju sebagai calon Ketua Umum PSSI. Ia rajin melakukan road show ke berbagai daerah dengan didampingi pentolan K-85. Terakhir ia menyaksikan duel uji coba Timnas Indonesia melawan Vietnam di Stadion Maguwoharjo, Sleman, pada Minggu (9/10/2016).
"Ya, yang namanya dicalonkan tentu siap, harus siap. Mohon doanya saja," kata Edy Rahmayadi.
Dalam posisi ini Wiranto memilih bersikap netral. Ia tidak ingin dicap berkubu dengan salah satu jendral yang bertarung memperebutkan singgasana kekuasaan di PSSI. Wiranto juga memastikan bahwa Presiden Joko Widodo tak mendukung salah satu calon.
“Tidak mungkin beliau memihak. Presiden pasti netral dan pasti memberikan dukungan pada siapa pun. Begitulah sifat kenegarawanan seorang presiden,” tutur Wiranto.
Wiranto merasa perlu menegaskan sikapnya yang independen karena ia hadir dalam acara digagas pemegang hak suara yang mendukung Moeldoko. "Saya tidak ke mana-mana," ujarnya sambil tersenyum.
Hanya Wiranto meminta para voters menggunakan akal sehat dalam pemilihan nanti. Sebab, salah memilih ketum akan membuat PSSI dan sepak bola Indonesia sulit bangkit. "Artinya, mereka harus benar-benar bisa memilih orang yang teruji,” ujarnya.
Moeldoko sendiri tak ingin terjebak dalam rivalitas tidak sehat dengan Edy Rahmayadi atau Benhard Limbong. "Saya maju ke pencalonan karena punya keinginan kuat membenahi sepak bola Indonesia. Saya menghormati setiap calon yang ada," katanya.
Persaingan memperebutkan posisi Ketua Umum PSSI diprediksi bakal mulai panas di beberapa hari jelang pelaksanaan Kongres Pemilihan PSSI.
Kontroversi sempat mencuat saat Kemenpora bersitegang dengan PSSI dalam menetapkan lokasi penyelenggaraan kongres. Kemenpora menginginkan agar pemilihan dilaksanakan di Yogyakarta, sebagai simbol mengawali perubahan di PSSI di kota tempat lahirnya organisasi tertinggi sepak bola nasional.
Di sisi lain PSSI ingin menghelat kongres di Makassar. Para pemegang hak suara yang berpayung di K-85 sempat melontarkan ancaman boikot jika PSSI memaksakan kehendak. Mayoritas voter ingin kongres bisa berjalan mulus dengan mengikuti saran pemerintah.
Advertisement
Jakarta Dipilih sebagai Jalan Tengah
Untungnya ketegangan mereda pada Rabu (12/10/2016). PSSI yang diwakili Plt. Ketua Umum, Hinca Panjaitan, dan Sekjen Azwan Karim, serta Ketua Komite Pemilihan yang jadi pelaksana kongres, Agum Gumelar, bertemu dengan Menpora Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Jakarta.
Hasilnya, disepakati bila Kongres Pemilihan PSSI digelar di Jakarta. Bukan Yogyakarta seperti yang direkomendasikan Kemenpora atau Makassar seperti keputusan Komite Eksekutif (Exco) PSSI.
Seusai pertemuan, dalam sesi konferensi pers, Kemenpora yang diwakili Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Gatot S. Dewabroto, didampingi Azwan Karim, mengungkapkan bila keputusan kongres digelar di Jakarta diambil dengan sejumlah pertimbangan.
"Semula Kemenpora masih ingin bertahan sesuai rekomendasi kongres di Yogyakarta. Tetapi, melalui pertimbangan dan kepentingan yang lebih besar, disepakati kongres tetap berlangsung pada 17 Oktober 2016, tetapi di Jakarta," kata Gatot.
Gatot juga menjelaskan bila pertemuan berjalan baik. Menpora menjelaskan alasan yang mendasari keluarnya rekomendasi kongres diselenggarakan di Yogya. Begitu pula sebaliknya dari pihak PSSI. "Akhirnya bisa saling memahami dan diambil keputusan bersama," lanjut Gatot.
Dengan sisa waktu lima hari jelang pelaksanaan, fokus PSSI diarahkan mempersiapkan gawean akbar organisasi di ibu kota.
"Kami akan berkoordinasi dengan AFC dan FIFA soal perubahan lokasi kongres. Namun sebelumnya, PSSI akan membawa hasil ini ke pertemuan Komite Eksekutif PSSI, pada Rabu ini, sehingga keputusan final pergantian tempat bisa segera dieksekusi," kata Azwan Karim, Sekjen PSSI.