Sukses


Respons Calon Ketua Umum soal Penundaan Kongres Pemilihan PSSI

Bola.com, Jakarta - Penundaan pelaksanaan Kongres Pemilihan PSSI dari 17 Oktober menjadi 10 November 2016, yang telah mendapat persetujuan FIFA, ditanggapi oleh berbeda oleh sejumlah calon Ketua Umum PSSI. Mereka berharap polemik antara PSSI dengan Kemenpora bisa disudahi, sehingga sepak bola Tanah Air tidak terus terjebak oleh konflik tak berkesudahan.

FIFA lewat suratnya yang ditujukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait Kongres Pemilihan Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 pada Jumat (14/10/2016) juga menetapkan Jakarta sebagai lokasi menghelat gawean akbar otoritas tertinggi sepak bola Indonesia. Sepekan terakhir, PSSI dan Kemenpora terlibat konflik sengit soal lokasi kongres.

PSSI ngotot kongres dihelat Makassar, sementara Kemenpora ingin ajang pemilihan nakhoda PSSI tersebut digelar di Yogyakarta. Pada Rabu (12/10/2016)) sempat terjadi kata sepakat antarakedua kubu, yang menyetujui Jakarta sebagai kota netral melaksanakan Kongres Pemilihan PSSI. Namun sehari berselang rapat Komite Eksekutif PSSI memutuskan kalau kongres diselenggarakan di Makassar.

Keputusan PSSI memicu konflik. Pemegang hak suara PSSI yang tergabung dalam Kelompok 85 mengancam akan boikot ikut kongres jika federasi menghelat kongres di Makassar. Surat FIFA jadi penengah.

“Kongres Pemilihan harus mendapat pengakuan dari FIFA. Buat apa kita ngotot dan bikin kongres sendiri kalau tidak diakui FIFA. Menurut saya surat terakhir FIFA harus disikapi positif, artinya mereka masih memberikan waktu ke PSSI mengatur perpindahan lokasi kongres yang nantinya akan melahirkan pemimpin yang mendapat legitimasi,” tutur Djohar Arifin Husin, salah satu kandidat Ketua Umum PSSI.

Djohar juga berharap kongres nantinya berlangsung demokratis. Ia merasa tidak nyaman dengan pernyataan sejumlah calon Ketua Umum PSSI yang mengklaim mereka mendapat dukungan dari Presiden RI, Joko Widodo.

"Kalau begitu sekalian saja, kirim utusan ke Istana Negara seperti Menpora RI, Panglima TNI, dan Agum Gumelar. Tanyak ke  Presiden soal calon yang kira-kira direstui dan bakal bersinergi dengan pemerintah. Dengan demikian, Kongres PSSI tinggal aklamasi saja nantinya. Semestinya kongres berjalan demokratis," tutur Djohar.

Calon Ketua Umum PSSI lain, Moeldoko juga merespons perkembangan terkini soal jadwal dan lokasi Kongres Pemilihan PSSI. Sang mantan Panglima TNI berharap semua pihak bisa menerima arahan yang sesuai dengan surat FIFA.

“Semua pasti bukan karena ada niat buruk dari siapa pun. Namun, semua semata-mata lantaran komunikasi yang belum terjalin dengan baik. Dengan komunikasi yang baik, maka silang pendapat dan saling curiga tak akan ada lagi,” katanya.

Moeldoko percaya bahwa PSSI bisa bekerja sama dengan Kemenpora untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. "Untuk kepentingan sinergi, saya membuka diri untuk bertemu dengan Menpora, Imam Nahrawi, sebagai langkah awal. Dengan komunikasi yang baik dan saat kita bertemu, maka segala sumbatan akan sirna," ujar Moeldoko.

“Terpenting, para pelakunya harus gembira dan bebas dari intimidasi. Sepak bola dan PSSI adalah cabang olahraga yang mampu membangkitkan rasa nasionalisme. Harus ada prestasi yang membanggakan. Prestasi itu hanya bisa dicapai melalui kebahagiaan bukan dalam tekanan. PSSI harus menjadi sahabat bukan justru sebaliknya,” timpalnya lagi.

Kandidat Ketua Umum PSSI yang kini berstatus sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI, Tony Apriliani, sudah menduga pelaksanaan kongres bakal ditunda. Dalam Statuta PSSI tidak dimungkinkan perpindahan lokasi kongres dalam hitungan hari saja

“Butuh 40 hari untuk merealisasikannya. Aturan main soal pengunduran itu sudah ada dalam Statuta PSSI dan FIFA,” ujarnya. 

Sekjen PSSI, Azwan Karim, menyebut PSSI akan mengikuti instruksi FIFA. Mereka langsung bergerak menyiapkan kongres dengan jadwal baru.

"Dari awal kami memang tidak mau menyalahi aturan. Kami ini orang di organisasi yang tahu aturan. Nah, kenapa kami kemarin bertahan di Makassar, karena memang SOP organisasi  sudah dijalankan dan keputusannya itu. Kalau misalnya dipindah, bisa saja, tidak ada masalah. Hanya, harus ada SOP yang dijalani lagi. Kami kan tidak bisa pindah  bergitu saja. Yang bisa memindahkan itu karena ada hal-hal penting dan mendesak, misalkan tidak mendapatkan izin," katanya.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 2 halaman

PSSI Minta Maaf di Makassar

Di sisi lain, Plt Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan, didampingi sejumlah Komite Eksekutif (Exco) PSSI menggelar pertemuan tertutup dengan Panpel Lokal Kongres PSSI di Novotel Makassar pada Sabtu (15/10/2016). Petinggi federasi juga mendatangi kediaman Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.

“Kami datang menghadap Gubernur Sulsel untuk meminta maaf atas batalnya Kota Makassar menjadi tuan rumah kongres tahun 2016,” kata Hinca.

Hinca menyebut kalau PSSI setuju pemindahan lokasi penyelenggaraan kongres bukan karena mereka diintimidasi oleh Kemenpora.

“Kami taat atas perintah FIFA, bukan Menpora, sebab mereka yang mengeluarkan keputusan kongres ditunda pada 10 November, dan dipindahkan ke Jakarta. “Kita semua senang, karena banyak dukungan untuk menyelenggarakan kongres di Kota Makassar, dan semua panitia sudah siap. Tapi ini sudah keputusan FIFA, dan kami akan memulai persiapan lagi,” ujar sang politisi Partai Demokrat tersebut.

Ketua Panitia Lokal Kongres PSSI, Yusuf Gunco mengakui telah mengalami kerugian yang begitu besar akibat keputusan pembatalan atau pemindahan lokasi kongres dari Makassar ke Jakarta.Ia menjelaskan jika persiapan yang dilakukan pihaknya terkait kongres di Kota Daeng telah mencapai 75 persen.

“Orang Makassar tidak pernah membahas soal kerugian namun itu merupakan sebuah pertaruhan harga diri. Jadi ketika ditanya berapa kerugian yang kita derita, maka hal itu sudah menyangkut soal harga diri,” katanya.

“Kami sebenarnya sangat siap menyukseskan agenda ini, tapi ini adalah sebuah keputusan. Sebenarnya kami sangat malu dengan ini, kami orang bugis Makassar tidak mau dengan hal begini, dan sangat menyayangkan. Makassar sudah sering melaksanakan hajatan besar, dan semua sangat sukses. Bahkan saya sangat heran kenapa harus takut di sini, Makassar aman-aman saja kok," ungkap Syahrul Yasin Limpo.

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer