Sukses


Mengungkap Rahasia Hubungan Tristan Alif dengan Leganes Spanyol

Bola.com, Jakarta - Publik sepak bola nasional sempat dibuat bangga mendengar kabar pesepak bola cilik Indonesia, Tristan Alif Naufal, bertolak ke Spanyol pada akhir September 2016. Ia disebut-sebut bakal bergabung dengan tim junior Leganes.

Media di Indonesia heboh dengan pemberitaan soal Tristan yang bakatnya diminati klub yang baru saja naik kasta utama La Liga pada musim ini. Namun, dunia terasa berbalik selepas berita yang dilansir media ternama Negeri Matador yang berbasis di Kota Madrid, AS.

AS menuliskan sebuah artikel berjudul, "Leganes terkenal bahkan di Indonesia... dan berkat seorang anak kecil."

Dalam pemberitaannya itu sang penulis, Javier Martin, seorang jurnalis yang memang begitu dekat dengan Leganes, menuliskan bahwa media di Indonesia menjual ketertarikan palsu Tristan Alif yang mengaitkan klub berjulukan Papineros itu dalam setiap berita utama.

Javier Martin dalam tulisannya mengakui Leganes langsung menjadi pemberitaan utama di Indonesia berkat kunjungan Tristan Alif ke Butarque. Jurnalis Spanyol itu pun menceritakan secara singkat bagaimana akademi Liverpool di Indonesia merekrut Tristan Alif sebelum akhirnya sang bocah menjajal Eropa dengan bergabung bersama tim junior Ajax dan Feyenoord.

Penafsiran bahwa pesepak bola muda kelahiran Jakarta, 12 Desember 2004 itu hanya berkunjung dan tidak bergabung bersama Leganes hingga berujung kepada cap kebohongan tak terelakkan. Orang tua Tristan Alif pun mengaku terpukul dengan hal ini.

 

Tristan Alif Naufal diperkenalkan pihak akademi klub La Liga, CD Leganes. (Bola.com/Dok. Pribadi/Tristan Alif)

Mereka mengaku tak bisa bicara banyak karena banyak hal sensitif berkaitan dengan hubungan putranya dengan Leganes.

"Kami belum bisa bicara apa-apa. Masalah ini terlalu rumit dan banyak yang harus diselesaikan. Yang membuat kami terkejut, pemberitaannya menjadi seperti ini. Namun, jika sudah tepat waktunya mungkin kami akan menjelaskannya," curhat ayah Tristan Alif, Ivan Trianto, yang secara khusus mengundang Bola.com di kediamannya pada Sabtu (8/10/2016).

Jika membaca bagaimana pemberitaan di AS secara harafiah, memang terlihat Tristan Alif hanya berkunjung dan karena permintaan dari Kedutaan Besar  Indonesia di Spanyol. Padahal, anak berusia 11 tahun yang sangat suka dengan nomor punggung 28 itu mendapatkan jersey Leganes bernomor punggung 10 dari klub Spanyol itu sebagai pengakuan atas kehebatannya.

Namun, bagi seorang anak yang pernah diminta bergabung dengan akademi sepak bola di Ajax Amsterdam dan Feyenoord pada 2015, tentu agak sedikit janggal jika ia berkunjung ke Spanyol hanya untuk tamasya ke klub yang baru menapak ke kompetisi kasta elite Negeri Matador. 

Biaya untuk pergi ke Spanyol tidaklah kecil untuk ukuran penghasilan kedua orang tua Alif. Real Madrid atau Barcelona tentu bisa menjadi tujuan jika memang dikatakan bahwa Tristan Alif ke sana hanya untuk sebuah kunjungan biasa.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Hindari Hukuman FIFA?

Rumornya, Leganes lewat media Spanyol sengaja menggembar-gemborkan bahwa klub tersebut tidak menggaet Tristan. Pasalnya klub tersebut bisa terkena sanksi FIFA karena menggaet anak di bawah umur.

Ya, sanksi FIFA sangat mungkin jatuh jika Leganes benar-benar mengontrak Tristan Alif untuk bergabung dengan akademi mereka seperti yang ramai diperbincangkan. Jika memang kontrak untuk bocah berusia 11 tahun bisa diberikan, Ajax dan Feyenoord tentu sudah melakukannya jauh sebelum Leganes.

Sanksi apa yang dimaksud? Tentu saja sanksi atas pelanggaran artikel 19 regulasi status dan transfer pemain FIFA mengenai transfer internasional yang melibatkan pemain di bawah umur, di mana tak ada pemain di bawah 18 tahun yang bisa ditransfer secara internasional.

Kecuali kondisinya: pertama keluarga sang pemain harus pindah ke negara yang sama dengan klub barunya dan alasan kepindahannya tak berkaitan dengan sepak bola. Lalu yang kedua, pemain pindah dari salah satu negara Uni Eropa dan tidak lebih muda dari 16 tahun. Ketiga, pemain tinggal hanya kurang dari 100 kilometer dari klub barunya.

Aturan itu muncul sejak sepak bola menjadi masalah penjualan anak. Ada sejumlah akademi sepak bola muda yang tidak memiliki lisensi di Afrika Barat yang menjual pemain-pemain berusia sembilan tahun ke Eropa dan Arab, yang kemudian mencoba membawa anak-anak itu ke klub Eropa.

Demi mengatasi permasalahan tersebut, FIFA pun akhirnya mengeluarkan regulasi yang tertera dalam artikel 19.

Permasalahan Tristan Alif untuk bisa bergabung dengan klub Eropa adalah belum adanya alasan kuat bagi keluarganya untuk bisa pindah ke Eropa selain menemani sang anak menimba ilmu di sana.

Aturan bahwa orang tua harus pindah ke negara yang sama dengan klub baru itu dan tanpa berkaitan dengan masalah sepak bola adalah penghalang Tristan Alif bisa bergabung dengan klub-klub Eropa itu.

Kepergian Tristan Alif Naufal dan keluarganya ke Leganes adalah untuk melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan keluarga itu pindah ke Madrid. Klub Spanyol itu pun kabarnya siap membantu orang tua Tristan untuk menemukan pekerjaan di luar kaitan dengan sepak bola sang anak.

"Intinya kami dipandu agar tidak menyalahi aturan FIFA," ungkap Ivan Trianto.

Orang tua Tristan Alif pun memang harus kembali dulu ke Indonesia. Semua persyaratan untuk pindah dan menetap di Spanyol harus diurus dari Indonesia. Salah satunya adalah masuknya dokumen ke Kedutaan Besar Spanyol di Jakarta.

"Prosesnya masih amat panjang, dan kami tidak bisa sembarangan bicara karena tak ingin kehadiran anak saya justru merugikan Leganes," ungkap Ivan.

Salah satu calon Ketua Umum PSSI, Moeldoko, ikut berkomentar soal nasib Tristan Alif yang masih terkatung-katung. Ia berharap, adanya kerja sama dari segala pihak untuk mendukung langkah pemain yang sempat dijuluki 'Messi Cilik Dari Indonesia' itu berkiprah di Eropa.

"Memang banyak regulasi FIFA yang harus dipenuhi untuk perekrutan di bawah umur. Nanti kita carikan solusinya bersama-sama. Yang terpenting, semangat Tristan harus tetap dijaga. Jangan sampai padam," kata Moeldoko.

"Saya berharap pemerintah maupun pihak swasta mencarikan jalan keluar terhadap kasus-kasus seperti ini. Jangan sampai bakat pemain Indonesia terhambat karena proses administrasi yang sebetulnya bisa diatasi bersama," sambungnya.

Sang mantan Panglima TNI sempat mengundang Tristan ke kediamannya. Ia memberikan apresiasi kepada orangtuan  Tristan yang terus memperjuangkan mimpi sang anak. Moeldoko juga berharap Tristan bukan hanya meningkatkan kemampuan, tapi juga fisik.

3 dari 3 halaman

Gara-gara Tristan, Ajax Ditegur KNVB

Menurut Ivan, Ajax dan Feyenoord sempat mendapatkan pengawasan ketat FIFA saat mereka mendatangkan Tristan Alif Naufal ke Belanda. Mereka yang sejatinya berminat menggaet Tristan menyadari tidak bisa begitu saja menyodori kontrak kepada sang pemain belia.

“Anak saya sempat berlatih selama satu minggu di akademi Ajax, FIFA sudah mencium keberadaan Alif di akademi. FIFA melalui surat dari KNVB menanyakan soal Alif di akademi Ajax. Hal itu terpaksa membuat latihan Alif di akademi Ajax berhenti demi mencegah hal-hal yang tak diinginkan,” jelas Ivan.

Real Madrid, Atletico Madrid, dan Barcelona, adalah tiga klub besar Spanyol yang pernah dan tengah menjalani hukuman dari FIFA terkait transfer pemain di bawah 18 tahun. Mungkin masih segar dalam ingatan bagaimana Barcelona mendapatkan embargo transfer, di mana begitu hukuman berakhir mereka merekrut 77 pemain baru. Barcelona dihukum karena aktivitas transfer yang melibatkan pemain di bawah usia 18 tahun antara 2009 dan 2013.

Setelah Barcelona, Real Madrid dan Atletico Madrid pun dikabarkan juga melakukan pelanggaran yang sama dan kini tengah menjalani hukuman larangan transfer setelah banding mereka ditolak pada September 2016. Dua klub besar Madrid itu pun tak bisa melakukan perekrutan pemain dalam dua bursa transfer berikutnya.

Nasib ketiga klub besar Spanyol yang pernah dan tengah menjalani hukuman itu adalah acuan mengapa Leganes tak mengakui bahwa Tristan Alif ke sana adalah atas undangan mereka dan mengalihkannya menjadi permintaan Kedutaan Besar Indonesia di Spanyol. Klub besar saja tidak lolos dari hukuman FIFA, apalagi klub yang baru saja promosi ke La Liga pada musim ini.

"Kami tidak dalam posisi berbohong namun bisa memahami sikap Leganes, karena situasinya akan terasa sangat rumit jika mereka menyodori kontrak kepada anak saya. Nanti ya ketika semua sudah selesai saya akan coba untuk menjelaskan semuanya," ujar Ivan.

Satu hal yang pasti, orang tua Tristan Alif pun sangat yakin putranya suatu saat nanti bisa membuktikan bahwa semua hal dijalani demi bisa benar-benar menyalurkan bakat dan berlatih dengan arahan yang tepat di Eropa.

Ivan Trianto mengantongi bukti bahwa Tristan Alif Naufal datang ke Leganes atas undangan dari akademi klub Spanyol itu dan tidak ada kaitannya dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Spanyol. Namun, ia tidak berniat melakukan publikasi besar-besaran ke media untuk mengklarifikasi pemberitaan AS

"Kalau efeknya justru merugikan anak kami buat apa? Lebih baik sekarang fokus mengurus keperluan anak saya agar bisa berkarier di Eropa. Pada waktunya kebenaran akan terbuka dengan sendirinya," kata Ivan menutup perbincangan.

 

 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer