Bola.com, Jakarta - Bagi penggemar sepak bola nasional yang menginginkan nama-nama pemain top pelanggan Timnas Indonesia berlaga di Piala AFF 2016, lupakan saja. Alfred Riedl sudah mengambil keputusan final menyetor 40 nama pemain ke AFF. Pelatih asal Austria melakukan revolusi secara ekstrem dengan melakukan cuci gudang pemain Tim Garuda.
Tidak ada nama Firman Utina, Hamka Hamzah, Muhammad Ridwan, atau Achmad Jupriyanto, yang menjadi andalan Timnas Indonesia di beberapa edisi Piala AFF terakhir. Mereka masih aktif bermain dan menunjukkan grafik permainan bagus di pentas kompetisi kasta elite, tapi tetap diabaikan oleh Alfred Riedl.
Di sisi lain, sang mentor juga dengan berani menepikan deretan pemain naturalisasi, yang selama ini digadang-gadang bakal menaikkan level prestasi Tim Merah-Putih.
Praktis hanya seorang Stefano Lilipaly, yang masih mendapat tempat di skuat Timnas Indonesia terkini. Lainnya? Mereka dicuekin alias tidak dilirik sama sekali.
Advertisement
Baca Juga
Pupus sudah mimpi Sergio van Dijk, Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Bio Paulin Piere, dan Raphael Maitimo, pemain impor yang diberi paspor Indonesia oleh PSSI dengan tujuan untuk ikut membela Tim Garuda pada pengujung tahun ini.
Keputusan sang pelatih tidak mengherankan. Sejak awal menggeber pelatnas pada medio bulan Agustus 2016, ia penyengaran dengan melibatkan banyak pemain muka baru.
Abdul Rachman (bek sayap/Persiba Balikpapan), Dominggus Fakdawer (stoper/Persipura Jayapura), Bayu Pradana Andriatmoko (gelandang tengah/Mitra Kukar), Dedy Gusmawan (stoper/ Mitra Kukar), deretan pemain entah berantah yan tidak pernah punya rekam jejak membela Tim Merah-Putih.
Mereka berkolaborasi dengan deretan pemain belia yang mentereng bersama timnas level U-23 dan U-19, layaknya Evan Dimas, Rudolof Yanto Basna, Manahati Lestusen, atau Andik Vermansah.
Alfred tampak cuek saja kala ditanya kenapa mengabaikan pemain-pemain tinggi jam terbang dan berpengalaman mengarungi laga-laga sarat tekanan level internasional.
Jawaban diplomatis berulangkali disampaikan Wolfgang Pikal, asistennya: "Kami masih memantau pemain. Pemain yang tampil bagus di pentas kompetisi akan mendapat kesempatan."
Waktu berjalan, seleksi silih berganti tempat mulai di Stadion Pakansari (Bogor), Stadion Manahan (Solo), hingga Stadion Maguwohajo (Sleman), nama-nama top yang sudah amat dihafal penggila sepak bola Indonesia tak juga muncul untuk dicobai kemampuannya.
Di dua laga uji coba yang dijalani Tim Merah-Putih melawan Malaysia (6 Agustus) dan Vietnam (9 Oktober) terlihat kalau Alfred Riedl membangun fondasi baru skuat Tim Garuda. Dengan wajah-wajah segar, raihan yang digapai terhitung lumayan.
Timnas Indonesia menekuk Malaysia 3-0 serta bermain imbang 2-2 kontra Vietnam. Pencapaian yang terhitung lumayan mengingat Indonesia absen setahun lebih berkecimpung di persaingan internasional seiring sanksi FIFA gara-gara perseteruan antara PSSI dengan Kemenpora.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Cuci Gudang Skuat Timnas Indonesia Piala AFF 2014
Perubahan yang dilakukan Alfred agak mengejutkan banyak pengamat, karena awalnya pelatih asal Austria tersebut diprediksi bakal bersikap pragmatis. Di waktu persiapan yang terhitung mepet, ia akan menggunakan jasa pemain-pemain jadi dengan jam terbang tinggi di Timnas Indonesia.
Nyatanya tidak demikian. Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016 amat berbeda dibanding edisi sebelumnya. Hanya delapan pemain veteran disisakan dalam daftar 40 nama ke AFF.
Pemain-pemain tersebut antara lain: Boaz Solossa, Zulham Zamrun, Evan Dimas, Rizky Rizaldi Pora, Manahati Lestusen, Kurnia Meiga, Made Wirawan, Dian Agus. Tiga nama terakhir disebut, yang kebetulan berposisi sama sebagai penjaga gawang, bahkan tidak terlibat di dua laga uji coba yang telah dilakoni Timnas Indonesia.
Alfred Riedl praktis hanya memberi jaminan kepada Kurnia Meiga seorang, yang bakal diboyong ke Filipina sebagai penjaga gawang utama Timnas Indonesia. Itupun jika kondisinya fit. Sementara itu Made dan Dian bakal bersaing keras berebut posisi inti dengan kiper-kiper lain layaknya, Andritany Ardhiyasa, Jandia Eka, dan Teja Paku Alam.
Andritany tercatat sebagai kiper yang mengawal gawang Tim Garuda saat melakoni persabahabatan kontra Malaysia dan Vietnam.
Perubahan besar-besaran ini sebenarnya tidak mengherankan. Raihan mengecewakan Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 membuat sang mentor kecewa berat. Indonesia gagal menembus semifinal setelah tertatih-tatih di penyisihan Grup A yang digelar di Vietnam.
Pada laga pembuka penyisihan Sergio van Dijk cs. bermain imbang 2-2 melawan Vietnam. Selanjutnya secara menyakitkan digasak 0-4 melawan Filipina yang bertabur pemain bule asal Eropa. Kemenangan 5-1 atas Laos tak menolong.
Harus diakuinya pendeknya masa persiapan jadi penyebab utama Timnas Indonesia tampil melempem. Alfred hanya punya waktu selama empat hari saja mengumpulkan tim sebelum memulai fase penyisihan Grup A.
Pelatnas Piala AFF 2014 sendiri sejatinya mulai digeber sejak bulan Februari. Karena ISL 2014 juga berjalan maka waktu pelaksanaan pelatnas menyesuaikan jadwal kosong kompetisi kasta elite. Setiap dua bulan para pemain berkumpul.
Sayang, stamina pemain terkuras kompetisi ISL 2014 yang baru selesai pada pekan kedua bulan November, gara-gara mengalami sejumlah perubahan jadwal imbas pelaksanaan Pemilu Presiden dan DPR.
Saat itu Timnas Indonesia banyak dihuni pemain-pemain di atas usia 30 tahun. Mereka kesulitan melakukan recovery. "Kami gagal menunjukkan penampilan terbaik karena pemain bermain dengan kondisi kebugaran yang tidak fit. Mereka tidak bisa berlari konstan selama 90 menit. Kami kesulitan menghadapi kecepatan-kecepatan permain Filipina dan Vietnam," ungkap Alfred Rield.
"Kami tidak semestinya gagal di penyisihan jika bisa bertanding dalam kondisi prima. Secara kualitas kami tidak kalah dibandingkan para pesaing. Hanya yang membedakan, lawan dalam kondisi segar sementara kami kepayahan," timpal Boaz Solossa, pilar lini depan Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 lalu.
Advertisement
Spesialis Melihat Potensi Pemain Muda
Saat ajang Piala AFF 2014, Alfred Riedl dipandang menghianati filosofinya sendiri. Selama ini pelatih kelahiran Wina, 2 November 1949 dikenal jeli melihat potensi pemain muda.
Hal itu dilakukannya saat menukangi dua negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam dan Laos. Khusus Vietnam, ia sukses mengantarkan Tim Negeri Paman Ho ke perempat final Piala Asia 2007 dengan modal pemain muda. Saat itu negara tersebut tengah digoyang kasus pengaturan skor, yang membuat banyak pemain senior dipenjara.
Saat mendarat di Indonesia 2010, ia juga melakukan peremajaan besar-besaran skuat Timnas Indonesia. Pada Piala AFF edisi 2010 ia menepikan figur-figur senior macam Budi Sudarsono, Ponaryo Astaman, Elie Aiboy, dan Charis Yulianto.
Seorang Bambang Pamungkas harus rela menjadi pemain cadangan. Alfred membuka ruang buat munculnya pemain belia macam Oktovianus Maniani, Irfan Bachdim, Ahmad Bustomi, Kurnia Meiga, Beny Wahyudi, Yesayas Desnam.
"Saya dipercaya menjadi kapten saat itu, namun Alfred secara terus terang mengungkapkan kalau saya bukan bagian dari skuat inti. Saya hanya jadi pemain pelapis. Ia ingin saya bertahan di tim untuk mendampingi para pemain muda," cerita Bambang Pamungkas.
Dengan modal wajah-wajah baru, Timnas Indonesia tampil trengginas menembus final. Kekalahan melawan Malaysia pada duel final tak lantas membuat publik kecewa. Malah sebaliknya mereka dipuaskan dengan penampilan yang diuguhkan pemain sepanjang Piala AFF 2010.
Menariknya pada Tim Merah-Putih proyeksi Piala AFF 2016, Alfred menyisipkan tiga pemain belianya di Piala AFF enam tahun silam, yang kini sudah menjadi pemain senior. Beny Wahyudi, Irfan Bachdim, dan Kurnia Meiga diharapkan jadi pendamping junior-juniornya.
Beny mengaku sempat kaget ketika diminta comeback ke timnas. Bek sayap kanan asal Arema Cronus tersebut semenjak Piala AFF 2010 terhitung jarang membela negara. Kariernya mandek karena kasus cedera. Pada musim 2016 ia baru kembali merebut posisi inti di Tim Singo Edan.
"Saya tak menyangka diminta ikut seleksi, sepengetahuan saya pemain di posisi bek sayap kanan terhitung banyak. Namun, terlepas dari hal itu saya tentu senang bisa kembali mendapat kesempatan membela Timnas Indonesia," kata pemain yang kini sudah berusia 30 tahun.
Di sisi lain, Irfan Bachdim tidak menjadi pemain inti di klubnya, Hokkaido Consadole Sapporo. Namun, Alfred punya pertimbangan, Irfan yang ditempa di kompetisi Jepang standar permainannya lebih baik dibanding para penyerang yang berlaga di kompetisi domestik.
Dan benar saja pemain blasteran Indonesia-Belanda unjuk produktivitas. Ia mencetak satu gol ke gawang Malaysia, dan satu lagi ke gawang Vietnam.
Boaz Solossa Jadi Kepala Suku
Mengandalkan mayoritas pemain muda, Timnas Indonesia butuh sosok pemain senior sebagai pemimpin. Ia harus punya pengaruh kuat ke tim dan mendapat respek besar dari pemain belia.
Pilihan sebagai kepala suku (kapten tim) dijatuhkan ke Boaz Solossa. Faktanya striker kelahiran Sorong, 16 Maret 1986, merupakan pemain paling pengalaman berkiprah di Piala AFF.
Ia melakukan debut pada Piala Tiger 2004 (nama lama Piala AFF) saat berusia 19 tahun. Boaz menjadi sebuah fenomena, belum pernah memperkuat klub profesional tapi langsung diberi kepercayaan menghuni posisi inti Timnas Indonesia level senior. Kala itu ia menjawab kepercayaan dengan performa ciamik di lapangan.
Berduet dengan Ilham Jayakesume , Boaz jadi momok bagi lini bekakang lawan. Sepanjang turnamen ia mencetak empat gol. Timnas Indonesia yang diarsiteki Peter Withe lolos ke final sebelum kalah agregat 2-5 melawan Singapura yang dihuni banyak pemain berdarah Eropa dan Afrika.
Apesnya, keberuntungan seperti menjauhi Boaz. Ia kerap absen membela Timnas Indonesia karena cedera berat. Ia tercatat tiga kali cedera patah kaki, namun bisa kembali pulih dan kembali tajam.
Uniknya, karier agak tersendat di Tim Garuda Boaz memupuk reputasi mentereng bersama klubnya Persipura Jayapura. Ia mengantar Tim Mutiara Hitam juara kompetisi kasta elite musim 2005, 2008-2009, 2010-2011, dan 2013. Di tiga edisi terakhir ia tercatat sebagai Pemain Terbaik dan Top Scorer.
Prestasi yang tidak bisa disepelekan, mengingat lini depan klub-klub Indonesia rata-rata dihuni pemain asing.
Semenjak musim 2010-2011 Boaz tercatat sebagai kapten Persipura. Ia sukses membimbing pemain-pemain muda bertalenta di klub tersebut. "Boaz Solossa tipikal pemain pemenang, ia juga bisa menjadi contoh bagi para pemain muda. Saya rasa jabatan kapten merupakan sebuah kepantasan," ucap Alfred Riedl.
Tugas menjadi kapten Timnas Indonesia bukan hal baru bagi pemain yang identik dengan nomor punggung 86. Saat Jacksen F. Tiago menukangi Tim Merah-Putih di Kualifikasi Piala Asia 2015 pada tahun 2013 ia didapuk sebagai pemimpin tim.
Kini, ia tidak akan merasa kesulitan dengan tugasnya tersebut. Apalagi usianya kini tak lagi muda, kesempatannya mencetak prestasi semakin mengecil.
"Semoga saya bisa menjalankan tugas seperti yang diberikan pelatih dengan baik," kata sang pemain pendek.
Advertisement
Menepinya Deretan Pemain Naturalisasi
Alfred Riedl bukan pelatih yang anti pemain naturalisasi. Saat menukangi Timnas Indonesia ia selalu memberikan kesempatan kepada pemain impor yang mendapatkan paspor Indonesia unjuk kemampuan.
Hanya saja khusus Piala AFF 2016 ini, ia hanya memasukkan satu nama pemain naturalisasi, Stefano Lilipaly, dalam daftar 40 pemain ke penyelenggara turnamen.
Keputusannya memilih Stefano bukan tanpa pertimbangan yang matang. Sang gelandang serang tengah penampilannya berada di level terbaik di klub Divisi II Belanda, SC Telstar.
Timnas Indonesia saat ini miskin pemain berkarakter sebagai pelayan. Praktis hanya ada sosok Evan Dimas, yang menjalankan fungsi sebagai pembagi bola dan pengatur tempo permainan.
Stefano sendiri baru tercatat sekali membela Tim Garuda, yakni pada tahun 2013 saat Indonesia beruji coba melawan Filipina di Stadion Manahan, Solo. Saat itu Tim Merah-Putih menang 2-0 dan ia menyumbang sebiji assist.
"Pemilihan pemain menyesuaikan kebutuhan. Stefano Lilipaly pun belum tentu masuk tim, kami masih akan melihat penampilannya dahulu di dua uji coba melawan Vietnam dan Myanmar pada bulan November ini," ungkap Wolfgang Pikal, asisten pelatih Timnas Indonesia.
Bagaimana dengan pemain naturalisasi lainnya? Melihat performa mereka di kompetisi kasta elite Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo, Alfred agaknya tak melihat mereka benar-benar pantas jadi penggawa timnas.
Christian Gonzales yang kini sudah mencetak 10 gol buat Arema di TSC 2016, dinilai sudah terlalu tua. Dengan usia memasuki 40 tahun, ia dinilai akan kesulitan menghadapi kencangnya persaingan kawasan Asia Tenggara. Gaya bermainnya sudah dihafal lawan, hal itu dibuktikan pada Piala AFF 2014 silam.
Rekan seklubnya, Raphael Maitimo, belakangan kerap dilanda cedera. Walau menghuni posisi inti Arema, jangkar berdarah Belanda itu grafik permainannya menurun draktis dibanding musim-musim sebelumnya.
Situasi sama berlaku pada Bio Paulin yang kini membela Persipura Jayapura.
Di sisi lain, Sergio van Dijk (Persib Bandung) dan Greg Nwokolo Nwokolo (Persija Jakarta), produktivitasnya tidak istimewa.
Sementara itu, Victor Igbonefo, klubnya Siam Navy baru saja terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Thailand. Sebuah pencapaian minimalis dan memengaruhi performa individu bek asal Nigeria tersebut.
Akankah revolusi ala Afred Riedl akan memberikan hasil positif di Piala AFF nanti? Waktu yang akan menjawab.
Daftar Lengkap Pemain Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2016
Berikut 40 Nama Pemain yang Didaftarkan ke Piala AFF 2016:
Kiper
1. Andritany Andhiyasa (Persija Jakarta)
2. Dian Agus Prasetyo (Pusamania Borneo FC)
3. Kurnia Meiga Hermansyah (Arema Cronus)
4. Jandia Eka Putra (Semen Padang)
5. Teja Paku Alam (Sriwijaya FC)
6. I Made Wirawan (Persib Bandung)
Belakang
7. Beny Wahyudi (Arema Cronus)
8. Manahati Lestusen (PS TNI)
9. I Putu Gede Juni Antara (Bhayangkara FC)
10. Fachruddin Wahyudi Aryanto (Sriwijaya FC)
11. Rudolof Yanto Basna (Persib Bandung)
12. Hansamu Yama Pranata (Barito Putera)
13. Dominggus Fakdawer (Persipura Jayapura)
14. Dedy Gusmawan (Mitra Kukar)
15. Gunawan Dwi Cahyo (Persija Jakarta)
16. Abdul Rachman (Persiba Balikpapan)
17. Muhammad Abduh Lestaluhu (PS TNI)
18. Ricky Fajrin Saputra (Bali United)
19. Johan Ahmat Alfarizi (Arema Cronus)
Gelandang
20. Bayu Gatra Sanggiawan (Madura United)
21. Andik Vermansah (Selangor FA Malaysia)
22. Septian David Maulana (Mitra Kukar)
23. Evan Dimas Darmono (Bhayangkara FC)
24. Dedi Kusnandar (Sabah FA Malaysia)
25. Rizky Ahmad Sanjaya Pellu (PSM Makassar)
26. Adam Alis Setyano (Barito Putera)
27. Stefano Lilipaly (Telstar FC Belanda)
28. Bayu Pradana Andriatmoko (Mitra Kukar)
29. Muhammad Hargianto (Bhayangkara FC)
30. Syahroni (Persija Jakarta)
31. Irsyad Maulana (Semen Padang)
32. Yohanes Ferinando Pahabol (Persipura Jayapura)
33. Zulham Malik Zamrun (Persib Bandung)
34. Rizky Rizal Pora (Barito Putera)
Striker
35. Irfan Haarys Bachdim (Hokkaido Consadole Sapporo)
36. Boaz Theofillius Erwin Solossa (Persipura Jayapura)
37. Lerby Eliandry Pong Babu (Pusamania Borneo FC)
38. Ferdinand Alfred Sinaga (PSM Makassar)
39. Muchlis Hadi Ning Syaifulloh (PSM Makassar)
40. Samsul Arif Munip (Persib Bandung)
Advertisement