Bola.com, Malang - Kongres PSSI bakal digelar di Jakarta pada 10 November 2016. Agenda pemilihan ketua umum yang baru akan jadi bahasan menarik di kongres ini. Salah satu pelatih sekaligus pengamat sepak bola Indonesia asal Malang, Timo Scheunemann melontarkan kritikan pedas sekaligus saran kepada para calon Ketua PSSI yang baru.
”Sebenarnya Ketua Umum PSSI itu bukan persoalan siapa figur yang akan menjabatnya. Tapi lebih kepada programnya. Siapa saja boleh menjabat asalkan bisa mengatasi persoalan yang sangat pelik,” kata mantan pelatih Persema Malang asal Jerman.
Timo pun memberikan dua saran utama yang harus dilakukan oleh ketua PSSI yang baru nanti. Dua hal itu adalah memperbaiki kualitas pelatih dan pemain muda.
”Untuk pelatih, caranya lebih sering buat diklat pelatih. Karena pelatih yang ada sekarang sudah waktunya untuk ditambah pengetahuan lagi. Sedangkan pemain butuh kompetisi berjenjang. Mulai dari tim pemandu bakat hingga dari tim junior menuju senior. Setelah itu baru pembenahan infrastruktur,” kata Timo.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, Timo melihat untuk diklat pelatih atau kursus kepelatihan di Indonesia masih rentan dengan KKN. ”Kalau di Jerman (negaranya), kursus kepelatihan itu harus antre bisa sampai tiga tahun. Artinya sekarang daftar baru tiga tahun atau lebih bisa kursus. Seleksinya juga sangat ketat. Dari ratusan yang daftar hanya bisa puluhan yang ikut diklat,” katanya.
Sedangkan di Indonesia dia melihat pelatih yang punya kedekatan dengan pengurus PSSI lebih mudah mengikuti kursus. Pendaftarannya juga tertutup. ”Di sini Ketua PSSI nanti harus turun tangan,” kritiknya.
Untuk pengembangan kualitas pemain, dia melihat harus ada kurikulum yang bagus untuk pemain muda. Terutama yang tergabung dari diklat ataupun akademi klub profesional.
”Kalau setiap tim profesional (mulai divisi utama dan liga super) punya akademi itu bagus. Dan sebenarnya sudah keharusan. Nantinya ada kompetisi yang melibatkan akademi tim. Jangan U-21, tapi sampai U-23,” tegasnya.
Selama ini, problem regenerasi pemain menurut Timo terputus dari tim U-21 ke tim U-23. Setelah ada kompetisi U-21, banyak pemain kesulitan menembus tim senior. Padahal pemain dalam kelompok usia itu masih bisa berkembang lagi jika ada kesempatan bermain lebih banyak.
"Di luar negeri, pemain U-23 punya wadah pertandingan rutin bersama tim reserve. Ini bisa membuat talenta pemain muda berkembang dan lebih matang masuk ke tim senior," tegas Timo Scheunemann.