Bola.com, Malang - Kiper gaek Arema Cronus, Achmad Kurniawan, sepertinya bakal jadi pilihan utama hingga Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo rampung.
Alasannya, kiper utama yang juga adik kandungnya, Kurnia Meiga, dibutuhkan oleh Timnas Indonesia yang akan berlaga di Piala AFF 2016. Sedangkan kiper kedua, I Made Kadek Wardana, belum kembali dari cedera lutut kaki kanan.
AK, begitu Achmad Kurniawan dipanggil, sempat diragukan karena posturnya yang gemuk. Usianya juga sudah uzur, 37 tahun. Tetapi, semua keraguan itu sirna sejak dia tampil memukau mulai pekan ke-19 di kandang Persiba Balikpapan.
Advertisement
Baca Juga
Hingga kini, sembilan laga sudah dilalui. Meski kebobolan lima gol, AK berhasil mementahkan lebih banyak peluang emas yang dimiliki lawan.
Kepada Bola.com, mantan kiper Persita Tangerang ini menceritakan isi hatinya saat ini. Termasuk banyak hal yang membuatnya bisa bertahan dalam level permainan terbaiknya hingga saat ini. Berikut wawancaranya:
Bagaimana rasanya jadi kiper utama Arema lagi karena sekarang usia sudah tak muda?
Tentu senang karena saya masih bisa memberikan kontribusi kepada tim. Usia memang sudah tidak muda lagi. Tapi, itu buka jadi penghalang. Seperti yang selalu saya sampaikan, selama Arema masih butuh, saya selalu siap.
Banyak yang awalnya menganggap kemampuan Anda sudah habis seiring dengan bertambahnya usia dan berat badan anda. Apa pandangan itu sempat membuat anda risih?
Saya tidak risih. Justru hal itu jadi motivasi. Ketika awal musim, pelatih beri tugas menurunkan berat badan jika ingin diperpanjang dengan Arema.
Sejak itu saya kerja keras. Menjaga pola makan, konsultasi dokter dan minta resep menurunkan berat badan dengan cepat. Memang butuh perjuangan. Tapi, sekarang saya dapat hasilnya. Meskipun badan saya kelihatan masih gemuk, tapi sebenarnya sudah turun beberapa kilo kok. Hehehe...
Dengan badan yang masih belum ideal, bagaimana Anda menjaga refleks masih tetap bagus?
Kuncinya ada dalam latihan. Sekarang jujur saya lebih serius saat latihan. Kalau dulu kan masih ada bercandanya. Sekarang fokus latihan. Kalau masalah refleks, mungkin saya masih ada bakat dan belum hilang.
Mungkin ada cara khusus untuk bisa tampil maksimal di setiap pertandingan?
Kalau kiper, sebenarnya kuncinya ada pada ketenangan dan percaya diri. Saya rasa masalah skill, semua kiper yang membela klub TSC punya kemampuan sama. Cuma percaya diri dan ketenangan saja yang beda.
Saya setiap kali mau main menumbuhkan percaya diri dan ketenangan ada dalam sesi pemanasan jelang pertandingan. Waktu pemanasan kan suporter sudah lumayan banyak. Pelatih kiper di situ juga harus pintar, memberi pemanasan pemanasan dengan bola-bola yang mudah ditangkap.
Saya makin percaya diri kalau waktu pemanasan bisa tangkap semua bola dan suporter memebri tepuk tangan atau apresiasi nyanyian. Rasanya ada keyakinan bakal main bagus di hadapan mereka. Sebaliknya, kalau pemanasan sudah dapat bola sulit dan tangkapan sering lepas, mental jadi down. Perasaan tegang dan mulai grogi di hadapan suporter pasti muncul.
Kalau melihat masih jadi kiper utama di usia 37 tahun, kepikiran untuk menunda pensiun?
Ini pertanyaan susah. Pensiun suatu saat semua pasti mengalami. Tapi, selama masih kuat main dan dibutuhkan Arema, ya akan terus main. Mungkin target saya untuk sementara ini main sampai usia kepala empat. Gianluigi Buffon saja yang usianya tidak beda jauh masih main, masak saya tidak bisa. Hahaha...