Bola.com, Jakarta - Pertandingan Thailand versus Timnas Indonesia di Philippine Sports Stadium, Bocaue, Bulacan, Filipina pada Sabtu (19/11/2016) sore sudah dinanti penggemar sepak bola di Tanah Air.
Laga ini jadi partai perdana Indonesia di penyisihan Grup A, yang akan menuntaskan penasaran sekaligus rasa kangen pencinta Tim Merah-Putih dalam mendukung timnas kesayangan di turnamen maupun event resmi. Maklum, lebih dari setahun lamanya sepak bola Indonesia terkucil dalam pergaulan internasional akibat sanksi FIFA.
Kerinduan itu sudah dibasuh sejak 6 September 2016, saat Indonesia menjamu Malaysia dalam uji coba. Sejak itu Timnas Indonesia sudah bertanding beberapa kali dalam rangkaian uji coba jelang Piala AFF 2016. Hanya, pertandingan itu hanya bertajuk uji coba atau persahabatan. Inilah saatnya, Timnas Indonesia beraksi dalam pertandingan resmi di turnamen bergengsi.
Selain itu, melihat lawan yang dihadapi, yakni Thailand, menjanjikan duel seru yang tidak akan bisa ditolak oleh fans Tim Garuda di manapun berada.
Advertisement
Baca Juga
Di saat perhatian mengarah ke para pemain yang menghuni timnas, ada sosok yang bisa jadi menanggung beban cukup berat. Dia adalah Alfred Riedl, pelatih kepala Timnas Indonesia. Taktik-strategi yang diterapkannya bakal mengantar timnas pada tiga hal: mengakhiri pertandingan dengan kemenangan, kekalahan, atau sama-sama menikmati poin dengan tim lawan.
Laga kontra Thailand dipastikan tidak akan mudah buat Alfred Riedl. Dalam kondisi keterbatasan, pelatih asal Austria itu dituntut lebih cerdik dari arsitek tim lawan, Kiatisuk Senamuang.
"Duel" Alfred Riedl versus Kiatisuk Senamuang yang jadi otak di masing-masing tim tidak kalah menarik. Keduanya berasal dari generasi berbeda dan ditempa dalam budaya sepak bola yang juga tidak sama.
Sejauh ini keduanya belum pernah berduel secara langsung karena saat Piala AFF 2014, Indonesia dan Thailand berada di grup terpisah, dan Timnas Indonesia yang dilatih Alfred Riedl gagal ke semifinal.
Lantas siapa yang akan memenangi duel itu? Beberapa variabel di bawah ini mungkin bisa memberikan gambaran tentang Alfred Riedl dan Kiatisuk Semuang yang bisa mengarahkan Anda pada kesimpulan:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sama-sama pernah jadi striker
Usia
Alfred Riedl: 67 tahun, lahir pada 2 November 1949 di Vienna, Austria.
Kiatisuk Senamuan: 43 tahun, lahir di Udon Thani, 11 Agustus 1973.
Posisi semasa bermain
Alfred Riedl: Striker
Alfred Riedl tercatat pernah memperkuat timnas Austria. Debutnya di timnas senior terjadi saat melawan Hungaria pada April 1975. Dalam situs personalnya, Alfred tercatat empat kali tampil bersama timnas Austria senior, enam kali bermain dengan timnas Austria U-23, dan lima kali tampil bersama timnas Austria U-18. Alfred pernah jadi top scorer di liga Austria dan Belgia pada tahun 1972, 1973, dan 1975.
Kiatisuk Senamuang: Striker
Kiatisuk Senamuang adalah legenda hidup sepak bola Thailand. Ia salah satu penyerang terbaik yang dimiliki Negeri Gajah Putih. Pelatih yang mendapat julukan Zico ini mulai mengukir tinta emas sejak 1993 mewarnai sepak bola Thailand juga ASEAN hingga memutuskan gantung sepatu pada 2006.
Bicara soal prestasinya, khusus di Piala AFF, Kiatisuk hingga saat ini masih masuk daftar pencetak gol sepanjang masa dengan koleksi 12 gol, sama seperti yang dimiliki Bambang Pamungkas. Ia juga pernah jadi pemain terbaik di Piala AFF 2000.
Saat masih aktif sebagai pemain, Kiatisuk mengantar Thailand memenangi juara edisi 1996, 2000, dan 2002. Hingga saat ini Kiatisuk masih memegang rekor caps dan jumlah gol terbanyak dengan 131 caps dan 70 gol untuk timnas.
Karier melatih
Alfred Riedl: 1983
Dalam situs personalnya, Alfred Riedl menuliskan karier kepelatihannya dimulai pada 1983 dengan jadi asisten pelatih. Beberapa dekade kemudian ia jadi pelatih di beberapa klub maupun timnas di negara Eropa hingga melanglang buana hingga ke Asia.
Kebersamaannya dengan Indonesia terjadi jelang Piala AFF 2010. Ia sempat hendak menduduki jabatan pelatih kepala Timnas Indonesia lagi jelang Piala AFF 2012, namun dualisme federasi kala itu membuatnya batal membesut Tim Garuda untuk periode kedua. Kesempatan itu akhirnya datang jelang Piala AFF 2014.
Kiatisuk Senamuang: 2006
Selepas gantung sepatu Kiatisuk beralih jadi pelatih. Klub Vietnam, Hoang Anh Gai Lai, jadi pelabuhan pertamanya. Setelah itu ia membesut beberapa klub Thailand hingga pada 2013 ia ditunjuk didaulat jadi pelatih timnas menggantikan Winfried Schaefer yang berstatus caretaker. Kiatisuk mengemban tugas tidak hanya melatih timnas senior namun juga timnas U-23. Pada akhir Mei lalu, Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) memperpanjang kontrak Kiatisuk untuk satu tahun ke depan.
Advertisement
Formasi andalan
Prestasi
Alfred Riedl: Runner-up edisi 1998 (Vietnam), Finalis 2010 (Indonesia)
Kiatisuk Senamuang: Juara 2014
Meski Alfred Riedl lebih lama berkiprah bersama timnas di negara-negara ASEAN, untuk prestasi, Kiatisuk lebih unggul karena ia pernah membawa Thailand menjuarai Piala AFF 2014. Prestasi lain semisal medali emas SEA Games 2013 dan 2015, juara King's Cup 2016, dan membawa Thailand ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2016. Thailand adalah satu-satunya negara ASEAN yang mampu melaju ke fase itu.
Sementara prestasi Alfred Riedl di ASEAN, termasuk runner-up di SEA Games 1999, 2003, 2005 bersama Vietnam, semifinalis SEA Games 2009 bersama Laos, serta perempat final Piala Asia 2007 bersama Vietnam.
Formasi Pemain di Piala AFF
Alfred Riedl: 4-4-2, 4-4-1-1
Khusus menghadapi Thailand, kemungkinan Alfred menyiapkan skema 4-4-2 atau 4-4-1-1, seperti yang disampaikannya saat TC di Karawaci lalu. Alfred mengungkapkan skema 4-4-1-1 cocok untuk menghadapi Thailand dengan mengandalkan serangan balik.
Kiatisuk Senamuang: 4-2-3-1 atau 4-3-3
Seperti diungkapkannya jelang keberangkatan ke Filipina, Kiatisuk Senamuang berencana memakai formasi awal 4-2-3-1 atau 4-3-3 dengan alasan lebih efisien, ofensif sekaligus defensif. Formasi itu berbeda dengan yang ditampilkan saat timnas Thailand tampil di kualifikasi Piala Dunia 2018. Pada ajang itu, The War Elephants menggunakan skema 3-4-1-2.