Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia bakal melakoni duel hidup dan mati melawan Singapura di Stadion Rizal Memorian, Manila, pada Jumat (25/11/2016). Jika bisa memenangi duel penutup penyisihan Grup A Piala AFF 2016, peluang lolos ke semifinal membesar. Itu pun dengan catatan Filipina gagal menang melawan Thailand.
Hasil dua pertandingan Timnas Indonesia bisa dibilang tidak menggembirakan. Pada laga pembuka penyisihan Tim Merah-Putih disikat juara bertahan Thailand dengan skor telak 4-2.
Advertisement
Baca Juga
Selanjutnya, Andik Vermansah cs. hanya bermain imbang 2-2 versus Filipina. Padahal dalam pertandingan ini Indonesia sempat dua kali unggul. Jika saat itu tim asuhan Alfred Riedl bisa menang, peluang ke fase knock-out membesar.
Beruntung lawan yang dihadapi Timnas Indonesia di laga pemungkas Grup A, Singapura, posisinya juga tidak ideal. Negara yang sukses meraih empat trofi Piala AFF (1998, 2004, 2007, dan 2012), juga baru mengoleksi satu poin.
The Lions hanya meriah hasil imbang 0-0 kontra Filipina dan kalah 0-1 saat bersua Thailand.
Kedua tim sama-sama mengincar kemenangan dalam pertandingan ini.
Pelatih Singapura, V. Sundramoorthy, secara terus terang menyebut Timnas Indonesia adalah lawan yang berat untuk ditaklukkan. Jika bicara agresivitas, tim asuhan Alfred Riedl dinilai mentor lawan lebih baik dibanding anak-asuhnya.
Timnas Indonesia mencetak empat gol di dua pertandingan. Hal itu menandakan Tim Merah-Putih amat menakutkan dari sisi ofensif.
Sundramoorthy, menyebut ada empat pemain Indonesia yang ia yakini akan menebar ancaman bagi Singapura. Mereka berdaya ledak tinggi berpotensi mengubur harapan Tim Negeri Singa melaju ke semifinal. Siapa-siapa saja pemain Timnas Indonesia yang ditakuti oleh pelatih lawan?
Boaz Solossa
1. Boaz Solossa
Boaz Solossa, yang berstatus sebagai kapten Timnas Indonesia hingga pertandingan kedua menjadi pemain paling produktif. Striker Persipura Jayapura tersebut mencetak dua gol.
Saat bersua Thailand dan Filipina, pemain bernomor punggung 7 tersebut kerap menciptakan peluang emas. Mengandalkan kecepatan dan daya jelajah yang tinggi plus ditambah naluri mencetak gol tajam, Boaz bakal jadi pemain yang menjadi incaran bek-bek Timnas Singapura.
Bukan kali pertama Singapura merasa perlu memberi perhatian khusus pada Boaz. Pada final Piala AFF 2004, Singapura mematikan permainan Tim Merah-Putih dengan menghantam striker berusia 30 tahun tersebut dengan pelanggaran-pelanggaran keras.
Pada final leg pertama yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Boaz terpaksa ditandu keluar lapangan setelah ditekel horor oleh Bhaihaki Khaizan. Absennya Boaz, yang saat ini juga diplot sebagai penyerang tengah berduet dengan Ilham Jayakesima, membuat kekuatan Indonesia tereduksi.
Filipina jadi juara setelah menang 3-1 (tandang) dan 2-1 (kandang). 12 tahun berselang permainan Boaz kian matang.
Ia kini bahkan disebut nakhoda Singapura, V. Sundramoorthy, sebagai predator ganas yang tahu memanfaatkan peluang emas sekecil apapun. "Memberi ruang yang lebar bagi Boaz akan membahayakan kami," ucapnya.
Andik Vermansah
2. Andik Vermansah
Timnas Singapura punya trauma dengan sosok Andik Vermansah. Sang pemain menjebol gawang Tim Singa lewat tendangan jarak jauh di penyisihan grup Piala AFF 2012. Kala itu Singapura kalah 0-1 dari Indonesia.
Permainan Andik dinilai V. Sundramoorthy jauh berkembang. Ia tidak hanya berbahaya saat melakukan tusukan ke kotak penalti, tapi juga penyuplai crossing dan operan bermutu ke penyerang-penyerang Timnas Indonesia.
Ya, semenjak bermain di klub papan atas Malaysia, Selangor FA, Andik Vermansah menjelma jadi pemain yang mengedepankan teamwork. Sebelumnya ia dinilai amat egoistis. Seringkali memaksakan diri nafsu ingin membuat gol.
Kini pemain binaan Persebaya Surabaya tersebut jadi pemain pelayan. Ia tak lagi doyan memegang bola lama-lama. Andik bermain efektif.
Mengandalkan kecepatan dan kemampuannya melakukan aksi tekuk saat berduel satu lawan satu dengan pemain lawan, Andik dikhawatirkan bakal jadi ancaman bagi sisi kiri pertahanan Singapura.
Mematikan Andik dengan permainan kasar berisiko tinggi karena Timnas Indonesia bakal seringkali mendapatkan peluang mencetak gol lewat skema bola mati.
Rizky Rizaldi Pora
3. Rizky Rizaldi Pora
Keputusan Alfred Riedl memasang Rizky Rizaldi Pora sebagai pemain inti Timnas Indonesia di sektor gelandang sayap kiri mengejutkan banyak pihak.
Banyak pengamat memprediksi posisi tersebut bakal ditempati Zulham Zamrun, yang belakangan namanya tengah naik daun bersama Persib Bandung.
Namun, bukan tanpa alasan Alfred lebih mempercayai pemain asal klub papan bawah TSC 2016, Barito Putera. Ia dinilai pemain yang amat rajin. Walau diharapkan sebagai pemain pendobrak, ia selalu mau turun membantu pertahanan. Staminanya cukup bagus untuk menjalankan dua peran tersebut.
Saat Timnas Indonesia berjumpa Thailand, Rizky kerap melakukan akselerasi yang membahayakan sektor pertahanan Tim Gajah Putih. Di sisi lain, ia juga penyuplai bola ulung, yang membantu duet striker Tim Merah-Putih, Boaz Solossa dan Lerby Eliandry.
Walau memang sang pemain punya kelemahan dari sisi produktivitas. Berbeda halnya dengan Zulham Zamrun, yang dikenal amat tajam dan sering mencetak gol. Namun, Zulham kerap jadi kartu mati ketika ia emoh turun membantu pertahanan.
Hal ini yang diperhatikan benar oleh Alfred Riedl, saat tim asuhannya menghadapi lawan-lawan yang punya serangan balik cepat atau punya kecenderungan memegang bola menguasai permainan.
Lerby Eliandry
4. Lerby Eliandry
V. Sundramoorthy, mengaku amat mewaspadai pergerakan Lerby Eliandry. Sang striker dinilai sang pelatih Singapura sangat bagus dalam duel bola-bola udara.
Ia menyumbang gol buat Timnas Indonesia lewat sundulan dalam duel melawan Thailand. Kehadiran Lerby bakal amat krusial saat Tim Merah-Putih memainkan skema direct football.
Pemain asal Pusamania Borneo FC bisa diposisikan sebagai striker tembok, berjuang memenangi duel udara dengan bek-bek Singapura untuk kemudian membuka peluang bagi rekan-rekannya mencetak gol.
Singapura sendiri bakal fokus mengantisipasi pergerakan Lerby Eliandry saat Tim Indonesia mendapat keuntungan lewat tendangan penjuru atau tendangan bebas yang menjorok ke area kotak penalti.
Lerby yang dikenal jago dalam penempatan posisi diyakini bakal mendapat pengawalan ketat, lebih dari satu orang pemain. Hal ini sebenarnya menguntungkan Indonesia, karena otomatis ada pemain lain yang bebas tak terkawal.