Bola.com, Singapura - Banyak pertanyaan serta penasaran dari suporter timnas Singapura yang belum terjawab hingga saat ini menyusul kegagalan tim kesayangan di Piala AFF 2016. Berada di dasar klasemen hanya dengan poin satu (hasil sekali imbang), dan hanya memasukkan satu gol serta kebobolan tiga gol, dipastikan jadi catatan buruk timnas yang empat kali merebut gelar juara Piala AFF ini.
Alih-alih menurunkan pemain bertipe menyerang seperti Shahril Ishak, Sahil Suhaimi, Shahdan Sulaiman, Shahfiq Ghani, dan Gabriel Quak, pelatih timnas Singapura, V. Sundramoorthy, lebih senang menumpuk para pemain belakang dengan mengandalkan serangan balik.
Para pemain dengan karakteristik menyerang itu rata-rata hanya mengantongi menit bermain sekitar 20 menit dari tiga pertandingan di penyisihan Grup A Piala AFF 2016. Sundramoorthy lebih senang mengusung skema 5-4-1 yang dianggap cukup defensif. Pola parkir bus yang dianggap baik lawan maupun suporter, membuat permainan jadi monoton dan tidak menghibur.
Advertisement
Baca Juga
Di tengah derasnya kritikan terhadap permainan ala parkir bus yang diperagakan timnas Singapura di Piala AFF, ada satu pemain yang terang-terangan membela kebijakan Sundramoorthy. Menariknya, pembelaan ini datang dari striker The Lions, Khairul Amri.
"Saya merasa taktik kami sudah tepat. Jelas, kami butuh menyerang untuk menceploskan gol, tapi tidak lantas kami tidak pernah menyerang sama sekali," kata Khairul, pencetak satu-satunya gol Singapura di Piala AFF 2016.
"Melawan Filipina, kami harus bermain dengan 10 pemain. Melawan Thailand dan Indonesia, kami punya banyak peluang untuk memenangi pertandingan. Bermain terbuka melawan tim seperti Thailand sangat berisiko. Jadi saya merasa taktik itu sudah benar," ujarnya seperti dikutip di The New Paper, Minggu (27/11/2016).
Namun, pemain lain yang namanya minta disimpan, mengaku tidak senang dengan kebijakan parkir bus sang pelatih.
"Apa gunanya "mengambil" para penyerang di Manila ketika sudah jelas rencananya adalah hanya berlari demi membuang waktu dan bertahan?"
"Bahkan ketika sudah jelas kami butuh gol, pergantian pemain yang dilakukan sangat telat sehingga sulit bagi pemain pengganti melakukan perubahan," imbuh pemain itu.
Meski banyak dihujani kritikan, posisi V. Sundramoorthy, yang masih punya kontrak hingga medio 2017 dengan Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), di kursi panas pelatih timnas Singapura disebut akan aman.
"Sundram diberi kontrak berdurasi setahun, dan kecuali ada sesuatu luar biasa yang salah dengan dia sebagai pelatih, konsekuensi logisnya adalah dia harus diberikan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya," ujar Presiden sementara Dewan FAS, Lim Kia Tong.