Bola.com, Sentul - Momentum Piala AFF 2016 menjadi kesempatan bagi para fans Timnas Indonesia untuk berburu tanda tangan pemain idola mereka. Pemandangan itu pula yang terlihat di lobi Hotel Lor In, Sentul, Bogor, Jumat (2/12/2016).
Lima fans Tim Merah-Putih, yakni Lufti Rusadi, Prima Rahmat, Gibran Gumilang, Indra Adi Wijaya, dan Kemal Firdaus setia menunggu Boaz Solossa dkk. di lobi hotel. Mereka menunggu pemain yang lewat untuk sekadar meminta tanda tangan dan foto bareng.
"Sekarang saya menunggu Andik Vermansah. Saya ingin minta tanda tangan dia," kata Lufti yang sudah mengantongi delapan tiket untuk menyaksikan semifinal Piala AFF 2016 antara Timnas Indonesia melawan Vietnam di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Sabtu (3/12/2016).
Advertisement
Baca Juga
Berbeda dengan Lutfi, ketiga rekannya, yakni Prima, Gibran, dan Adi justru tidak mendapatkan tiket untuk melihat aksi Timnas Indonesia di stadion. Maka itu, mereka memilih datang ke hotel untuk memburu tanda tangan pemain.
"Ya, hitung-hitung supaya impas saja karena tidak bisa nonton langsung di stadion. Yang jelas, berburu tanda tangan seperti ini juga tidak mudah karena kerap harus menunggu berjam-jam," ucap Gibran yang sampai bolos kuliah.
Meski terlihat sepele, misi mendapatkan tanda tangan pemain memang tidak mudah. Selain harus setia menunggu, pemain yang diminta untuk membubuhkan tanda tangan di jersey Timnas Indonesia yang dibawa oleh fans juga kerap menghindar.
Indra Adi yang merupakan seorang pegawai swasta juga menuturkan ada beberapa pemain yang sulit untuk dimintai tanda tangan. Sebut saja Boaz Solossa, Kurnia Meiga hingga bek tangguh Arema, Hamka Hamzah.
"Terkadang ada yang harus dikejar dahulu juga untuk mendapatkan tanda tangan, tapi ada juga yang gampang. Setiap pemain berbeda-beda, tapi sejauh ini yang paling sulit Boaz, Meiga, dan Hamka," kata Indra.
Sementara itu, Kemal yang kerap pergi ke berbagai kota untuk berburu tanda tangan Timnas Indonesia, memastikan Timnas Indonesia yang ditandatangani pemain murni untuk dijadikan kenang-kenangan. "Jadi, bukan untuk dijual lagi karena untuk mendapatkannya juga harus susah payah," ia menuturkan.