Bola.com, Jakarta - Ada fenomena menarik di sepanjang perhelatan Piala AFF 2016 ini. Timnas Indonesia konsisten selalu mencetak dua gol di lima pertandingan yang dijalani di pentas turnamen.
Fakta itu tak hanya menunjukkan kalau Tim Merah-Putih merupakan tim yang tajam dalam menjebol gawang lawan, tapi juga menunjukkan sebuah perkembangan positif dalam hal mentalitas.
Selama ini muncul stigma kalau Timnas Indonesia selalu sulit keluar dari tekanan dalam posisi tertinggal atau butuh kemenangan. Ibarat kata, saat menyaksikan timnas bertanding, jika tim lawan mencetak gol terlebih dahulu, jangan harap Tim Garuda bisa bangkit.
Advertisement
Baca Juga
Permainan biasanya jadi kacau balau, karena para pemain bernafsu mengejar skor atau karena merasa tertekan psikologisnya. Namun, hal itu tidak terlihat di tim besutan Alfred Riedl.
Saat melakoni duel perdana penyisihan Grup A melawan Thailand, Timnas Indonesia sempat tertinggal 2-0 di paruh pertama pertandingan. Namun, secara dramatis para pemain bisa memaksakan skor imbang 2-2 lewat gol Boaz Solossa dan Lerby Eliandry. Walau akhirnya kalah 2-4 penampilan pantang menyerah penggawa Garuda layak disaluti.
Pada pertandingan kedua melawan tuan rumah Filipina, pasukan Timnas Indonesia tetap relaks ketika The Azkals menyamakan skor 1-1, setelah sebelumnya sempat unggul lewat sundulan Fachrudin Aryanto. Boaz Solossa sukses mencetak gol kedua. Pertandingan akhirnya berkesudahan 2-2.
Pada pertandingan hidup dan mati versus Singapura, Timnas Indonesia membuktikan daya juang luar biasa. Sempat tertinggal 0-1 dari The Lions yang notabene negara pengoleksi empat gelar Piala AFF, secara dramatis anak-anak timnas membalikkan keadaan menjadi 2-1 lewat gol Andik Vermansah serta Stefano Lilipaly.
Konsistensi menjebol gawang lawan kembali ditunjukkan saat laga semifinal leg pertama lawan Vietnam di Stadion Pakansari, Cibinong. Sempat unggul terlebih dahulu melalui gol sundulan Hansamu Yama, Timnas Indonesia tidak terlihat panik dengan gol penyeimbang skor yang disarangkan Tim Negeri Paman Ho.
Tim asuhan Alfred Riedl akhirnya kembali membobol gawang Vietnam lewat eksekusi penalti, Boaz Solossa. Skor 2-1 didapat Timnas Indonesia.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tidak Tertekan Suporter Vietnam
Tidak Tertekan Suporter Vietnam
Terakhir saat pertandingan sarat tekanan dari suporter lawan di Stadion My Dinh, Hanoi, Rabu (7/12/2016), Timnas Indonesia membuat jantung tuan rumah berdetak kencang ketika mencetak gol terlebih dahulu sumbangsih Stefano Lilipaly.
Ketika akhirnya Lee Cong Vinh dkk. memaksakan perpanjangan waktu, setelah Vietnam mencetak dua gol sekaligus menutup pertandingan di waktu normal 90 menit dengan skor 2-1, para Timnas Indonesia bisa bangkit.
Tendangan penalti Manahati Lestusen di fase perpanjangan waktu, setelah Ferdinand Sinaga diganjal kiper lawan di area terlarang membuat Indonesia unggul agregat gol tandang.
Semangat juang tak mengenal menyerah pun disaluti oleh Alfred Riedl. Ia menyebut anak-asuhnya fenomenal.
Sejatinya pelatih asal Austria tersebut merasa pesimistis dengan peluang Timnas Indonesia di Piala AFF 2016.
"Masyarakat Indonesia jangan berharap berlebihan melihat Timnas Indonesia juara. Persaingan di babak penyisihan amat berat. Kami hanya melakukan persiapan selama dua bulan. Saya pun tidak bisa memilih pemain dengan leluasa, karena klub hanya mau melepas maksimal dua pemain dengan alasan mereka tampil di kompetisi," kata Alfred.
Dibandingkan negara-negara pesaing, rangkaian laga uji coba jelang turnamen Timnas Indonesia amat minimalis. PSSI hanya bisa mengatur empat kali jadwal uji coba, itupun melawan negara sesama Asia Tenggara: Malaysia, Vietnam (2 kali), dan Myanmar.
"Bandingkan dengan Filipina yang menggelar pelatnas di Spanyol atau Vietnam di Korea Selatan, kondisi Timnas Indonesia amat menyedihkan. Setelah setahun lebih terasing dari persaingan internasional, kami kesulitan mendapatkan lawan-lawan berkelas untuk beruji kemampuan," keluh Wolgang Pikal, asisten pelatih Timnas Indonesia.
Advertisement
Boaz dan Pemain Muda
Boaz dan Pemain Muda
Namun, disinilah letak kecerdikan Alfred Riedl. Pelatih kelahiran 2 November 1949, secara ekstem mengabaikan nama-nama pemain top pelanggan Timnas Indonesia. Ia lebih memilih memberdayakan banyak pemain muda.
Mereka memang minim jam terbang internasional, tapi di sisi lain para pemain belia amat haus prestasi. Mereka tertantang untuk membuktikan kelayakan membela negara.
Evan Dimas, Yanto Basna, Abdu Lestaluhu, Hansamu Yama, Bayu Pradana, Andik Vermansah, kumpulan pemain dengan motivasi yang berkobar-kobar.
"Pemain muda punya semangat juang yang tinggi. Timnas Indonesia butuh penyegaran. Dan merekalah yang saya yakini akan memberi perbedaan," ujar Alfred dalam sebuah perbincangan santai dengan Bola.com jelang Piala AFF 2016.
Dan nyatanya pemain-pemain usia muda tampil dengan semangat berlipat, mereka tidak terlihat kikuk melawan tim-tim lawan yang lebih matang jam terbang internasional.
Di sisi lain, Alfred cukup cerdik memilih figur pemimpin di tim. Biaz Solossa yang didapuk sebagai kapten Tim Merah-Putih, membuktikan kalau ia bisa panutan bagi junior-juniornya.
Boaz sukses memimpin anak-anak muda Persipura Jayapura. Tim Mutiara Hitam memenangi dua gelar juara Indonesia Super League musim 2010-2011 dan 2013 dengan Boaz sebagai kapten. Ia memimpin Young Guns Persipura.
Striker berusia 30 tahun tersebut bukan tipikal kapten yang banyak bicara. Ia lebih senang memberi contoh pada rekan-rekannya lewat penampilan di lapangan. Koleksi enam gol (3 di uji coba) pemain asal Sorong tersebut menjadikannya sosok paling produktif di Tim Garuda.
"Saya sendiri dari awal sudah yakin dengan teman-teman dan adik-adik ini. Saya yakin kami punya kemampuan," ungkap Boaz Solossa sesuai duel semifinal kedua Piala AFF 2016.
Untuk bisa mengangkat trofi kali pertama di turnamen elite kawasan Asia Tenggara, Timnas Indonesia kudu menjalani dua pertandingan kandang dan tandang lagi. Thailand dan Myanmar jadi jadi calon lawan di laga puncak.
Alfred Riedl tak ingin membebani target apa-apa ke para pemainnya. "Bagi saya Timnas Indonesia bisa lolos ke final sudah merupakan sebuah prestasi. Sepak bola Indonesia mengalami masa-masa sulit. Semangat yang ditunjukkan ke pemain menunjukkan kalau mereka adalah pemenang," tutur sang mentor.
Ya, bisa jadi ketika pemain tidak merasa tertekan alias relaks mereka justru bisa mengeluarkan kemampuan terbaik sekaligus mengakhiri dahaga panjang gelar juara selama 25 tahun. Garuda Bisa!