Bola.com, Jakarta - Pertandingan final Piala AFF 2016 Timnas Indonesia kontra Thailand amat dinanti penggemar sepak bola di Tanah Air. Tim Merah-Putih berstatus sebagai underdog menantang kubu lawan yang menjadi juara bertahan turnamen.
Kedua tim sempat berjumpa di laga perdana penyisihan Grup A. Saat itu Thailand dengan perkasa mengalahkan Indonesia 4-2. Akan tetapi skor itu tidak bisa jadi pegangan. Partai puncak tekanannya berbeda.
Di saat perhatian mengarah ke para pemain yang menghuni timnas, ada sosok yang menanggung beban cukup berat. Dia adalah Alfred Riedl, pelatih kepala Timnas Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Publik sepak bola nasional berharap arsitek asal Austria itu mengakhiri dahaga gelar juara selama 25 tahun. Terakhir kali Tim Garuda jadi juara turnamen internasional di pentas SEA Games 1991.
Tidak mudah bagi Alfred untuk bisa mewujudkan ekspetasi tinggi tersebut. Langkah Boaz Solossa dkk. tertatih-tatih sebelum lolos ke final.
Setelah kalah oleh Thailand, Timnas Indonesia lolos dari kepungan persaingan Grup A dengan hasil minimalis. Timnas hanya bermain imbang 2-2 kontra Filipina dan menang 2-1 lawan Singapura.
Saat memasuki semifinal Timnas Indonesia dibuat kelabakan menghadapi perlawanan keras Vietnam. Menang dengan skor 2-1 di kandang, selanjutnya Tim Merah-Putih hanya bermain draw 2-2 versus Tim Negeri Paman Ho yang tampil dengan 10 pemain karena kiper mereka dikartu merah.
Bandingkan dengan Thailand, yang sapu bersih kemenangan di lima pertandingan Piala AFF 2016. Pada babak semifinal mereka menggasak Myanmar 2-0 (tandang) dan 4-0 (kandang). Pelatih Tim Gajah Putih, Kiatisuk Senamuang, punya peran besar membentuk soliditas permainan anak-asuhnya.
"Duel" Alfred Riedl versus Kiatisuk Senamuang yang jadi otak di masing-masing tim menjadi tontonan menarik. Keduanya berasal dari generasi berbeda dan ditempa dalam budaya sepak bola yang juga tidak sama.
Lantas siapa yang akan memenangi duel itu? Beberapa variabel di bawah ini mungkin bisa memberikan gambaran tentang Alfred Riedl dan Kiatisuk Semuang yang bisa mengarahkan Anda pada kesimpulan:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sama-sama Bekas Striker
Baik Alfred Riedl maupun Kiatisuk Senamuang sebelum menekuni dunia kepelatihan juga berstatus sebagai pemain saat berusia muda. Menariknya keduanya bermain sebagai seorang striker.
Alfred Riedl tercatat pernah memperkuat timnas Austria. Debutnya di timnas senior terjadi saat melawan Hungaria pada April 1975. Dalam situs personalnya, Alfred tercatat empat kali tampil bersama Timnas Austria senior, enam kali bermain dengan Timnas Austria U-23, dan lima kali tampil di U-18. Alfred pernah jadi top scorer di liga Austria dan Belgia pada tahun 1972, 1973, dan 1975.
Kemilau kebintangan Kiatisuk Senamuang tak kalah mentereng. Ia adalah legenda hidup sepak bola Thailand. Ia salah satu penyerang terbaik yang dimiliki Negeri Gajah Putih.
Pelatih yang mendapat julukan Zico ini mulai mengukir tinta emas sejak 1993 mewarnai sepak bola Thailand juga ASEAN hingga memutuskan gantung sepatu pada 2006.
Bicara soal prestasinya, khusus di Piala AFF, Kiatisuk hingga saat ini masih masuk daftar pencetak gol sepanjang masa dengan koleksi 12 gol, sama seperti yang dimiliki Bambang Pamungkas. Ia juga pernah jadi pemain terbaik di Piala AFF 2000.
Saat masih aktif sebagai pemain, Kiatisuk mengantar Thailand memenangi juara edisi 1996, 2000, dan 2002. Hingga saat ini Kiatisuk masih memegang rekor caps dan jumlah gol terbanyak dengan 131 caps dan 70 gol untuk timnas.
Advertisement
Karier Melatih
Karier Melatih
Dalam situs personalnya, Alfred Riedl menuliskan karier kepelatihannya dimulai pada 1983 dengan jadi asisten pelatih. Beberapa dekade kemudian ia jadi pelatih di beberapa klub maupun timnas di negara Eropa hingga melanglang buana hingga ke Asia.
Kebersamaannya dengan Indonesia terjadi jelang Piala AFF 2010. Ia sempat hendak menduduki jabatan pelatih kepala Timnas Indonesia lagi jelang Piala AFF 2012, namun dualisme federasi kala itu membuatnya batal membesut Tim Garuda untuk periode kedua. Kesempatan itu akhirnya datang jelang Piala AFF 2014.
Sayang di masa comeback-nya, Alfred gagal total. Tim Merah-Putih terhempas di fase penyisihan. Ia langsung diberhentikan oleh PSSI kepengurusan La Nyalla Mattalitti pasca Piala AFF 2014.
Sementara itu, selepas gantung sepatu Kiatisuk beralih jadi pelatih. Klub Vietnam, Hoang Anh Gai Lai, jadi pelabuhan pertamanya.
Setelah itu ia membesut beberapa klub Thailand hingga pada 2013 ia ditunjuk didaulat jadi pelatih timnas menggantikan Winfried Schaefer yang berstatus caretaker.
Kiatisuk mengemban tugas tidak hanya melatih timnas senior namun juga Tim Negeri Gajah Putih U-23. Pada akhir Mei lalu, Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) memperpanjang kontrak Kiatisuk untuk satu tahun ke depan.
Langganan Juara dan Runner-up
Langganan Juara dan Runner-up
Meski Alfred Riedl lebih lama berkiprah sebagai pelatih di kawasan Asia Tenggara, untuk prestasi, Kiatisuk Senamuang lebih unggul karena ia pernah membawa Thailand menjuarai Piala AFF 2014.
Prestasi lain semisal medali emas SEA Games 2013 dan 2015, juara King's Cup 2016, dan membawa Thailand ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2016. Thailand adalah satu-satunya negara ASEAN yang mampu melaju ke fase itu.
Sementara itu prestasi Alfred jadi spesialis runner-up. Di ajang Piala AFF, ia mengantarkan Vietnam ke final pada edisi 1998. Pencapaian serupa diraihnya di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2010.
Bersama Tim Negeri Paman Ho pelatih berusia 67 tahun itu hattrick posisi kedua di SEA Games pada tahun 1999, 2003, 2005.
Ia sempat membuat sensasi dengan meloloskan Vietnam ke perempat final Piala Asia 2007 dan Laos tim ayam sayur ke semifinal SEA Games 2009. Jika berhasil membawa Indonesia juara di Piala AFF 2016, sang mentor bakal memecah telur prestasi.
Advertisement
Pilihan Formasi
Pilihan Formasi
Seperti kebanyakan pelatih gaek, Alfred Riedl dikenal sebagai sosok yang fanatis dengan skema bermain tradisional 4-4-2 serta 4-4-1-1, yang mengedepankan keseimbangan di tiap lini.
Namun, belakangan ia cukup lentur mengubah formasi tim asuhannya melihat potensi pemain yang dimiliki serta kekuatan lawan.
Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 tiga kali merubah patron permainan. Mulai dari 4-4-2, 4-2-3-1, hingga 5-4-1.
Di sisi lain Kiatisuk Senamuang, pelatih yang lahir di generasi kekinian amat mengidolai skema ofensif 4-3-3 atau 3-4-3.
Ia terbukti sukses menghancurkan Tim Merah-Putih di laga penyisihan Grup A dengan skor 4-2 dengan strategi open play 3-4-3. Formasi ini cukup ampuh menahan tim elite Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Kedua tim berbagi skor 2-2.