Bola.com, Jakarta - Stadion Manahan bukan tempat asing bagi delapan peserta babak perempat final Piala Presiden 2017. Meski tidak memiliki wakil di kompetisi kasta tertinggi di Indonesia sejak 2008, Stadion Manahan tidak pernah sepi dari aktivitas berskala nasional dan juga internasional.
Selain sebagai rumah dari Persis Solo, yang bermain di kasta kedua, berbagai turnamen atau kejuaraan dan pertandingan baik nasional maupun internasional kerap digelar di stadion berkapasitas 24.500 itu. Semisal final Inter Island Cup, semifinal Piala Presiden 2016, maupun Bhayangkara Cup.
Bahkan, Stadion Manahan juga bisa dibilang jadi rumah kedua bagi beberapa klub kasta tertinggi di negeri ini. Sebut saja Persija Jakarta, yang memilih memainkan laga kandang mereka ketika markas mereka di Jakarta tidak bisa digunakan.
Begitu pula dengan beberapa klub lain yang senang menggunakan Stadion Manahan sebagai venue menggelar laga usiran saat mereka terkena sanksi Komdis PSSI.
Advertisement
Baca Juga
Saking seringnya Stadion Manahan jadi tuan rumah atau venue ajang tertentu, mayoritas klub di Tanah Air punya cerita-cerita kala bermain di sana. Ada cerita menyenangkan, ada pula cerita mengesalkan atau bahkan pahit, yang dirasakan tim pelatih, para pemain, hingga suporter.
Tidak terkecuali delapan tim peserta fase perempat final Piala Presiden 2017, yakni Mitra Kukar, Arema FC, Persib Bandung, Pusamania Borneo FC, Semen Padang, Bhayangkara FC, Sriwijaya FC, dan Madura United.
Bagi delapan klub itu, Stadion Manahan bak memiliki tuah tersendiri. Ketika mereka kembali bermain di stadion yang jadi kebanggaan warga Solo Raya itu, 25-26 Februari 2017, delapan klub itu tentu ingin mengulang cerita indah dan berharap tuah manis dari Stadion Manahan.
Nah, cerita apa saja yang pernah diukir Persib dan tujuh kontestan babak 8 besar Piala Presiden saat bermain di Stadion Manahan? Berikut rangkumannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Mitra Kukar dan Arema FC
1. Mitra Kukar
Stadion Manahan tidak bisa dilupakan bagi keluarga besar Mitra Kukar. Stadion Manahan jadi saksi mereka promosi ke Indonesia Super League. Mitra Kukar yang saat itu diarsiteki Benny Dollo mengalahkan Persidafon Dafonsoro 2-1 pada perebutan tempat ketiga Divisi Utama 2011 lewat gol Rully Padengke dan Franco Hita. Persiba Bantul jadi juara di musim itu diikuti Persiraja Banda Aceh.
Hingga kini, skuat Naga Mekes masih berada kasta tertinggi sepak bola Tanah Air. Meski begitu, mereka juga memiliki catatan kelam di Stadion Manahan, kendati di pentas ISL U-21. Mitra Kukar U-21 kalah dari Sriwijaya FC pada partai final 2013.
Di sisi lain, Mitra Kukar menjadi tim dengan poin terkecil yang lolos sebagai juara grup di Piala Presiden 2017. Ketatnya persaingan di Grup 1 membuat Mitra Kukar lolos ke delapan besar dengan situasi yang sangat mendebarkan. Bagaimana tidak, lolos dengan hanya memiliki empat poin, Mitra Kukar harus menanti hingga semua laga di Grup 1 dimainkan.
2. Arema FC
Sebelum menjuarai Trofeo Bhayangkara Cup 2017, Stadion Manahan punya catatan tidak bagus bagi Arema FC. Tim Singo Edan beberapa kali kandas, yang ironisnya di tangan Sriwijaya FC, lawan yang mereka hadapi di perempat final nanti.
Arema dipecundangi Laskar Wong Kito 1-2 di final Copa Indonesia 2010. Hasil minor itu berlanjut saat tim asal Malang itu kembali dihempaskan Sriwijaya FC 0-1 di semifinal Inter Island Cup (IIC) 2012.
Terakhir, Arema disingkirkan Sriwijaya FC di semifinal Piala Presiden 2015. Bermain imbang 1-1, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Arema akhirnya takluk 1-2 di leg kedua lewat gol Asri Akbar dan T.A. Musafri.
Arema FC baru bisa menghapus catatan buruk itu setelah jadi kampiun Bhayangkara Cup 2017 seusai mengalahkan Persija Jakarta dan imbang dengan Bhayangkara FC dalam format trofeo, 29 Januari 2017.
Apalagi di perempat final nanti, Cristian Gonzales dkk. akan mendapat dukungan langsung dari 20 ribu Aremania yang diprediksi memadati Stadion Manahan karena hubungan baik dengan suporter lokal, Pasoepati.
Advertisement
Persib dan Pusamania Borneo FC
3. Persib Bandung
Kompetisi Liga Indonesia (LI) 2003 jadi salah satu cerita kelam Persib Bandung. Tim Maung Bandung yang diarsiteki pelatih asal Polandia, Marek Sledzlanowski, terjerembab di papan bawah dengan bayang-bayang degradasi.
Marek lantas digantikan Juan Antonio Paez di putaran kedua, yang mampu mengangkat performa Yaris Riyadi dkk. Hanya, penampilan Persib menurun di putaran kedua, yang membuat mereka menempati posisi ke-16 di akhir klasemen sekaligus berada di zona play-off.
Banyak pihak menilai tim asal kota kembang itu dibantu faktor nonteknis mengingat PSSI di pertengahan musim menciutkan tim yang terdegradasi dari enam menjadi empat klub.
Persib lantas menjalani play-off di Stadion Manahan, Solo, pada 14-18 Oktober 2003. Saat itulah, Maung Bandung meraih cerita manis dengan bertahan di kasta teratas seusai menang atas PSIM Yogyakarta, Persela Lamongan, dan imbang dengan Perseden Denpasar.
Catatan manis Persib dengan Manahan berlanjut hingga sekarang. Persib belum terkalahkan di empat partai terakhir yang dimainkan di Stadion Manahan, termasuk menahan Persija Jakarta 0-0 di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo.
4. Pusamania Borneo FC
Dari sisi hasil, catatan Pusamania Borneo FC di Stadion Manahan terbilang seimbang antara kemenangan dan kekalahan. Diawali laga panas yang berakhir imbang 1-1 melawan tuan rumah Persis Solo dalam babak 8 besar Divisi Utama 2014.
Lalu berlanjut laga terakhir Borneo FC di Stadion Manahan diwarnai dengan kemenangan atas Persija Jakarta 2-0 dalam lanjutan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo.
Hanya, klub milik Nabil Husain itu punya hubungan kurang harmonis dengan kelompok suporter Pasoepati akibat gesekan saat masih berkiprah di Divisi Utama, tiga tahun silam.
Tim asal Samarinda ini berhasil melangkah ke 8 besar Piala Presiden 2017 dengan status juara Grup 4. Namun, keberhasilan Borneo FC ke perempat final diawali dengan kegagalan meraih kemenangan di dua laga pertama.
Tim asuhan Ricky Nelson itu hanya bermain imbang tanpa gol saat menghadapi Barito Putera di pertandingan perdana Grup 4. Hasil serupa didapatkan tim Pesut Etam ketika menghadapi tim tuan rumah, Bali United, di pertandingan kedua.
Kepastian Pusamania Borneo FC menjadi juara Grup 4 Piala Presiden 2017 diperoleh setelah di pertandingan terakhir sukses membungkam Sriwijaya FC 1-0.
Semen Padang dan Bhayangkara FC
5. Semen Padang
Semen Padang memiliki cerita manis kala berlaga di Stadion Manahan. Stadion itu jadi saksi tim Kabau Sirah promosi ke ISL 2010.
Momen itu terjadi pada 29 Mei 2010 saat Semen Padang yang diarsiteki Arcan Iurie memastikan satu tiket promosi ke ISL 2010 dengan status tim yang finis di peringkat ketiga Divisi Utama 2010. Tiket promosi lain di akhir musim itu dikantongi Persibo Bojonegoro dan Deltras Sidoarjo, tim juara dan runner-up musim itu.
Lolosnya Tim Urang Awak ke kasta tertinggi menjadi awal sepak terjang tim Kabau Sirah hingga menjuarai IPL dan puncaknya mewakili Indonesia di Piala AFC 2013. Pelatih Nilmaizar pernah menyebut Stadion Manahan cukup bersahabat dengan Semen padang.
Pada Piala Presiden 2017, Semen Padang menjadi salah satu dari dua tim yang meraih hasil sempurna di babak grup Piala Presiden 2017 selain Persib Bandung. Bahkan Semen Padang berhasil menjadi tim dengan produktivitas terbaik sepanjang babak grup dan sama sekali tidak kebobolan dalam tiga pertandingan tersebut.
6. Bhayangkara FC
Sama seperti Pusamania Borneo FC, catatan Bhayangkara FC di Stadion Manahan belum begitu banyak. Meski demikian, mereka tidak pernah kalah di dua laga terakhir saat menahan Persija Jakarta 1-1 di ajang Torabika Soccer Championship 2016 serta Arema FC dalam Bhayangkara Cup 2017, Januari 2017.
Hanya, saat masih bernama Persebaya Surabaya, mereka punya catatan manis kala jadi kampiun di pentas Divisi Utama 2013 sekaligus meraih tiket promosi ke ISL 2014.
Persebaya Surabaya saat itu diarsiteki Tonny Ho menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia 2012-2013 dengan mengalahkan Perseru Serui 2-0 pada 15 September 2013.
Advertisement
Sriwijaya FC dan Madura United
7. Sriwijaya FC
Musuh bebuyutan Arema FC di Stadion Manahan ini jadi salah satu tim yang punya sederet catatan indah di Solo. Setidaknya ada dua gelar juara yang dibawa Laskar Wong Kito, yakni Copa Indonesia dan juga Inter Island Cup (IIC).
Uniknya, kemenangan penting Sriwijaya FC di Stadion Manahan didapat saat melawan Arema FC, rival yang akan dihadapi di 8 besar Piala Presiden 2017. Saat juara Copa Indonesia 2010, Sriwijaya FC menekuk tim Singo Edan 2-1 lewat gol Pavel Solomin dan Keith Kayamba Gumbs.
Lalu di pentas Piala Presiden 2015, anak-anak Palembang juga menyingkirkan Arema dari semifinal, meski akhirnya tumbang di partai puncak. Sementara itu di IIC 2012, Sriwijaya FC jadi kampiun setelah menumbangkan Persisam Samarinda dalam adu penalti. Prestasi itu belum termasuk saat Sriwijaya FC U-21, menjuarai ISL U-21 mengalahkan Mitra Kukar, 2-1 medio 2013.
Catatan apik itu membuat Sriwijaya FC selama ini kerap menjadikan Stadion Manahan sebagai markas kedua jika tidak bisa berlaga di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring.
Skuat asuhan Widodo Cahyono Putro ini kembali mengharapkan tuah Stadion Manahan untuk meraih hasil positif dengan cara menyingkirkan Arema FC.
8. Madura United
Perempat final Piala Presiden 2017 jadi kali pertama bagi Madura United di Stadion Manahan. Meski demikian, mereka setidaknya juga memiliki cerita positif saat masih bernama Pelita Bandung Raya.
PBR memastikan tetap bertahan di Indonesia Super League (ISL) setelah menaklukkan Persikabo Bogor dengan skor tipis 2-1 pada babak play-off, 22 September 2013. Saat itu, PBR masih diperkuat nama-nama seperti Gaston Castano, Tema Mursadat, Mijo Dadic, hingga Rizki Pellu.
Sama seperti Sriwijaya FC yang masih berstatus sebagai Persijatim Solo FC, Pelita pernah bermarkas di Stadion Manahan, 2000-2002, saat bernama Pelita Solo.
Meski tampil kurang mengesankan di pertandingan pertamanya, Madura United akhirnya berhasil lolos ke delapan besar dengan menjadi salah satu dari tiga runner-up terbaik.