Bola.com, Jakarta - Aturan pembatasan umur di cabang sepak bola ajang SEA Games diterapkan sejak 2001. Hanya pemain yang berumur di bawah 23 tahun yang diperbolehkan berlaga di arena SEA Games yang merupakan ajang multieven Asia Tenggara ini. Hal ini tentu juga dialami Timnas Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Pemain yang berusia di atas 23 tahun sempat diperbolehkan tampil, namun jumlahnya dibatasi hanya tiga saja. Belakangan, SEA Games kembali menjadi panggung pemain U-23 sepenuhnya. Hanya pemain U-23 yang boleh tampil bersama timnas negara masing-masing.
Aturan tersebut bertahan selama delapan gelaran SEA Games hingga tahun 2015. Mulai tahun 2017, aturan tersebut direvisi. Hanya pemain berusia di bawah 22 tahun alias U-22 yang bisa tampil.
Sejak diterapkan aturan U-23 buat tim sepak bola SEA Games, usaha untuk meraih medali emas tak pernah berhasil dilakukan Timnas Indonesia. Paling banter, Indonesia hanya meraih perak pada SEA Games 2011 Jakarta dan 2013 Naypidaw.
Sepanjang sejarah cabang sepak bola mulai digelar pada SEA Games 1977 (20 kali), Indonesia cuma pernah meraih dua kali medali emas. Timnas Indonesia yang diperkuat Ribut Waidi dkk. mempersembahkan emas sepak bola pada SEA Games 1987 Jakarta. Indonesia kembali meraih medali yang hanya dihitung satu keping, namun amat bergengsi di cabang multieven itu, pada SEA Games 1991 Manila.
Guna menghadapi ajang SEA Games 2017 yang digelar di Malaysia, PSSI sudah menunjuk pelatih asal Spanyol, Luis Milla untuk menangani Timnas Indonesia. Milla menerima tugas tersebut dan didampingi oleh dua asisten pelatih yang juga berasal dari Spanyol, Miguel Gandia dan Eduardo Perez. Satu-satunya orang Indonesia yang ikut dalam tim pelatih Timnas U-22 adalah mantan kapten Timnas Indonesia, Bima Sakti.
Tugas Milla dan para asistennya tak mudah. Mereka harus membentuk Timnas U-22 agar siap bertarung di SEA Games. Waktu yang dimiliki tak banyak karena SEA Games bakal dihelat pada bulan Agustus. Praktis hanya sekitar enam bulan waktu Milla dan para asisten untuk menyiapkan Timnas Indonesia sebelum tampil di SEA Games.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sulit Mencari Pemain Timnas U-23
Sejak aturan pembatasan usia diberlakukan di SEA Games, mencari pemain yang diperlukan untuk membentuk tim bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
“Pelatih di klub biasanya jarang memainkan pemain yang berusia di bawah 23 tahun untuk tampil di kompetisi. Kalau mereka tak bermain, darimana pelatih timnas bisa tahu kemampuan pemain?” kata Rahmad Darmawan, saat ia dipercaya menangani Timnas U-23 yang tampil di SEA Games 2011.
Ucapan Rahmad tersebut memang beralasan. Pelatih di klub punya target untuk meraih prestasi. Alasan tersebut yang membuat pelatih lebih memilih untuk memainkan pemain senior, yang biasanya punya kemampuan lebih baik dibanding pemain yang berusia U-23.
Kesulitan tersebut tak hanya dihadapi Rahmad. Sejumlah pelatih yang ditugasi menangani Timnas SEA Games pasti menghadapi problem serupa.
Mereka mungkin agak terbantu ketika PSSI dan operator liga menggelar kompetisi U-21 selama beberapa musim. Namun hal itu tak terlalu membantu karena ada selisih usia U-21 dan U-23. Pada level tersebut, selisih usia satu atau dua tahun saja bisa membawa pengaruh yang besar untuk pemain saat tampil dalam pertandingan.
Namun kesulitan tersebut kini tak lagi dialami oleh Luis Milla. Ia bisa dibilang mendapatkan kemudahan yang tak pernah didapat oleh pelatih Timnas U-23 lainnya.
Tak lama setelah resmi dikontrak PSSI pada bulan Januari 2017, Milla bisa segera bekerja untuk mencari pemain lantaran turnamen Piala Presiden 2017 sudah berputar pada Februari. Adalah regulasi di Piala Presiden yang menjadi barang mewah buat Milla dan tak pernah didapat oleh pelatih timnas Indonesia lain sebelumnya.
Advertisement
Regulasi Piala Presiden 2017
Piala Presiden diikuti oleh 18 klub yang berada di strata tertinggi kompetisi Indonesia, plus dua peserta tamu yang menjadi juara dan runner up kompetisi strata kedua. Regulasi yang mengharuskan setiap tim menurunkan pemain berusia U-22 sebagai starter dan harus bermain minimal selama 45 menit adalah hal yang sangat membantu Milla.
Minimal, Milla dan para asistennya bisa melihat 60 pemain yang menjadi starter, serta bermain selama 45 menit dari seluruh klub kontestan Piala Presiden 2017. Tak heran kalau dalam dua kali proses seleksi, muncul nama-nama baru.
Bukan hal yang mengherankan kalau pemain U-22 seperti Evan Dimas, Hansamu Yama Pranata, atau Rudolof Yanto Basna yang sudah punya pengalaman di level Timnas Senior ada dalam daftar pemain yang dipanggil Milla. Ada juga pemain seperti Zalnando (Sriwijaya FC), Febri Hariyadi (Persib), dan M. Hargianto (Bahayangkara FC) yang belum pernah memperkuat Timnas senior seperti Evan, namun sudah sering dipercaya tampil di klub pada kompetisi TSC 2016.
Namun regulasi di Piala Presiden 2017 akhirnya juga yang membuat nama Saddil Ramdani (Persela), Asnawi Mangkualam (PSM), atau Bagas Adi Nugroho (Arema FC) mencuat. Bisa jadi mereka hanya akan menjadi penghangat bangku cadangan jika tak ada regulasi harus memainkan pemain U-22 di Piala Presiden 2017.
Keputusan PSSI sebagai panpel Piala Presiden 2017 untuk memberlakukan regulasi tersebut patut dipuji. Regulasi turnamen atau kompetisi yang bertujuan positif untuk membantu Timnas Indonesia tetap merupakan sebuah langkah positif. Apalagi hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Suara pro dan kontra pasti tetap akan ada jika sudah menyangkut regulasi. Namun mari ingat kembali esensi dari kompetisi, karena bagaimanapun juga, timnas adalah muara dari kompetisi.