Bola.com, Lijiang - Pelatih asal Indonesia, Muhamad Yusup Prasetiyo, berbagi pengalaman setelah satu pekan melatih tim U-15 Lijiang FC, Yunnan, China. Pelatih berusia 26 tahun ini dibebani target memperbaiki peringkat tim pada kompetisi Liga China U-15.
Selain itu, pelatih yang akrab disapa Yoyo ini juga berdiskusi mengenai pembinaan sepak bola di China. Ada beberapa hal terungkap dari diskusi tersebut. Bola.com merangkum tiga fakta tersebut dari hasil wawancara dengan Yoyo.
1. Tujuan Eropa
Tim-tim usia muda di China memiliki satu tujuan seragam dalam melakukan pembinaan pemain, yakni mengekspor pemain ke klub Eropa. Ini merupakan instruksi yang dibuat oleh Federasi Sepak Bola China (CFA).
Advertisement
Baca Juga
Di satu sisi, klub-klub profesional di China Super League mengimpor pemain untuk meningkatkan sisi bisnis liga dan klub. Namun, di sisi lain, kalangan grass root mendapat instruksi untuk melakukan pembinaan demi mengekspor pemain ke klub Eropa.
"Jadi di benak pemain-pemain muda China sudah tertanam mereka akan mengejar mimpi untuk berkarier di Eropa, seperti halnya pemain Korsel da Jepang. Sejak dini mereka sudah memiliki tujuan itu," kata Yoyo.
Dalam melakukan pembinaan, klub juga tidak asal-asalan. Mereka juga terbuka, termasuk dengan merekrut pelatih dari luar China, untuk mendapat pengalaman baru. Selain itu, klub juga memiliki fasilitas memadai, mulai lapangan dengan rumput sintetis dan asli, mes pemain, dan fasilitas untuk latihan fisik.
"Semua tergorganisasi dengan sangat rapi. Di tim saya, walau Divisi 2 tetapi mereka punya fasilitas yang bagus dan mendukung untuk pembinaan pemain muda," imbuhnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
2. Instruksi Presiden Xi Jinping
2. Instruksi Presiden Xi Jinping
Yoyo bertanya kepada manajemen dan pengurus klub, mengapa sepak bola China begitu gila dengan membeli pemain-pemain top. Jawaban dari klub cukup tegas.
"Jawabannya adalah itu berasal dari visi Presiden China, Xi Jinping. Mereka ingin bermain di Piala Dunia, mereka mau jadi tuan rumah Piala Dunia, dan ketiga jadi juara Piala Dunia," kata Yoyo.
"Jadi semua stakeholder sepak bola China sangat membantu pengembangan usia dini dan kompetisi domestik. Mereka melakukan itu karena instruksi Presiden," imbuhnya.
Itulah mengapa banyak perusahaan di China mulai gila-gilaan menjadi penopang dana klub dan mendatangkan pemain top serta menjadi pemilik saham klub Eropa. Â
Â
Advertisement
3. Batasi Penggunaan Ponsel
3. Batasi Penggunaan Ponsel
Disiplin dijadikan sebagai kampanye utama dalam pembinaan pemain muda di China. Selain tepat waktu dan rapi dalam segala hal, pemain China tidak bermain-main dengan ponsel dan gadget. Yoyo menemukan hal mengejutkan sehari setelah resmi melatih Lijiang FC U-15.
"Tanpa saya suruh, para pemain menyerahkan ponsel mereka menjelang jam istirahat malam pukul 22.00. Mereka mengetuk kamar saya dan mengumpulkan ponsel itu," kata Yoyo.
Menurut Yoyo, para pemain menyadari, ponsel sebagai salah satu hal yang mengancam mereka dengan godaan fitur-fitur seperti media sosial dan games, akhirnya mereka jadi malas membaca buku atau berdiskusi dengan pemain lain.
Disiplin waktu itulah yang membuat para pemain menghindari ponsel dan gadget karena untuk remaja, games dan media sosial memang menggod dan mereka takut lupa waktu.
"Sepak bola China akan dibangun lewat konsistensi, dan itu bukan hanya di tingkat pelatih, tapi pemain sejak usia belia," kata Yoyo.