Bola.com, Solo - Kota Solo pernah memiliki tim besar di era kompetisi Galatama bernama Arseto Solo. Klub milik putra mantan Presiden Soeharto, Sigid Harjoyudanto, itu adalah juara kompetisi Galatama tahun 1992 dan dianggap sebagai salah satu tim elite di Tanah Air.
Beberapa bintang Timnas Indonesia seperti Ricky Yacobi, Miro Baldo Bento, Rochi Putiray, Benny Van Breukelen, Agung Setyabudi, Eddy Harto, hingga Nasrul Kotto berkumpul jadi satu di mes Arseto.
Tempat yang dikenal sebagai Mes Kadipolo itu jadi saksi bisu manis pahitnya perjalanan Tim Biru Langit, julukan Arseti. Mes Kadipolo jadi saksi euforia saat juara Galatama, plus kepahitan saat Arseto dibubarkan tahun 1998 bersamaan Indonesia diterpa krisis moneter serta Soeharto lengser sebagai Presiden RI.
"Selalu banyak kenangan di Kota Solo khususnya Arseto bersama mes. Kami menikmati suka dan duka saat menang atau kalah di mes ini,'' ungkap Benny saat bersama Bola.com melihat mes Arseto yang saat ini sudah tak lagi berpenghuni.
Benny bukan sekadar jalan-jalan di mes itu. Kebetulan tim yang dia latih saat ini, Sragen United, menggelar seleksi selama sepekan di Lapangan Kadipolo yang berada di area mes Arseto. Benny hafal betul tiap sudut mes tersebut mengingat dia sembilan tahun menghabiskan waktu bersama Arseto Solo.
Advertisement
Baca Juga
Bagi mantan pelatih kiper Timnas Indonesia U-23 itu, mes Arseto saat itu jadi yang paling representatif dengan adanya fasiltas kamar untuk pemain asing, pemain yang masih lajang, maupun pemain yang sudah berkeluarga. Juga terdapat kamar untuk Diklat Arseto, serta lapangan latihan yang berada di satu kompleks bekas Rumah Sakit (RS) Kadipolo itu.
"Saya bermain dengan pemain-pemain hebat di sini. Tentu jadi kenangan indah dalam karier sepak bola saya," ujar Benny yang kini jadi pelatih kiper di Sragen United.
Kenangan Benny merembet ke hal mistis yang dialami beberapa pemain penghuni mes tersebut. Hal mistis diceritakan Benny terjadi saat menjelang maghrib setelah latihan. Dirinya bersama beberapa pemain masih ngobrol di pinggir lapangan.
"Kami melihat ada orang jalan di seberang lapangan, padahal tidak ada pintu di sana. Saat dipanggil dia jalan terus sambil menghadap ke bawah dan tahu-tahu menembus tembok. Kami langsung kaget dan bubar semua," kenangnya.
Selain itu, Benny juga bercerita hal mistis namun sedikit menggelitik. "Kalau mau mengganggu, pagi hari ada tiang listrik di dekat kamar dilempar pakai kerikil. Malam harinya pasti seperti ada yang memukul sangat keras," ungkapnya.
Kini kompleks mes Arseto tidak lagi terawat. Bangunan bekas kamar dan juga ruang-ruang utama terlihat kumuh yang ditumbuhi semak belukar di sekitarnya. Hanya lapangan dan beberapa ruangan saja yang masih bisa digunakan.